0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan38 halaman
GMT-PGK adalah gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang akibat penyakit ginjal kronik. Ini mencakup kelainan laboratorium, tulang, dan kalsifikasi vaskuler. Patogenesisnya terkait gangguan homeostasis mineral seperti kalsium dan fosfat karena berkurangnya fungsi ginjal. Komplikasinya termasuk osteodistrofi, kalsifikasi vaskuler, dan penyakit kardiovaskuler. Penatalaksanaan berfokus pada mengend
GMT-PGK adalah gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang akibat penyakit ginjal kronik. Ini mencakup kelainan laboratorium, tulang, dan kalsifikasi vaskuler. Patogenesisnya terkait gangguan homeostasis mineral seperti kalsium dan fosfat karena berkurangnya fungsi ginjal. Komplikasinya termasuk osteodistrofi, kalsifikasi vaskuler, dan penyakit kardiovaskuler. Penatalaksanaan berfokus pada mengend
GMT-PGK adalah gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang akibat penyakit ginjal kronik. Ini mencakup kelainan laboratorium, tulang, dan kalsifikasi vaskuler. Patogenesisnya terkait gangguan homeostasis mineral seperti kalsium dan fosfat karena berkurangnya fungsi ginjal. Komplikasinya termasuk osteodistrofi, kalsifikasi vaskuler, dan penyakit kardiovaskuler. Penatalaksanaan berfokus pada mengend
Gangguan Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik ( GMT-PGK)
I Gde Raka Widiana
Gangguan Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik ( GMT-PGK) • Gangguan mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik (GMT-PGK) ialah suatu sindrom klinik yang terjadi akibat gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang pada PGK. Sindrom ini mencakup salah satu atau kombinasi dari hal – hal berikut : • Kelainan laboratorium yang terjadi akibat gangguan metabolisme calsium, fosfat, HPT dan vitamin D. • Kelaianan tulang dalam hal turover, mineralisasi, volume, pertumbuhan linier dan kekuatannya. • Kalsifikasi vaskuler atau jaringan lunak lain. Patogenesis dasar • Dengan memburuknya fungsi ginjal, terjadi gangguan homeostasis mineral yang progesif, terlihat dari abnormalitas kadar calsium, fosfat, dan perubahan hormon (HPTi), 1,25-dihydroxyvitamin D, fibroblast growth factor -23 (FGF-23)/Klotho dan hormon pertumbuhan. • GMT-PGK ditemukan pada sebagain besar pasien PGK stadium 3 – 5 dan secara universal dialami pasien PGK stadium 5 yang menjalani dialisis. Patogenesis osteodistrofi renal Regulasi FGF-23 Patogenesis dasar (lanj’) • Belakangan ini banyak perhatian ditujukan kepada kalsifikasi ekstraskeletal yang disebabkan oleh gangguan metabolisme mineral pada PGK serta akibat terapi yang diberikan untuk mengoreksi gangguan tersebut (misalnya pemberian obat pengikat fosfat yang mengandung calsium, dan terapi vitamin D yang kurang tepat ). Terminologi • Definisi tradisional “osteodistrofi renal (OR ) “ tidak mewakili spektrum klinik yang luas berdasarkan petanda (marker) serum, pencitraan non-invasif dan gangguan tulang. • Kidney disease : Improving Global Outcomes ( KDIGO) menganjurkan untuk menggunakan istilah “ CKD-Mineral and Bone Disorder ( CKD- MBD), buku ini menggunbakan istilah Gangguan Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik (GMT-P)GK). • Untuk menggambarkan sindrom klinik yang lebih luas dari penyakit ini. KDIGO merekomendasikan agar istilah OR digunakan terbatas untuk menggambarkan patologi tulang terkait dengan PGK. L : Laboratorium T : Tulang K : Kalsifikasi vaskuler Osteodistrofi Renal
• Osteodistrofi renal (OR) merupakan gangguan
morfologi tulang pada PGK. • OR merupakan salah satu pemeriksaan komponen skeletal dari suatu gangguan sistemik GMT-PGK yang dapat diukur (quantifiable) melalui pemeriksaan histomorfometri dari biopsi tulang. Definisi Hiperfosfatemia
• Hiperfosfatemia adalah kadar fosfat darah ˃4,6 mg/dl.
