Anda di halaman 1dari 7

PEMICU 1

Delsa Salsabila (H1A19055)


Fasilitator : Dr. dr. Enny Nugraheny, M. Biomed
5. Jelaskan apa saja yang harus dijelaskan saat informed consent!

Menurut UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat (3) Penjelasan sekurang-
kurangnya mencakup :
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Delsa Salsabila UU No. 29 th 2004 Tentang Praktik Kedokteran


H1A019055
8. Jelaskan malpraktik dan jenis-jenisnya (jelaskan dengan hukum pidana
dan perdata)

Definisi
Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan praktik atau praktek. Mal berasal
dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976)
atau praktik (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan Malaysia, 1971) berarti
menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi).

Kamus Besar bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan istilah malpraktik dengan malapraktik yang
diartikan dengan: “praktik kedokteran yang salah, tidak tepat, menyalahi undang-undang atau kode etik”.

Delsa Salsabila Fitriono, R. A., Setyanto, B., & Ginting, R. (2016). Penegakan Hukum Malpraktik Melalui Pendekatan
Mediasi Penal. Yustisia Jurnal Hukum, 5(1), 148-161.
H1A019055
Jenis Jenis Malpraktik

1) Malpraktek Etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan
etika profesinya sebagai tenaga Kesehatan bentuk-bentuk pelanggaran etik kedokteran adalah sebagai berikut :
a. Pelanggaran etik murni
b. Pelanggaran etikolegal
2) Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu malpraktek perdata (civil
malpractice), malpraktek pidana (criminal malpractice) dan malpraktek administrative (administrative
malpractice).
a. Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian
(wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum
( onrechtmatige daad ) , sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien
b. Malpraktek Pidana
Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang
hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau
cacat tersebut.

Delsa Salsabila Fitriono, R. A., Setyanto, B., & Ginting, R. (2016). Penegakan Hukum Malpraktik Melalui Pendekatan
Mediasi Penal. Yustisia Jurnal Hukum, 5(1), 148-161.
H1A019055
Pembahasan

Pelanggaran etik murni : (1) Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga
sejawat dokter dan dokter gigi; (2) Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya (melanggar
Pasal 16 Kodeki) ; (3) Memuji diri sendiri di hadapan pasien (melanggar Pasal 4 huruf a Kodeki) ; (4)
Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri (pelanggaran Pasal 17 Kodeki)

Terhadap pelanggaran etikolegal antara lain : (1) Pelayanan dokter di bawah standar ; (2) Menerbitkan
surat keterangan palsu (melanggar Pasal 7 Kodeki sekaligus Pasal 267 KUHP) ; (3) Membuka rahasia
jabatan atau pekerjaan dokter (melanggar Pasal 13 Kodeki dan Pasal 322 KUHP) ; (4) Tidak pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ; (5) Abortus
provokatus ; (6) Pelecehan seksual (7) Tidak mau melakukan pertolongan darurat kepada orang yang
menderita (melanggar Pasal 14 Kodeki dan Pasal 304 KUHP).
Hukum Pidana

Pasal 44 KUHP
tidak memberlakukan pemidanaan bagi perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu
bertanggungjawab, Pasal 48 KUHP tidak memberikan ancaman pidana bagi pelaku yang melakukan
perbuatan pidana karena adanya daya paksa, oleh karena itu, untuk dapat dipidananya suatu kesalahan
yang dapat diartikan sebagai pertanggungjawaban hukum pidana haruslah memenuhi 3 unsur:
a. Petindak harus memiliki kemampuan bertanggungjawab, artinya keadaan jiwa petindak harus normal.
b. Adanya asas kekeluargaan diantara pelaku dan korban yang dapat berupa kesengajan dan kealpaan.
c.Tidak berlaku alasan penghapus kesalahan dan alasan pemaaf.

Sitio, E. K., Wirasila, A. N., & Purwani, S. P. M. (2017). Hukum Pidana Dan Undang-Undang Praktek
Delsa Salsabila Kedokteran Dalam Penanganan Malpraktek. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum.
H1A019055
Hukum Perdata

Pasal 58 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, 1365 KUH Perdata (Pasal 1401
BW) mengenai ketentuan perbuatan melanggar hukum.
Untuk dapat mengajukan gugatan berdasarkan perbuatan melanggar hukum harus dipenuhi 4 (empat)
syarat seperti yang tersebut dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yaitu:
1. Pasien harus mengalami suatu kerugian;
2. Ada kesalahan atau kelalaian (disamping perseorangan, rumah sakit juga bisa bertanggung jawab atas
kesalahan atau kelalaian pegawainya);
3. Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan;
4. Perbuatan itu melanggar hukum.

Sulistyani, V., & Syamsu, Z. (2015). Pertanggungjawaban Perdata Seorang Dokter Dalam Kasus
Delsa Salsabila Malpraktek Medis. Lex Jurnalica, 12(2), 147455.
H1A019055

Anda mungkin juga menyukai