IKTERUS NEONATORUM
08/01/2022 K/U cukup, suhu tubuh 36,70 C, akral hangat, ikterus Ikterus • Fototerapi 1x24 jam
(Kramer V), BAK jernih, BAB lembek, mata terdapat neonatorum • Puyer 3x1 yang
kotoran (+/+) masing-masing berisi
Ursodeoxycholic Acid
35 mg dan N
Acetylcysteine 35 mg
• Gentamisin salep mata
2x1
09/01/2022 K/U cukup, suhu tubuh 36,80 C, akral hangat, ikterus, Ikterus • Fototerapi 2x24 jam
BAK jernih, BAB lembek, mata terdapat kotoran (+/+) neonatorum • Puyer 3x1 yang
masing-masing berisi
Ursodeoxycholic Acid
35 mg dan N
Acetylcysteine 35 mg
• Gentamisin salep mata
2x1
FOLLOW UP
Tanggal O A P
10/01/2022 K/U cukup, suhu tubuh 36,80 C, Ikterus • Fototerapi 1x24 jam
akral hangat, ikterus, BAK jernih, neonatorum • Phenobarbital 1x10 mg
BAB lembek • Puyer 3x1 yang masing-masing berisi
Hasil Lab Bilirubin (13.22) : Ursodeoxycholic Acid 35 mg dan N Acetylcysteine
Direk : 0,6 35 mg
Indirek : 15,20 • Gentamisin salep mata 2x1
Total : 15,8
11/01/2022 K/U cukup, suhu tubuh 36,70 C, Ikterus • Fototerapi 1x24 jam
akral hangat, ikterus, BAK jernih, neonatorum • Phenobarbital 1x10 mg
BAB lembek • Puyer 3x1 yang berisi Ursodeoxycholic Acid 35
Hasil Lab Bilirubin (19.06) : mg dan N Acetylcysteine 35 mg
Direk : 0,6 • Gentamisin salep mata 2x1
Indirek : 11,20
Total : 11,8
12/01/2022 K/U cukup, suhu tubuh 36,80 C, Post Ikterus • Phenobarbital 1x10 mg
akral hangat, BAK jernih, BAB neonatorum • Puyer 3x1 yang berisi Ursodeoxycholic Acid 35
lembek mg dan N Acetylcysteine 35 mg
• Gentamisin salep mata 2x1
• Kontrol poli anak tanggal 17-01-2022 pukul 16.00
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam
darah sebesar lebih dari 5 mg/dL yang disebabkan karena faktor fisiologis atau
patologis yang secara klinis ditandai dengan adanya ikterus. Pada bayi, kondisi
ikterus disebut sebagai ikterus neonatorum yang ditandai oleh pewarnaan pada
kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
KLASIFIKASI
1. Ikterus Fisiologis
• Terjadi berdasarkan dua penyebab utama, yaitu penurunan klirens bilirubin dan
peningkatan bilirubin yang tersedia
• Pada bayi baru lahir dengan kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2
mg/Dl
• Pada bayi cukup bulan dengan susu formula, kadar bilirubin akan mencapai puncak hingga
6-8 mg/dL pada usia 3 hari
KLASIFIKASI
2. Ikterus Patologis
• Ikterus yang terjadi dalam 24 jam kehidupan
• Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan >13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL
• Peningkatan kadar serum total bilirubin >0,5 mg/dL/jam
• Terdapat tanda-tanda penyakit pada bayi seperti muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat
badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil
• Ikterus yang bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi prematur
• Ikterus yang disertai proses hemolysis (inkompatibilitas darah, defisiensi G6PD, atau sepsis)
• Ikterus yang disertai berat lahir <2000 gram, masa gestasi 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom
gawat nafas pada neonatus, infeksi, trauma lahir pada kepala, hipoglikemia
ETIOLOGI
NON PATOLOGIS PATOLOGIS
PATOFISIOLOGI
1. Pembentukan Bilirubin
2. Transportasi Bilirubin
3. Intake Bilirubin ke Hepar
4. Konjugasi Bilirubin
5. Ekskresi Bilirubin
KERNIKTERUS
Kernikterus adalah sindrom neurologis yang diakibatkan pengendapan bilirubin tak terkonjugasi
dalam sel-sel otak. Kernikterus dibagi menjadi bentuk akut dan bentuk kronis.
