Anda di halaman 1dari 11

Bab VI

konsep thaharah landasan Kesehatan


pribadi dan lingkungan (sanitation and
personal hygiene)
Pengertian
Thaharah artinya bersuci menurut bahasa. Dalam istilah,
thaharah artinya suci dari hadats dan najis, yakni keadaan
suci setelah berwudhu, tayammum, atau mandi wajib.
PRIBADI “
‐ THAHARAH : LANDASAN KESEHATAN

Membersihkan diri dari najis

Membersihkan diri dari hadas kecil

Membersihkan diri dari hadas besar


Fithri yang berhubungan dengan kebersihan
istinja

Istinja’ adalah membasuh saluran kencing dan ( lingkaran) anus setelah kencing
atau berak. Cara yang baik dalam tradisi islam adalah menggunakan air untuk
menghilangkan najis terlebih dahulu, kemudian di keringkan dengan sesuatu yang
bersih dan kering walaupun dengan kertas. Tangan yang digunakan dalam
beristinja’ ini adalah tangan sebelah kiri, bukan tangan sebelah kanan yang biasa
digunakan untuk makan dan bersalaman dengan orang lain.
Khitan
Khitan (circumcisio) pada laki-laki adalah memotong kulup (praeputium glandis) yang
menutupi zakar (glang penis), agar terhindar dari berkumpulnya kotoran di bawah kulup
yang menjadi pusat berkembangbiak-nya bakteri dan bau yang tidak sedap, dan
memudahkan pembersihan-nya Ketika setelah buang air kecil
(kencing). Khitan mempunyai beberapa dampak hygiene, di antaranya :
‐ Selamat dari peluh berminyak dan sisa kencing yang mengandung lemak dan kotor.
‐ Selamat dari bahaya terganggunya hasafat Ketika mengembangkan khitan dapat
mengurangi kemungkinan terjangkit penyakit kanker kelamin.
‐ Jika segera mengkhitankan anak, memungkinkan untuk menghindarkan anak dari
ngompol.
‐ Tidak dianjurkan bagi Wanita.
Menggosok gigi
Ketika hendak tidur, bangun dan hendak shalat Rasulullah Saw., senantiasa bersiwak
(menggosok giginya). Syara’ melarang seseorang melakukan shalat yang pada mulutnya
masih terdapat sisa-sisa makanan, sebelum terlebih dahulu membersihkan dan berkumur-
kumur.
Memakai wangi-wangian
Dianjurkan bagi laki-laki memakai wangi-wanigan, terutama pada hari jum’at dan hari-hari
raya, yakni pada waktu berkumpulnya khalayak di masjid atau tempat pertemuan-pertemuan
lainnya.
Bagi Wanita dianjurkan memakainya terutama di rumahnya sendiri, di antara keluarganya
atau di antara sesame Wanita. Sedangkan di luar, hendaklah para Wanita menyembunyikan
aroma wangi-wanigan tersebut kecuali sekedarnya saja, untuk menghindarkan bau tak sedap.
Karena demi menjaga keselamatan dan kehormatan dirinya dari gangguan atau fitnah.
Membiarkan uban atau mengubah warnanya
Rambut yang sudah memutih disemir (dicat) supaya kelihatan rapih dan Nampak lebih muda
lagi adalah bagaimana hukum memperindah rambut dengan cara menyemir itu menurut
suatu Riwayat, para ahli kitab baik yahudi maupun Nasrani tidak mau menyemir rambut dan
mengubah warnanya, karena orang yang memperindah dan menghias diri bisa melupakan
pengabdiannya kepada tuhan dan bahkan meninggalkan agamanya. Rasulullah SAW dalam
rangka pembentukan dan pembinaan kepribadian umat, pada tahap awal pasca hijrah ke
Madinah melarang umat islam mengikuti tata cara ahli kitab itu.
Rasulullah bersabda:
“sesungguhnya orang yahudi dan Nasrani tidak menyemir (mencat) rambut mereka. Karena
itu, hendaklah kamu berbeda dengan mereka (dengan menyemir rambutmu)”.
Thaharah: landasan Kesehatan lingkungan
Dengan menjaga kebersihan lingkungan, mulai dari masjid tempat shalat kita, berarti telah
mewujudkan “masyarakat” sehat dengan mencegah berkembangbiaknya serangga yang
memindahkan bakteri penyakit (bibit penyakit) dan menjauhkan diri dari wabah penyakit
menular. Islam sangat memperhatikan kebersihan dan menciptakan lingkungan yang sehat,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Barang siapa menyingkirkan suatu kotoran dari jalan maka baginya sedekah”.
Kesepian tanpa kekasih,
cukup sekian dan
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai