Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nahwu merupakan ayah dari bahasa arab, karena nahwu adalah ilmu yang mempelajari
tentang cara membaca tulisan arab serta kedudukannya. Didalam ilmu nahwu terdapat banyak
pembahasan yang antara lain yaitu isim-isim maushul. Isim maushul dalam nahwu seperti halnya
kata sambung dalam bahasa Indonesia atau conjunction dalam bahasa inggris yang berguna
untuk menyambungkan kata sebelumnya dengan kata sesudahnya. Oleh karena itu kami akan
membahas sedeikit tentang isim maushul dan semoga bermanfaat.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu isim maushul?
2. Ada berapakah pembagian isim maushul?
3. Apakah syarat-syarat dari isim maushul?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui isim maushul
2. Mengetahuia pembagian isim maushul
3. Mengetahui syarat-syarat dari isim maushul dalam suatu kalimat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang menunjukkan atas sesuatu yang sudah
ditentukan dengan perantara jumlah yang disebutkan sesudahnya. Dan jumlah ini
disebut dengan jumlah (shilah maushul).
2.2.Pembagian Isim Maushul Beserta Syarat-Syaratnya
Isim maushul di bagi menjadi dua, yaitu:
1. ‫إسم الموصول الحرفي‬
2. ‫إسم الموصول اإلسمي‬

1. ‫إسم الموصول الحرفي‬


‫ما يحتاج إلى صلة وال يحتاج إلى عائد وأول مع صلته بمصدر‬

yaitu kalimah huruf yang membutuhkan pada shilah, dan tidak membutuhkan ‘Aid, dan
kalimah huruf tersebut bersamaan shilahnya ditakwil dengan masdar. Maushul harfi
: terdapat lima huruf, yang dikumpulkan oleh Imam Syihab As-Sandubi dalam Nadzom
‫وهاك حروفا بالمصادر اولتو ذكر ي خمسا أصح كما رووا وها هي أن بالفتح أن مشددا وزيد عليها كي فخذها وما ولو‬
v Ambilah beberapa huruf yang dita’wil dengan masdar, dan yang kusebutkan ada lima
huruf merupakan Qoul Ashoh
‫وحلت مكانا لميكن حل من قبل‬ ‫محاحبها حب األلى كن قبلها‬
2. ISIM MAUSHUL MUSYTARAK
Isim-isim maushul musytarak adalah isim maushul yang boleh digunakan untuk
mufrad, tasniyah, jama’, muannast, mudzakkar, baik yang berakal ataupun yang tidak
berakal. Isim-isim maushul musytarak ada lima, yaitu:

No Isim maushul untuk Contoh


1 ‫ما‬ berakal ِ ‫َما ِع ْن َد ُك ْم ينفذ َو َما ِع ْن َد‬
‫هللا َباق‬
2 ‫من‬ tidak berakal )247:‫ُللا يُ ْؤتِ ْي ُم ْل َكهُ َم ْن يَشَاء (البقرة‬
ُ ‫َو‬
3 ‫ذا‬ Berakal dan tidak )‫َماذَا ِع ْندَكَ (عاقل‬
berakal )‫َم ْن ذَا ِع ْندَكَ (غير عاقل‬
4 ‫أي‬ --------------------- َ ‫ َوأَك َْر ْمتُ أَ َّيا ِه‬,ٌ‫ي ُمجْ ت َ ِهد‬
ٌ‫ي ُمجْ ت َ ِه َدة‬ ُّ َ ‫ي ْفلَ ُح أ‬
5 ‫ذو‬ ---------------------- ْ‫ َوذُ ْو اجْ تَ َهدَت‬,َ‫جَا َء ذُ ْو اجْ تِ َهد‬

