Anda di halaman 1dari 57

BERKHOTBAH TENTANG

KEBUTUHAN ORANG YANG NYATA

PREACHING ABOUT THE NEED OF REAL


PEOPLE

GO!
Pdt. Verly Pesoth

HOMILITIKA
Pdt. Lidya Palakuak
KELOMPOK 5

Reynaldy Kukihi

Wulan Kondoj

Syalom Kojansow
DOSEN

Pdt. Dr. Denny A. Tarumingi, M.Pd.K


A. Memberitakan Firman dan Menanggapi Kebutuhan
(Preaching the Word and Responding to Needs)
Seorang pengkhotbah, harus menjadi orang yang sensitif. Kita yang telah menerima
panggilan ini sadar akan perlunya memupuk semangat tanggap terhadap orang lain.
Pemberian diri kepada Allah dan sesama kita ini merupakan inti dari Injil, dan
setiap orang yang mengaku sebagai orang Kristen dipanggil untuk menanggapi
Allah, yang dinyatakan dalam kepekaan yang sempurna dari Anak Allah. Seorang
pengkhotbah yang tidak peka adalah sebuah kontradiksi. Pengkhotbah bertanggung
jawab kepada Tuhan dan orang-orang di sekitar.
Pengkhotbah sepenuhnya diidentifikasikan dengan jemaatnya, berbagi tempat tinggal yang
sama, makan jatah yang sama, dan tunduk pada harapan dan ketakutan yang sama. Hubungan
intim khotbah dan panggilan pastoral. Semua orang tahu bahwa panggilan untuk pelayanan
membangkitkan atau meneguhkan dalam diri kita penggunaan suatu karunia roh yang
istimewa. Seperti yang ditunjukkan Paulus (1 Korintus 12), ada "keanekaragaman karunia,"
dan tidak seorang pun dari kita akan berbagi di dalamnya kecuali karunia kasih yang
menyeluruh, yang terpenting bagi seluruh pelayanan gereja. Sebagian besar dari kita
menemukan seiring berjalannya waktu di mana kekuatan kita berada. Tetapi ada dua karunia
yang tidak dapat dipisahkan-pengkhotbah dan pendeta. Seorang pendeta bisa menjadi pelayan
kasih karunia yang luar biasa jika sebagai seorang pengkhotbah benar-benar terhalang oleh
beberapa cacat fisik atau kegugupan semata, tidak mungkin khotbah yang sebenarnya
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hati nurani dan kepekaan pastoral.
Pendeta pengkhotbah akan sering mengalami
salah satu mujizat kecil dari kasih karunia
dimana pengunjung atau panggilan telepon yang
tidak terduga dapat menyentuh tepat pada tema
khotbah yang sedang dibicarakan. Kadang-
kadang sebuah pernyataan yang dibuat selama
kontak pastoral yang tidak terduga seperti itu
dapat langsung masuk ke dalam khotbah. Sejauh
mana diperbolehkan untuk menceritakan kisah-
kisah pastoral dalam sebuah khotbah, untuk
benar-benar mengutip apa yang dikatakan orang-
orang dalam percakapan pribadi? jawabannya
ialah, dengan mengikuti aturan untuk tidak
pernah merujuk secara terbuka pada apa pun
yang dikatakan dalam percakapan pribadi dan
—Someone
tidak pernah Famous
menghubungkan pengalaman
pastoral apa pun sebagai ilustrasi dari poin yang
dibuat.
KELOMPOK 5

HOMILITIKA

Ini tentu akan lebih baik daripada jatuh ke dalam kebiasaan terus-menerus
mengacu pada insiden dan percakapan dalam hubungan pastoral kita
dengan anggota gereja - atau orang lain. Tidak ada pertanyaan tentang
efek pada jemaat yang terus-menerus mendengar dari mimbar cerita,
insiden, dan percakapan dari pengalaman pastoral pengkhotbah.
Kemudian ada godaan halus untuk merekayasa cerita agar pengkhotbah
muncul sebagai orang yang selalu memiliki jawaban yang benar. Lalu,
bagaimana seharusnya seorang pengkhotbah menyampaikan
kehangatan dan perhatian pribadi tanpa melampaui batas dan tidak
tergelincir ke dalam gaya yang murni anekdot (yang mungkin diterima
dengan sangat baik) atau mengkhianati kepercayaan tetapi mampu
menanggapi kebuthan?
KELOMPOK 5