Bentuk akut terbagi menjadi tiga fase yaitu fase 1 yang terjadi di hari pertama dan kedua muncul
gejala seperti daya menghisap yang buruk, stupor, hipotonia, dan kejang. Pada fase kedua di pertengahan
hari di minggu pertama muncul hipertonia otot ekstensor, opisthotonus, retrocollis, dan demam.
Sedangkan pada fase ketiga setelah minggu pertama muncul gejala hipertonia. Sedangkan bentuk kronik
dikarakteristikkan dengan hipotonia pada tahun pertama dan setelah itu terjadi gangguan pada
ekstrapiramidal dan tuli sensorineural. Perubahan spesifik yang tampak pada gambaran MRI berupa
peningkatan intensitas sinyal dalam globus palidus pada gambaran T2-weighted.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
ANAMNESIS
1. Riwayat keluarga
2. Riwayat saudara kandung
3. Riwayat sakit selama kehamilan
4. Riwayat obat yang dikonsumsi ibu
5. Riwayat persalinan traumatik
6. Pemberian nutrisi parenteral total
7. Pemberian ASI
a. Breastfeeding jaundice
b. Breast-milk jaundice
PEMERIKSAAN FISIK
1. Usia neonatus
2. Tanda kernikterus seperti letargi, hipotonia, kejang, opistotous, high pitch cry
3. Pallor, plethora, sefalhematom, perdarahan subaponeurotik
4. Tanda infeksi intrauterine seperti pateki dan splenomegaly
5. Progresi sefalo-kaudal pada ikterus berat
6. Penilaian klinis derajat ikterus neonatorum menurut Kramer
KRAMER SCORE
• Kramer I meliputi daerah kepala (Total
bilirubin sebesar ± 5-7 mg)
• Kramer II meliputi daerah dada hingga pusat
(Total bilirubin sebesar ± 7-10 mg)
• Kramer III meliputi daerah perut bawah pusat
hingga lutut (Total bilirubin sebesar ± 10-13
mg)
• Kramer IV meliputi lengan hingga
pergelangan tangan, tungkai bawah hingga
pergelangan kaki (Total bilirubin sebesar ±
13-17 mg)
• Kramer V meliputi telapak tangan dan
telapak kaki (Total bilirubin sebesar >17 mg)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan serum bilirubin (total bilirubin dan bilirubin direk)
• Transcutaneous bilirubinometer (TcB) / Ikterometer
• Pemeriksaan tambahan (golongan darah, Coombs test, darah lengkap, hapusan darah
tepi, hitung retikulosit, skrining G6PD)
TERAPI
• Fototerapi
Pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dL, untuk neonatus yang sakit dengan BB<1000gr
bila konsentrasi bilirubin 5 mg/dL
Dihentikan bila kadar bilirubin <10 mg/dL (<171 µmol/L) atau terdapat efek samping
terapi sinar
Lama penyinaran tidak melebihi 100 jam
• Intravena Immunoglobulin (IVIG)
Digunakan pada kasus dengan faktor imunologik (inkompatibilitas golongan darah)
TERAPI
• Transfusi pengganti
Mengatasi anemia karena eritrosit yang rentan terhadap antibodi eritrosit maternal
Menghilangkan eritrosit yang tersensitisasi
Mengeluarkan serum bilirubin
Meningkatkan albumin yang belum berikatan dengan bilirubin dan meningkatkan
kemampuan untuk berikatan dengan bilirubin
TERAPI
• Penghentian ASI
Dihentikan selama 24-48 jam akan menurunkan serum bilirubin
Dilanjutkan bila konsentrasi total serum bilirubin meningkat antara 12 dan 20 mg/dL
(205.2 dan 342.1 µmol/L) dan terjadi penurunan 3 mg/dL (51.3 µmol/L) setiap harinya
• Terapi medikamentosa
Phenobarbital : Merangsang hepar untuk menghasilkan enzim yang dapat meningkatkan
konjugasi bilirubin dan melakukan ekskresi
Coloistrin : Mengurangi bilirubin dengan mengeluarkan melalui urin (menurunkan kerja
siklus enterohepatika)
THANK YOU