‫من وما المووصولة‬


Lafadh ‫من‬terkadang digunakan untuk hal yang tidak berakal dalam tiga hal, yaitu:
1. Apabila lafadh yang tidak berakal menempati hal yang berakal, seperti contoh:
)5 :‫ض ُّل ِم َّم ْن يَ ْدع ُْوا ِم ْن د ُْو ِن هللاِ َم ْن َال يَ ْست َِجيْبُ لَهُ إِلَى يَ ْو ِم اْل ِقيَ َم ِة (األحقاف‬ َ َ ‫َو َم ْن أ‬
2. Apabila lafadh yang berakal dan yang tidak berakal menjadi satu dan dalam stu
hokum, seperti contoh:
)17 :‫أَفَ َم ْن يَ ْخلُ ُق َك َم ْن َال يَ ْخلُ ُق( النحل‬
)18 :‫ض ( الحج‬ ِ ‫ت َو َم ْن فِي اْأل َ ْر‬ َ ‫أَلَ ْم ت ََر أ َ َّن هللاَ يَ ْس ُج ُد لَهُ َم ْن فِي الس‬
ِ ‫َّماوا‬
3. Apabila lafadh yang berakal dan lafadh yang tidak berakal yang umumnya dipisah
dengan lafadh min seperti lafadh:
ْ َ‫َوهللاُ َخلَقَ ُك َّل َدابّ ٍة ِم ْن َماءٍ فَ ِم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْم ِشى َعلَى ب‬
)45:‫طنِ ِه َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َي ْم ِشى َعلَى ِرجْ لَي ِْن َو ِم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْم ِشى َعلَى أَ ْربَعٍ( النور‬
Dan terkadang lafadh ‫ما‬digunakan untuk lafadh yang berakal, seperti contoh:
)3:‫اء (النساء‬ ِ ‫س‬ َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ ا ِلّن‬
َ ‫ط‬ َ ‫فَا ْن ِك ُح ْوا َما‬
Dan lafadh ‫ ما‬juga banyak digunakan untuk lafadh yang berakal, jika lafadh yang tidak
berakal dan lafadh yang berakal bersamaan dan dalam satu hukum, seperti contoh:
ِ ‫ت َو َما فِي اْأل َ ْر‬
)1 :‫ض ( الجمعة‬ ِ ‫لِل َما فِي السَّما َ َوا‬
ِ ّ ِ ‫س ِبّ ُح‬
َ ُ‫ي‬
‫ذا الموصولة‬
‫ذا‬menjadi isim maushul harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Di dahului dengan ‫ما‬dan ‫ من‬maushulah , contoh:
َ‫ َماذَا ِع ْندَك‬, َ‫َم ْن ذَا ِع ْندَك‬
2. Lafadh ‫ ذا‬tidak dimaksudkan untuk isyarah
‫ فإن أريد بها اإلشارة فهي اسم اإلشارة أى َم ْن َهذَ اْلقَائِ ُم‬،‫َم ْن ذَا اْلقاَئِ ُم ال يرد بإشارة‬
3. Dan tidak menjadikan lafadz ‫ما‬dan ‫من‬dalam satu kalimat.
‫ى ِل َم أَتَيْتَ ؟‬ ْ َ ‫ فإن اريد بكلمة واحدة فهي اإلستفهام أ‬،‫ لما وذا ال يراد بكلمة واحدة‬، َ‫ِلماَذَا أَتَيْت‬
‫أي الموصولة‬
‫أي الموصولة‬digunakan untuk mufrad, tasniyah, jama’, mudzakar, muannast, berakal,
danjuga tidak berakal.
‫أي الموصولة‬mempunyai 4 keadaan, yaitu:
1. ‫أي‬dimudlofkan dan juga disebutkan shodar shilahnya, keadaan seperti ini dii’rabi
sesuai dengan kedudukannya, contoh:

2. ‫أي‬tidak dimudlofkan dan juga tidak disebutkan shodar shilahnya, keadaan seperti ini
dii’rabi sesuai dengan kedudukannya, contoh:
3. ‫أي‬tidak dimudlofkan dan disebutkan shodar shilahnya, keadaan seperti ini dii’rabi
sesuai dengan kedudukannya, contoh:
4. ‫أي‬dimudlofkan dan dibuang shodar shilahnya, keadaan seperti ini dimabnikan
dlummah dalam keadaan apapun, contoh:
‫ذو الموصولة‬
‫ذوالموصولة‬ juga digunakan untuk lafadz-lafadz yang mufrad, tasniyah, jama’, mudzakkar
dan juga muannast, baik yang berakal maupun tidak berakal. ‫ذو‬ini disebut juga
dengan ‫ ذو طائية‬lughot arab, seperti contoh:
. َ‫ َوذُواجْ ت َ َه ْدن‬،‫ َوذُواجْ ت َ َهد ُْوا‬،‫ َوذُو اجْ ت َ َه َدا‬،‫ت‬
ْ ‫ َوذُواجْ ت َ َه َد‬،‫َجا َء ذُ ْو اجْ ت َ َه َد‬

‫صلة الموصول‬
dalam penggunaan isim maushul dibutuhkan Shilah dan A’id.
Shilah adalah jumlah yang menyempurnakan makna yang terletak setelah isim
maushul, jumlah ini disebut dengan shilah maushul, contoh:
ِ َ‫الر ُج ََل ِن اَلَّذ‬
ِ ‫ان قَائِ َم‬
‫ان‬ َّ ‫ َجا َء‬,ُ‫ِي أ َ ْك َر ْمتُه‬
ْ ‫َجا َء اَّلذ‬
A’id adalah dlomir yang kembali pada isim maushul yang mencakup jumlah ini,
contoh:
َ‫ ت َ َعلَّ ْم َما َي ْنفَعُك‬,‫ت الَّتِ ْي أ َ ْك َر ْمت ُ َها‬ ْ ‫قَا َم‬
Syarat dari shilah dan a’id pada isim maushul khas adalah a’id atau dlomir itu
harus sesuai dengan isim maushulnya, contoh:
. َ‫ أ َ ْك َر َم اّلََلتِ ْي قُ ْمن‬،‫ أ َ ْك َر َم اَّل ِذيْنَ قَا ُم ْوا‬,‫َان قَا َمت َا‬ ِ َ‫ أ َ ْك َر َم اَّلذ‬،‫ت‬
ِ ‫ اّلَلت‬/‫ان‬ ْ ‫ أ َ ْك َر َم اّلَتِ ْي قَا َم‬،‫ام‬ َ َ‫ي ق‬ ْ ‫أ َ ْك َر َم اّلَ ِذ‬
adapun Shilah dan A’id isim maushul musytarak itu adad dua wajah atau dua
bacaan, yaitu:
1) Menjaga makna, contoh:
‫ك ِ َّر ْم َم ْن َهذَّ َبكَ للجميع‬
2) Menjaga lafadz, contoh:
. َ‫ ك ِ َّر ْم َم ْن َهذَّ َبنَك‬،‫ ك ِ َّر ْم َم ْن َهذَّب ُْو ِك‬، َ‫ ك ِ َّر ْم َم ْن َهذَّ َبتَاك‬، َ‫ ك ِ َّر ْم َم ْن َهذَّ َباك‬، َ‫ك ِ َّر ْم َم ْن َهذَّ َبك‬

