Anda di halaman 1dari 9

Hal,ISTISNA, MUNADA DAN

TAMYIZ
Kelompok: 6

khoirul akbar m w
dina soraya
1. Istishna
A. Definisi Istishna
Istitsna’ menurut bahasa artinya pengeluaran (‫اج‬
ُ ‫خ َرـ‬
ْ ‫)اـِإل‬
Menurut istilah istishna adalah
‫اج بِ ِإ َّالاَْو بِ ِإ ْح َدىاَ َخ َوا هِتَ ا َما لَ ْو َالهُ لَ َد َخلىِف ا ْل َك َالِم ا َّلسابِق‬ ِ ‫اَ ِإلس تِْثنَ اء‬
ُ ‫اصط َال ًحا ُهَو ا ِإْل ْخَر‬
ْ ُ ْ
(mengeluarkan kalimat dengan memakai kata‫إ َّال‬atau salah satu saudara-
saudaranya, seandainya tidak ada‫إ َّال‬, maka kalimat tersebut akan masuk
pada yang telah lewat).
B. Huruf –huruf istihna
Hurufnya ada 8:
‫ َغْيُر – ِس ًوى– ُس ًوى– َس َواءٌ – َخَال– َعَ اد – َح َاش‬-‫َإ َّال‬
c. Bentuk-Bentuk Kalam (dalam bab Istitsna’)
a). Kalam Tam Mujab
b). Kalam Manfi Tam
c). Kalam Naqish

2
D.Hukum-Hukum Mustatsna
a).Mustatsna dengan‫ال‬,,‫إ‬ َّ
b). Mustatsna dengan ‫ َواء‬, ‫ ًوى– َس‬, ‫ ًوى– ُس‬, ‫َغ ْي ُر – ِس‬
c).Mustatsna dengan‫اش‬,‫ َدا – َح‬,‫َخ َال – َع‬

2. Hal
a. Definisi hal
ِ ِ ُ ‫صب‬ ِ
ْ ‫*م ْفه ُم يِف َحال َك َف ْرداً َأ ْذ َه‬
‫ب‬ ُ َ‫ضلَةٌ ُمْنت‬
ْ َ‫ف ف‬
ٌ‫ص‬ْ ‫ال َو‬
ُ َ‫احْل‬
Hal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan) dan memberi keterangan
keadaan. Seperi dalam contoh:‫( َف ْرداً َْأذ َهُب‬aku akan pergi sendiri)”
Dengan kata lain Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau perilaku Fa’il atau Maf’ul bih
ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa’il dan maf’ul bih tersebut dinamakan Shohibul Haal”
• Haal untuk menjelaskan Fa’il
Contohnya: ً‫ ِكيْبا‬,‫ا َء َز ْي ٌد َرا‬,‫ ( َج‬Zaid telah datang secara berkendaraan)
• Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih
ْ َ‫َر ِكب ُْت‬
Contohnya: ‫لفَ َر َس ُم َس َّرجًا‬,,‫ا‬
• Haal untuk menjelaskan kedua-duanya (fa’il dan Maf’ul bih).
Contohnya: ‫ ِكبًا‬,‫قِ ُيتعَ ْب َد هَّللَا ِ َرا‬,,‫ ( َل‬aku bertemu Abdullah dengan berkendaraan).
B. Syarat-syarat hal
Ada beberapa syarat hal yang harus dipenuhi, diantaranya:
a). Isim nakirah
b). Sesudah kalimat yang sempurna
c). Shahibul haal (pelaku haal) harus berupa ma’rifat.
Shahibul haal (pelaku haal) harus dalam bentuk ma’rifat, dan pada galibnya (mayoritasnya) sekali-kali tidak dinakirahkan kecuali bila ada
hal-hal yang memperbolehkanya yaitu:
• Hendaknya haal mendahului nakirah.
• Hendaknya nakirah ditakhshish oleh idhafah.
• Hendaknya shahibul haal nakirah sesudah nafi.

C. Macam-macam Haal

1). Haal berupa isim mufrad, Contohnya: ‫ ِكبًا‬,‫ا َء زَ ْي ٌد َرا‬,‫َج‬

2). Haal berupa jumlah ismiyah, contohnya:‫َاِئ ٌب‬,‫ضي ُْفغ‬


ِ ‫ل ُم‬,,‫ضيُوْ ُف َوا‬
ُ ‫ل‬,,‫ض َر ا‬
َ ‫َح‬

3). Haal berupa jumlah fi’liyah, Contohnya: ‫ل ُجنُوْ ُد‬,,‫ ا‬,ُ‫حْ ُر ُسه‬,,,‫ل َجا ِني َت‬,,‫َذهََبا‬