Kadar fosfat darah normal adalah 2,5 – 4,5 mg/dl. • Pada pasien hemodialisis atau dialisis peritoneal, kadar fosfat darah hendaknya dipertahankan antara 3,5 – 5,5 mg/dl. Definisi Hipocalsemia
• Hipocalsemia adalah kadar calsium total darah ˂ 8
mg/dl. • Kadar calsium total darah normal adalah 8,4 – 9,5 mg/dl. Definisi Hipercalsemia Hipercalsemia ialah kadar calsium total darah ˃ 10 mg/dl. Calsium dalam darah ada dalam 3 bentuk yait7u : – Calsium terionisasi ( 48 % ) – Calsium yang terikat pada protein ( 40 % ). – Calsium kompleks yang terikat dengan anion lain speerti fosfat, citrat dan bikarbonat ( 12 % ). Dalam praktek klinik yang dipaki adalah calsium total ( jumlah dari ketiga bentuk tersebut). Kalsium koreksi • Dalam keadaan kadar albumin plasma abnormal, calsium total tidak merefleksikan kadar yang sebenatrnya, oleh karena itu dilakukan koreksi terhadap hasil pengukuran. Hasil yang di dapat disebut calsium koreksi (corrected Ca). • Rumus koreksi adalah sebagai berikut : Definisi Produk calsium – fosfat • Perkalian antara kadar fosfat darah ( dalam mg/dl) dan kadar calsium total darah (mg/dl). • Nilai produk calsium-fosfat ini harus dipertahankan ˂ 55 mg2/dl2. Definisi Hiperparatiroid Sekunder
• Hiperparatiroid sekunder ( HiperPTS) ialah kadar hormon
paratiroid intak (HPTi) lebih dari kadar normal pada PGK. Kadar HPTi pada populasi normal berkisar antara 10,4 – 68 pg/ml. • Kadar ini terdapat pada turnover tulang yang normal. Pada PGK nilai ini bervariasi karena adanya peningkatan resistensi skelet terhadap HPTi, sehingga kadar optimalnya tergantung pada derajat PGK. Definisi Kalsifikasi Vaskuler pada GMT-PGK
• Kalsifikasi vaskuler pada GMT-PGK ( stadium 5 ) ialah
penimbunan calsium-fosfat yang terutama terjadi pada tunika media pembuluh darah. • Kalsifikasi vaskuler ini berkaitan erat dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler pada PGK. Pemantatuan berkala • Fosfat darah, • Kalsium darah, produk calcium fosfat dan • Hormon paratiroid (HPT). • Fosfat dan calcium dipantau setiap 1-3 bulan, sedangkan HPT dipantau setiap 3-6 bulan. Nilai sasaran yaitu, • Fosfat 3,5-5,5 mg/dl dan calcium 8-10 mg/dl • HPT 150-300 pg/dl. Pemeriksaan lab. lain 1. Alkaline fosfatase, 2. Bone specific alkaline fosfatase, 3. FGF23, dan calcitriol diperiksa sesuai indikasi. 4. Pencitraan (imaging), 5. Densitas massa tulang (bone mass density) dan 6. Biopsi tulang. Microscopic pathology of bone marrow biopsy in a patient with chronic kidney disease. Increased areas of bone absorption are seen due to increased osteoclastic activity. Courtesy of image from https://www.flickr.com/photos/bc_the_path/537039421/in/photolist-Pst7n Kelainan tulang Terdiri dari: • osteitis fibrosa, • osteomalasia, • adynamic bone disease, • mild hyperparathyroid related disease, • mixed uremic osteodistrofi. Komplikasi vaskuler Terdiri dari: • kalsifikasi vaskuler/jaringan lunak, • kalsifilaksis. Figure 5. Scanning the entire A-AO using xPlane mode. In the midesophageal A-AO long-axis view, the scanning plane orthogonal to the reference plane is tilted from the AV up to the arch level. Short-axis view of A-AO can be visualized. Patogenesis Diawali dari penurunan massa ginjal atau penurunan jumlah nefron yang berfungsi. Kondisi ini mengakibatkan: 1) penurunan ekskeresi fosfat sehingga terjadi retensi (akumulasi) yang disebut hiperfosfatemia, 2) penurunan sintesis Kalcitriol yang disebut hipocalcitriolemia, dan 3) penurunan kadar calcium Akibatnya Hiperparatiroid sekunder (HPTHS). Demineralisasi tulang ( osteodistrofi dan osteofibrosis)→ hipercalcemia. Hiperfosfatemia, disamping mengakibatkan HPTHS juga mengakibatkan pembentukan Fibroblat Growth Factor23 (FGF23), yang memperburuk komplikasi kardiovaskular. Chronic kidney disease-mineral bone disorder (CKD-MBD) Penatalaksanaan Tujuan: 1)mencegah dan mengatasi hiperfostaemia dan 2) menghambat hiperplasi kelenjar paratiroid. Stadium pradialisis, terapi terutama ditujukan pada pengendalian fosfat: 1) pemberian diet rendah fosfat, 2) pemberian pengikat fosfat (phosphate binders). Pemberian diet rendah fosfat terkendala dengan malnutrisi yang bisa terjadi pada penderita. Berbagai jenis pengikat fosfat sudah tersedia, baik yang calcium base maupun yang noncalcium base, namun usaha pengendalian fosfat pada penderitapenyakit ginjal kronik tetap menjadi masalah. Dialisis, hasil yang baik dilaporkan terjadi pada hemodialisis setiap hari (daily hemodyalisis) dengan latihan. Terapi lain Pemberian Vitamine D3 Receptor Activator (VDRA) dengan tujuan menghambat terjadinya hiperparatiroidisme sekunder, dilaporkan banyak memberikan hasil, walau masih terdapat sedikit kontroversi. Pemberian preparat calcimemetik yang dapat mengakibatkan down regulation Calcium Sensing Receptor (CsR) sehingga sekresi PTH dapat dihambat Apabila sudah terjadi hipertrofi kelenjar paratiroid (parathyroid adenoma), atas indikasi tertentu, dilakukan paratireoidektomi; baik medical maupun surgical. TerimaKasih