Mahal atau kedudukan isim maushul dalam i’rob itu tergantung pada
kedudukannya, yaitu:
1. Terkadang mahalnya mahal rafa’, dalam hal ini isim maushul bisa menjadi salah satu
isim yang dibaca rafa’ (fa’il, naibul fa’il, mubtada’, khobar, isim kana, khobar inna, dan
tabi’ lil marfu’) : ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ َّكى‬
2. Terkadang mahalnya mahal nasahab, contoh: ‫أَحْ بِبْ َم ْن ي ُِحبُّ اْل َخي َْر‬
3. Terkadang mahalnya mahal jer, contoh: ‫ِج ْد ِب َما ت َِج ْد‬
Disyaratkan pada shilahnya maushul itu berupa jumlah khobariyyah yang mencakup
pada dlomir bariz ataupun dlomir mustatir yang kembali pada maushul atau a’id. jumlah
khobariyyah adalah lafadh yang belum tentu kebenaran atau kesalahannya. Contoh
dlomir bariz: ‫سنُ ْونَ لَكَ اْل ُم ْنك ََر‬ّ ِ ‫َال ت ُ َعا ِش َر اَّل ِذيْنَ يُ َح‬
Contoh dlomir mustatir: ‫علَى اْل َخي ِْر‬ َ َ‫احبْ َم ْن يَ ُدلُّك‬ ِ ‫ص‬ َ
‫فوائد ثالث‬
1. Shilah maushul wajib terletak setelah isim maushul, dan tidak boleh ada yang
mendahuluinya, begit juga mandahulukan sesuatu untuk , seperti contoh:
‫ َب ْل يُقَا ُل اَلَّ ِذيْنَ اجْ ت َ َهد ُْوااْل َي ْو َم‬،‫اْل َي ْو َم اَّل ِذيْنَ اجْ ت َ َهد ُْوا يُ ْك َر ُم ْونَ َغدًا‬
2. Shilah maushul berupa dlorof atau jar majrur seperti contoh:
.ِ‫ َوأَحْ ِس ْن إِلَى َم ْن فِي َد ِار اْلعِجْ زَ ة‬، ٌ‫أ َ ْك ِر ْم َم ْن ِع ْن َدهُ أَدِب‬
3. Diperbolehkan membuang dlomir atau a’id yang kembali pada isim maushul, yang
apabila tidak dibuang menyebabkan iltibas atau sama dengan lafadz lain, contoh:
ْ ‫س َوا ٌء أي بِاَّل ِذ‬
‫ي ه َُو قَائِ ٌل‬ َ َ‫ي قَائِ ٌل لَك‬ ْ ‫ َماأَنَا اَّل ِذ‬،‫اض ْي ِه‬
ِ َ‫اض أي ق‬ ٍ َ‫ض َما أَ ْنتَ ق‬ ِ ‫فَا ْق‬
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Isim maushul adalah isim yang menunujukkan atas sesuatu yang sudah ditentukan
dengan perantaraan jumlah yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa Indonesia
bisa juga disebut dengan kata sambung atau dalam bahasa inggris disebut juga dengan
conjunction.
Isim maushul dibagi menjadi dua, yaitu isim maushul khas dan isim maushul
musytarak.
Isim maushul khas adalah isim maushul yang khusus untuk satu lafadz saja seperti:
‫ واأللى‬,‫ الَلئي‬,‫ اللواتي‬,‫ الَلتي‬,‫اللتين‬,‫ اللتان‬,‫ التي‬, َ‫ ال ِذيْن‬,‫ الذين‬,‫ الذان‬,‫الذي‬
Isim maushul musytarak adalah isim-isim maushul yang dapat digunakan untuk
semua lafadz, yakni boleh mufrad, tasniyah, jama’, mudzakkar, muannast, baik yang
berakal ataupun yang tidak berakal, seperti lafadaz:,‫ أي‬,‫ ذو‬,‫ ذا‬,‫ ما‬,‫من‬
Isim maushul membutuhkan shilah dan a’id.
Shilah adalah jumlah yang jatuh setelah isim maushul.
A’id adalah dlomir yang kembali pada isim maushul.

DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Ghalayyin, Mustofa. 1886. Jami’ud durus juz 1. Hal 98-106.
2. Ibnu Aqil syarah Alfiyyah bab ismil maushul.

Anda mungkin juga menyukai