4). َ َ ‫ل ِهاَل‬,,‫َرَأي ُْتا‬


Haal berupa zharaf, contohnya:‫لس ََّح ِاب‬,,‫ي َْنا‬,,,‫لب‬

5). Haal berupa jar dan majrur, contohnya: ,ِ ‫ َج ِره‬, ‫لثَّ َم َر عَ لَي َش‬,,‫ ُعْتا‬,,,‫ِب‬

4
3. Munada

A. Definisi munada
Menurut arti bahasa, munada dapat diartikan sebagai yang dipanggil. Dalam penggunaan kalimat tersebut, membutuhkan
beberapa huruf nida’ untuk memanggil seseorang. Huruf nida’ yang dimaksud berasal dari bahasa Arab, artinya adalah seruan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat isim setelah huruf nida’, digunakan untuk memanggil seseorang.

B. Ketentuan Kalimat Isim setelah Nida’


1). Kata yang wajib dipanggil I’robnya marfu’
2). Menggunakan tambahan huruf nida’ untuk isim mudzakkar dan isim muannats
3). Penggunaan lafaz Allah, diperbolehkan menggunakan huruf nida’
4). Bila mudhof digunakan untuk ya’ mutakallim, diperbolehkan untuk tidak digunakan atau dibuang

C. Huruf-huruf nida
Huruf nida’ seringkali digunakan untuk memanggil orang lain. Dalam huruf tersebut, terdiri dari tujuh macam. Mulai dari ( َ‫)ﻳﺎ‬,
( ‫) ﺃَﻱْ () ﺃ‬, ( ‫) ﺁ‬, ( َ‫) ﻫَﻴﺎ‬, ( َ ‫ ) ﺃَﻳﺎ‬dan ( ‫)ﻭﺍ‬
َ

5
D. Pembagian Kalimat Isim setelah Nida’
1. Mufrad Alam, contohnya: ( ‫) ﻳﺎ َ َﺯ ْﻳ ُﺪ‬, ( ‫) ﻳﺎ َ َﺯ ْﻳﺪَﺍ ِﻥ‬, dan ( َ‫) ﻳﺎَ ﺯَ ْﻳ ُﺪﻭﻥ‬.
2. Nakirah Maqshudah, contohnya: ( ‫) ﻳﺎ َ َﺭ ُﺟ ُﻞ‬
3. Nakirah Ghairu Maqsudah, contohnya: ( ‫) ﻳﺎَ َﺭ ُﺟﻼً ُﺧ ْﺬ ﺑِﻴَ ِﺪﻱ‬
4. Mudhof, Misalnya Zainuddin Aslam
5. Syibih Mudhof, contohnya: ( ً‫ﻃﺎِﻟﻌﺎً َﺟﺒَﻼ‬ ِ َ ‫) ﻳﺎ‬

E. Hukum Kalimat Isim setelah Nida’


•Hukum secara Lafdzi, berlaku ketika berbentuk sebagai syibeh mudhof dan nakirah ghairu maqshudah. Sehingga
kalimat isim setelah huruf nida’ tersebut, akan dibaca seperti isim yang mu’rab. Contohnya: ِ‫ ﻳﺎ َ َﻋ ْﺒ َﺪ ﻪﻠﻟﺍ‬,) ‫ ﻳﺎَ ﻏَﺎﻓِﻼً ﺗَﻨَﺒَّ ْﻪ‬dan
( ُ‫) ﻳﺎ َ َﺣ َﺴﻨﺎ ً ُﺧﻠُﻘُﻪ‬.
• Hukum secara Mahalli, kalimat isim setelah huruf nida’ yang berupa mabni, namun bermahal nashab. Hukum ini
berlaku saat kalimat isim setelah huruf nida’, berbentuk sebagai nakirah maqshudah atau mufrad ma’rifat. Kemudian
untuk kemabnian kalimat isim setelah huruf nida’, berdasarkan rafa’nya yang menggunakan alif, dhommah tanpa
ditanwin, atau wau.

6
F. Membuang Kalimat Isim setelah Nida’
Kalimat isim setelah huruf nida’ dapat dibuang setelah huruf ( َ ‫)ﻳﺎ‬. Bila huruf tersebut dibuang, maka akan dimaksudkan untuk
memperingatkan orang – orang yang mendengar, pada kalimat setelah huruf ( َ‫ )ﻳﺎ‬tadi. Kemudian bila kalimat setelah huruf
tersebut berupa fi’il maar, maka ( َ ‫ )ﻳﺎ‬akan berubah menjadi huruf nida’.
Pembuangan huruf nida’ ternyata boleh dilakukan dan seringkali terjadi. Waktu yang tepat untuk membuangnya adalah saat
َ ‫) َﺭﺏِّ ﺍَ ِﺭﻧِﻲ ﺃَ ْﻧﻈُﺮْ ﺍِﻟَ ْﻴ‬. Namun perlu sahabat muslim ingat bahwa tidak diperkenankan
hurufnya berupa ( َ ‫) ﻳﺎ‬, seperti dalam lafaz ( ‫ﻚ‬
untuk membuang huruf nida’ ketika muta’ajjab minhu, mandub, ba’id, dan mustaghats. Hal ini bertujuan untuk memanjangkan
suara.