HOMILITIK
A

• Hindari mengisi khotbah dengan cerita "kehidupan nyata" yang


tidak muncul secara alami dalam pikiran selama penulisan,
terutama yang dirancang untuk membuat tertawa. (Humor di
mimbar pasti ada tempatnya; perumpamaan Yesus sering kali
merupakan cerita lucu, humor yang kita lewatkan dalam pencarian
kita untuk penerapan yang khusyuk. Tetapi humor harus muncul
secara spontan selama khotbah dan bersifat alami dan tanpa
hambatan.)
• Bersikapla
h sejujur m
mencerita ungkin da
kan inside lam
percakapa n dan
pengalama n, tidak mengklaim
n orang la
in sebagai
Anda . milik
• Jangan p
ern
umat, kec ah menceritakan a
uali (a) itu pa yang t
sekarang sudah lam erjadi ant
, atau (b) a sekali dan ara Anda
seseoran And a memilik ra t u dan seora
g mengat san mil d ng
mengutip akan ses i izin dari ari tempa
nya, tany uatu yang yang bers t Anda
a kan apak s a ngat tepa a n g k u tan. Jika
Anda tela ah Anda t s
h melaku boleh, da e hi ng ga Anda
adalah un kannya. G n beri tah ingin
tuk menc odaan be u je
menjadi im e ri takan bag s a r bagi bebe m aat bahwa
a n , atau meng a im a n a seseoran r ap a p e
menyentu
h di saat alami pen g berubah ngkhotbah
dan dama penderita galaman dari kerag
an , atau tiba- k a s i h k arunia Alla uan
i dalam p tiba masu h yang
seperti itu ercaya". M k ke dala
(tanpa na eminta iz m "sukac
orang un ma, atau in untuk m ita
tuk meng petunjuk e n ceritakan k
enali oran yang mem isah
g yang be ungkinka
efeknya p rs angkutan n beberapa
ada sebu ) dan tela
ah jemaa h merasa
t. kan
KELOMPOK 5

HOMILITIK
A

Adalah mungkin untuk berkhotbah dengan otoritas Firman tanpa


mengasingkan diri dari kehidupan dan masalah yang kita
bagikan dengan mereka yang mendengarkan. Menjadi pendeta
yang baik, bergaul dengan dunia di luar lingkaran gereja,
mengikuti berita, mendengarkan apa yang dikatakan seni, musik,
literatur zaman kita-semua ini adalah bagian dari panggilan
pengkhotbah. Kesempatan-kesempatan di mana ada diskusi
bebas tentang sebuah khotbah.
Seorang yang memberitakan firman tidak harus, bahkan tidak boleh
menarik orang dengan hikmat manusia dan keelokan pidatonya,
melainkan ia semata-mata menjadi pemberita, menyiarkan perkataan
raja dan mencoba menanggapi kebutuhan yang ada, bukan hanya
semata-mata untuk menarik minat orang kepada diri sendiri,
melainkan hanya untuk Raja diatas segala Raja.
B. Teologi Dibalik Khotbah Pastoral
(The Theology Behind Pastoral Preaching)
Pengkhotbah atau konselor yang bijaksana semakin menyadari bahwa gambaran
populer tentang Kekristenan dan psikologi sebagai agama saingan adalah salah
dan bahwa pendeta/pengkhotbah dan psikiater/psikolog dapat menjadi sekutu
dalam pelayanan penyembuhan. Teologi berarti "ilmu tentang Tuhan" atau, secara
harfiah, Firman Tuhan. Khotbah adalah peristiwa di mana kita dibawa bersama ke
hadirat Allah, dan melaluinya Allah dapat menyampaikan Firman-Nya kepada
penyembah individu. Karena itu, pengkhotbah yang setia harus memiliki doktrin
"tinggi" tentang sifat khotbah. Menurut Yohanes, “Pada mulanya adalah Firman,
dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah.” Di
sinilah kita mulai dengan Allah yang hidup. Tuhan adalah yang paling pribadi,
bukan esensi yang tidak dapat berpikir, atau merencanakan, atau menginginkan,
atau mencintai, Tuhan mampu berkomunikasi; dia keluar Oleh karena itu ada apa
yang kita sebut ciptaan. "Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya." Komunikasi keluar
inilah, yang kita sebut Sabda-Nya
KELOMPOK 5

Kegiatan kasih ini selamanya berlabuh di dalam


HOMILITIK
A Ketuhanan, sebuah pemikiran yang dilambangkan
untuk kita dalam doktrin Trinitas. Dalam pengertian
ini, orang dapat mengatakan bahwa di sinilah
pemikiran kita tentang khotbah harus dimulai dengan
Satu Tuhan yang hidup dari segala kekekalan sebagai
Bapa, Anak, dan Roh Kudus. "Di dalam dia ada hidup;
dan hidup itu adalah terang manusia." Di dalam misteri
penciptaan yang luas, Sabda-penyerahan diri dari
Tuhan-bersinar pada manusia dan membawa kehidupan
ilahi yang jauh lebih berarti daripada sekedar
keberadaan fisik. "Terang bersinar dalam kegelapan,
dan kegelapan tidak menguasainya".
Tidak ada petunjuk yang diberikan tentang dari
mana kegelapan itu berasal. Kita semua tahu itu
ada di sana. Apa yang penulis nyatakan adalah
kehadiran cahaya yang berkelanjutan dan tak
terkalahkan. “Demikianlah firman-Ku yang
keluar dari mulutku: itu tidak akan kembali
kepadaku dengan sia-sia, tetapi itu akan
memenuhi apa yang aku kehendaki.”
Pengkhotbah yang menangani masalah pribadi,
tidak ada di sana sebagai ahli agama atau
psikiater amatir, membangun reputasi sebagai
pengkhotbah yang brilian atau penghibur
karismatik, tetapi sebagai saluran untuk
Firman.
KELOMPOK 5

HOMILITIKA

Inilah yang harus diberitakan oleh gereja: Sabda


menjadi daging, komunikasi Allah, seolah-olah, tidak
lagi berada di tangan kedua tetapi tepat di antara kita.
Itu terjadi, sekali untuk selamanya, dalam kehidupan,
kematian, dan kebangkitan Kristus. Tetapi melalui rasul-
rasulnya, mereka yang "diutus ke seluruh dunia dengan
berita", kapan pun dan di mana pun kita tinggal, kita
dapat bertemu dengan Firman Allah yang hidup yang
diterjemahkan ke dalam bahasa kehidupan kita sehari-
hari. Jika kebutuhan pribadi orang-orang harus
dipenuhi, itu karena Injil ini datang dengan kekuatan,
dan bukan karena keterampilan terapi khusus dari
pengkhotbah.
Keilahian dan manusia dengan demikian keduanya
jelas hadir dalam tindakan khotbah Kristen sejati - yang
ilahi dan manusiawi, dan bukan campuran campuran.
Sebuah teologi khotbah yang tinggi menemukan dalam
hal ini refleksi dari Sabda yang menjadi manusia,
Kristus yang benar-benar ilahi dan benar-benar
manusia. Inilah paradoks yang tak terhindarkan yang
terletak di jantung iman Kristen.
KELOMPOK 5

HOMILITIK
A

Menurut Edward Thurneysen, teologi pengembalaan yang mesti


dipraktikan adalah teologi yang memelihara wewenang firman
Allah. Faktor eksklusif pemeliharaan pastoral adalah firman
Allah yang dimana mneurutnya, "Firman Allah harus sifatnya
yang serba lengkap dan manusia tidak boleh berhenti
mempelajarinya". Jadi inti teologi pastoral ialah
mengomunikasikan firman Allah yang terutama dilakukan
melalui khotbah Pemeliharaan pastoral berbeda karena
pemeliharaan itu menyangkut hal mengomunikasikan firman
Allah, pada tingkat individual daripada tingkat orang banyak dan
dimaksudkan untuk mengurangi jarak antara pengkhotbah dan
pendengar
HOMILITIK
A
C. Alternative Resources Tema Mendesak
dan Batasan Liturgi
(The Urgent Theme and the Constraints of the
Liturgy)
Pengkhotbah harus selalu menyadari apa yang
menyatukan jemaat. Orang-orang ini dipertemukan
untuk mencari hadirat Tuhan, mendengar Firman
Tuhan, dan merespon dengan ucapan syukur, syafaat,
dan dedikasi. "Mari kita menyembah Tuhan." Kata-
kata pembuka ini memberikan nada yang sangat
berbeda dari kesan yang disampaikan oleh ucapan
"Selamat pagi!". Disampaikan dengan senyum
profesional.
Maksud tentang liturgi adalah membantu orang-
orang dengan kebutuhan mereka lebih banyak
dengan memperkenalkan mereka ke berbagai
doktrin Kristen. Khotbah yang berhubungan
dengan pertanyaan spesifik yang muncul, tentu
saja, ada kebutuhan dan ruang untuk khotbah yang
dengan berani menangani masalah etis atau
teologis tertentu seperti yang Roh dapat tuntun,
tetapi kita paling membantu kawanan ketika kita
menjaga mereka terus-menerus berhubungan
dengan kerajaan yang Kristus nyatakan melalui
kata-kata-Nya, tindakan-Nya, penderitaan,
kematian, dan kebangkitan-Nya.
HOMILITIKA

Keputusan untuk mengatasi masalah yang cukup spesifik dalam khotbah tentang
kecemasan, kehilangan, perdamaian, kekuatan kejahatan, penderitaan orang
yang tidak bersalah, sukacita Kristen, ketidakadilan hidup, kasih sayang sejati,
revolusi seksual, permisif-tidak boleh sepenuhnya dikendalikan. Kita harus
terus-menerus mengingat berbagai macam kebutuhan, beberapa sangat intens,
yang diwakili oleh kebutuhan yang khas. Seorang pengkhotbah mungkin
tergerak untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang ketidakadilan publik
atau korupsi, tetapi pasti akan ada beberapa yang hadir yang terbebani oleh
tragedi pribadi atau gembira dengan kelahiran, pernikahan, atau pekerjaan
baru. Ketika tidak ada, atau ketika liturgi sepenuhnya bergantung pada masalah
saat ini, sebuah kebaktian hampir tidak dapat dibedakan dari rapat umum
politik. Keprihatinan, dan bukan hanya perlawanan keras kepala oleh kaum
awam terhadap "politik di mimbar," yang telah menyebabkan keluhan tentang
"kurangnya spiritualitas" dalam pelayanan ibadah dan perpecahan malang
yang telah muncul antara "aktivis" dan "pietis" di gereja-gereja kita.
KELOMPOK 5

HOMILITIK
HOMILITIKA A

Banyak masalah pribadi berkaitan dengan rasa tidak aman, tidak


tahu siapa sebenarnya, atau siapa yang peduli. Martin Luther
mengakui bahwa di saat-saat dia hampir putus asa, dia
menemukan penghiburan terbesar dalam dua kata Baptizatus
sum- "Saya dibaptis." Pentingnya pastoral sakramen tidak boleh
diremehkan. Ini membawa pendeta ke dalam hubungan yang luar
biasa dekat dengan keluarga yang bersangkutan, memberikan
kesempatan untuk menjelaskan makna sakramen, dan juga dapat
menjadi sarana penginjilan ketika "pembaptisan" dianggap
sebagai peristiwa yang diinginkan secara sosial. Tanggapan
terhadap Firman adalah penerimaan yang spesifik dan rendah
hati atas kasih karunia-Nya.
D. Jujur dengan Alkitab HOMILITIK
(Being Honest with the Bible) A
Setiap bagian dari gereja di bumi mengakui otoritas Alkitab, betapapun
berbedanya otoritas ini dapat didefinisikan yaitu, satu-satunya wahyu Allah
yang cukup adalah Yesus Kristus, Sabda Allah yang berinkarnasi, yang
kepadanya Roh Kudus memberikan kesaksian otoritatif yang unik melalui
Kitab Suci, yang diterima dan dipatuhi sebagai firman Allah yang tertulis.
Kitab Suci bukanlah saksi di antara yang lain, melainkan saksi tanpa
tandingan. Gereja telah menerima kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru sebagai kesaksian kenabian dan apostolik di mana ia mendengar sabda
Allah dan dengannya iman dan ketaatannya dipelihara dan diatur. Dalam
bagian ini, sifat unik dari Alkitab dijaga tanpa jatuh ke dalam kesalahan
bibliolatri, "Alkitab harus ditafsirkan dalam terang kesaksiannya tentang
pekerjaan pendamaian Allah di dalam Kristus," dan bagian itu diakhiri dengan
kata-kata: Dengan pandangan seperti itu tentang Alkitab, pengkhotbah diberi
tugas untuk membawa pesannya kepada jemaat.
Kesulitan awal menghadang pengkhotbah dalam tugas ini. Ini telah disebut "buta
huruf alkitabiah" dari kebanyakan jemaat. Istilah ini merupakan cara yang agak
kasar untuk merujuk pada fakta nyata bahwa generasi pengunjung gereja ini
belum dilatih dalam mempelajari Alkitab—bahkan sebagai bagian dari warisan
sastra. Perlunya melengkapi pendengaran kitab suci dalam ibadah dengan
ceramah dan kelompok belajar dan saran untuk bacaan pribadi. Jujur dengan
Alkitab menunjukkan bahwa kita mencoba untuk melatih mereka yang khawatir
tentang kurangnya pengetahuan alkitabiah mereka untuk membiarkan Anggota
gereja sering kali tidak begitu yakin dengan otoritas seperti apa yang diberikan
pendeta pada Alkitab dan mungkin sering menahan pertanyaan mereka karena
takut terlihat tidak sopan. Sebagian besar pengkhotbah telah melalui pengalaman
yang kadang-kadang menyakitkan untuk menemukan bagaimana seseorang dapat
mendengar Firman Tuhan dalam Alkitab.
Kita akan sangat membantu perjuangan anggota kita dalam pemahaman iman
mereka jika kita mendorong dalam segala hal penelaahan Alkitab yang
jujur tanpa memaksakan doktrin tertentu tentang inspirasinya kepada
mereka. Kita dapat bersama-sama mencari untuk mendengar Sabda Tuhan
dan menyadari betapa menakjubkannya kisah umat Tuhan yang berpuncak
pada kedatangan Kristus Juruselamat . Kita harus memupuk gaya khotbah
yang alkitabiah, bukan dalam arti diisi dengan teks-teks yang sudah dikenal
tetapi untuk mengilhami pendengar kita untuk mengenal Alkitab sendiri.
Kita akan melakukannya hanya jika kita memelihara kebiasaan belajar
Alkitab dalam kehidupan renungan kita sendiri. Dan itu, seperti yang
diakui sebagian besar pengkhotbah, sulit dilakukan. Yang paling penting,
tentu saja bukanlah keterampilan dalam bahasa aslinya melainkan tekad
untuk terus belajar Alkitab secara mandiri demi pertumbuhan seseorang.
KELOMPOK 5

HOMILITIK
HOMILITIKA A
Kesulitan bagi para pengkhotbah adalah bahwa seseorang
harus terus-menerus melakukan pembacaan dan
penafsiran Alkitab yang berat untuk tujuan khotbah. Sulit
bukan hanya untuk mendapatkan cukup waktu untuk
belajar pribadi tetapi juga untuk menghilangkan kebiasaan
mencari bahan khotbah setiap kali kitab suci dibuka.
Namun hanya pengkhotbah yang telah terbiasa dengan
dampak keseluruhan dari Alkitab, dan telah hidup dengan
karakternya, yang mampu membawakan firman yang akan
memenuhi kebutuhan para penyembah. Ini adalah tugas
seumur hidup, dan semakin lama seseorang
melakukannya, semakin seseorang menyadari betapa
banyak yang harus dilakukan
Berkhotbah untuk kebutuhan pribadi bukanlah masalah
menyimpang dari kebiasaan eksposisi kitab suci untuk
menghasilkan khotbah sesekali yang secara khusus
membahas pertanyaan-pertanyaan seperti perceraian, stres,
kecemasan, kesedihan, atau penyakit terminal. Nilai-nilai akar
dan emosi yang dapat ditemukan dalam semua situasi seperti
itu sudah dapat ditemukan di dalam Alkitab. Karena Alkitab
adalah buku yang sangat manusiawi. Meskipun ada faktor-
faktor dalam kehidupan modern yang tidak diketahui oleh
orang-orang seperti Abraham, Musa, Petrus, atau Paulus,
seperti perkembangan kedokteran dan psikologi modern dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Tema-tema besar Alkitab yang secara teologis diungkapkan dengan kata-kata
Penciptaan, Kejatuhan, dan Penebusan, sama relevannya (menggunakan kata yang
terlalu banyak bekerja) hari ini bagi orang percaya seperti halnya di zaman kuno.
Karena mereka mengacu pada kondisi manusia dan mendasari setiap khotbah
yang mencoba membawa perspektif alkitabiah kepada kebingungan dan
kecemasan orang-orang yang datang untuk beribadah hari ini. Penting bagi
pengkhotbah untuk menyerap dan menyampaikan sudut pandang alkitabiah, tidak
hanya menggunakan bagian-bagian tertentu yang tampaknya dirancang untuk
mengatasi masalah-masalah tertentu. "Pada mulanya Allah" kata buku pertama
dari Alkitab; Di antaranya, kehadiran Tuhan yang menciptakan dan memelihara
tidak pernah jauh. Alkitab dipenuhi dengan pemikiran tentang kedaulatan Allah
yang menciptakan kita.
KELOMPOK 5