4. Tamyiz
a. Definisi tamyiz
Tamyiiz merupakan sebuah kata atau lafadz yang dibaca mansub yang berfungsi menjelaskan isim yang samar pada sebuah
kalimat. Berikut pengertian dalam kitab jurumiyah;

ِ ‫الذو‬ ِ ِ ِ
‫ات‬ َ َّ ‫ب املَُف ِّس ُر ل َما ا ْنَب َه َم م َن‬
ُ ‫ص ْو‬
ُ ‫اال ْس ُم املَْن‬
Tamyiz merupakan isim yang dibaca mansub yang berfungsi menjelaskan hal-hal yang samar pada sebuah kalimat.
Contohnya: ‫َرَأي ُْتخَ ْم َس َة عَ َش َر غَ نَ ًما‬

7
B. Pembagian Tamyiz
1. Tamyiz Dzat atau Malfudz, Digunakan sebagai tamyiz bagi lafazh-lafazh yang menunjukkan : Adad bilangan, ukuran jarak,
ukuran berat, ukuran takaran.
2. Tamyiz Nisbat atau Malhudz, tamyiz untuk menghilangkan kesamaran makna umum dari penisbatan dua lafazh di dalam
tarkib jumlah. Tamyiz nisbat/malhudz merupakan peralihan dari mubtada’, fa’il, atau maf’ul. Artinya tamyiz tersebut bisa
diidgafahkan dengan mumayyaznya dan berkedudukan sebagai mubtada’, fa’il, atau maf’ul.
• Tamyiz peralihan dari mubtada’, contohnya:
‫ب ِع ْل ًما‬
ِ ِ‫ ْال ُم َد ِّرسُ َأ ْكثَ ُر ِمنَ الطَّال‬asalnya ‫ب‬
ِ ِ‫س َأ ْكثَ ُر ِمنَ ِع ْل ِم الطَّال‬
ِ ِّ‫ِع ْل ُم ْال ُمدَر‬
•Tamyiz peralihan dari fa’il, contohnya:
‫ َحسُنَ ال َّشابُّ ُخلُقًا‬asalnya ِّ‫ق ال َّشاب‬
ُ ُ‫َحسُنَ ُخل‬
• Tamyiz peralihan dari maf’ul, contohnya:
َ ْ‫س َأحْ َم ُد اَأْلر‬
‫ض َش َجرًا‬ ِ ْ‫س َأحْ َم ُد َش َج َر اَأْلر‬
َ ‫ َغ َر‬asalnya ‫ض‬ َ ‫غ ََر‬

c. Contoh Tamyiz Dalam Al-Qur’an


Contohnya terdapat didalam Q.s. Maryam :4 , Al-qomar:12, Ali-imran :90,91, Al-zalzalah:7-8, Yusuf:4, Al-Baqarah:138, 165,
Thaha:98, Hud:24, Al-israa:37, Al-kahfi:19

8
Kesimpulan
Istitsna’ menurut bahasa artinya pengeluaran ( ُ‫ج‬,‫ِإل ْخ َرا‬,,‫)ا‬. Istitsna’ menurut istilah ialah
َّ
mengeluarkan kalimat dengan memakai kata‫ال‬,,‫إ‬atau salah satu saudara-saudaranya,
َّ maka kalimat tersebut akan masuk pada yang telah lewat.
seandainya tidak ada‫ال‬,,‫إ‬,
Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau perilaku Fa’il
atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa’il dan maf’ul bih
tersebut dinamakan Shohibul Haal.
Menurut arti bahasa, munada dapat diartikan sebagai yang dipanggil. Dalam
penggunaan kalimat tersebut, membutuhkan beberapa huruf nida’ untuk memanggil
seseorang. Huruf nida’ yang dimaksud berasal dari bahasa Arab, artinya adalah
seruan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat isim setelah huruf nida’,
digunakan untuk memanggil seseorang.
Tamyiz merupakan isim yang dibaca mansub yang berfungsi menjelaskan hal-hal
yang samar pada sebuah kalimat.

Anda mungkin juga menyukai