Kita yang berkhotbah dan melakukan ibadah HOMILITIK


A
HOMILITIKA memiliki kewajiban untuk memberi petunjuk.
Sayangnya, terlalu mudah untuk membiarkan
pelaksanaan ibadah menjadi sesuatu yang begitu
akrab, hampir otomatis, sehingga kita lupa bahwa
kita terlibat dalam tindakan persekutuan yang unik
dengan Tuhan yang menciptakan kita. Ini bukan
berarti cara beribadah yang kaku, tanpa ruang untuk
sentuhan manusia, tetapi itu berarti kita beribadah
bersama jemaat kita.
Namun tanpa perasaan berada di hadirat Allah
Pencipta, pencipta langit dan bumi, orang-orang
yang bermasalah tidak akan menemukan
kekuatan dan kenyamanan dalam kebaktian
gereja yang tidak lebih dari sekadar kelompok
pendukung sekuler. Adalah baik bagi mereka
untuk mengetahui bahwa mereka berada di
hadirat Tuhan yang mulia, khususnya ketika
dijelaskan bahwa otoritas tertinggi ini adalah
Tuhan yang dengan alam semesta untuk
memerintah, sangat memperhatikan setiap
anggota keluarga Tuhan. Hanya ketika kita
mengingat kebesaran Tuhan, pengetahuan tentang
kasih Tuhan yang tak terbatas menemukan
tempat tinggal di dalam jiwa
Selanjutnya, kita harus mempertimbangkan pandangan Alkitab tentang sifat kita
sebagai manusia. Kisah simbolis tentang Kejatuhan dalam kitab Kejadian pasal
tiga jarang dirujuk baik dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, tetapi apa HOMILITIK
yang diwakilinya adalah penilaian yang sangat realistis bahwa ada sesuatu yang A
salah dengan umat manusia, beberapa putaran kejahatan yang telah
menghancurkan keselarasan di mana pria dan wanita diciptakan untuk hidup
dengan Allah dan dengan satu sama lain. Kadang-kadang dikatakan bahwa
gagasan tentang dosa diimpikan oleh seseorang seperti Paulus untuk tujuan
teologis, dan bahwa Yesus hanya berbicara tentang kita sebagai anak-anak Allah.
Itu datang dari pembacaan Injil yang sangat selektif. Kita membaca dalam Injil
Yohanes, "Ia mengenal manusia dengan baik, semuanya, sehingga ia tidak
memerlukan bukti dari orang lain tentang seorang pria, karena ia sendiri dapat
mengetahui apa yang ada dalam diri seseorang."19 Ini mengacu pada
sekelompok orang-orang yang tampaknya ingin mengikutinya setelah keajaiban;
dia tidak mempercayai mereka. Yang lebih mencerahkan adalah bagian samping
dalam Injil Lukas. Yesus sedang mengajar tentang doa dan berkata, "Jika kamu,
sebagai orang jahat, tahu bagaimana memberikan pemberian yang baik kepada
anak-anakmu; apalagi Bapa surgawimu akan memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang meminta kepada-Nya?"20 Baik Perjanjian Lama maupun Yesus dan
rasul-rasul-Nya terus menggebrak beberapa doktrin tentang dosa asal, tetapi apa
yang dimaksud dengan doktrin itu diungkapkan dalam pendekatan realistis
mereka terhadap kehidupan manusia seperti yang mereka ketahui.
KELOMPOK 5

HOMILITIK
HOMILITIKA A
i
s ebaga
p
i a ngga g pada
d n k.
a nusia uatu ya niat bai
h
a m diri m han, ses an dan g perna ,
l ik a
a t an da taan Tu pendid pun yan man kit a
h ip h a p
y a keja pada c kan ole a siapa nia di z n teori a
n a g w u
d a kala a belak dihilan kin bah erang d s denga ng dosa a
A nod a akan k mung gkan p isa pua r tenta enerim
rny ida un ,b a sa m al
akhi aknya t u meren locaust fakta k a untuk nyak h s
p a o g s a ta
Tam lami at eperti H p enten sti dipak dalam b ng di a
ga s a a a bu ng
men eristiwa ngangg a, kita p mentar melam kan ya
p e it se u sa
atau yang m zaman k anusia, n mamp an keru
pun ia. Di w a m i ini da elakuk
us ah m m
man ataan b an di bu mampu lam.
keny ta cipta g, juga lebih da
ko an
mah ia binat
dun
Ada aliran pemikiran yang muncul sekarang yang mengklaim
bahwa kita harus mencoba mengabaikan kejahatan dan
berkonsentrasi pada potensi manusia untuk kebaikan. Memang
benar bahwa sering di masa lalu, dan kadang-kadang hari ini,
seseorang dengan sakit hati dan depresi semangat pergi ke gereja
dan, di bawah cambukan seorang pengkhotbah yang mencela dosa,
keluar dengan perasaan lebih buruk dari sebelumnya. Beban rasa
bersalah ditambahkan ke dalam penderitaan. Beban rasa bersalah
inilah yang coba dihilangkan oleh para pengkhotbah tentang harga
diri. Tentu saja, mudah untuk mengenali dosa pada orang lain,
seperti yang ditunjukkan oleh para pemimpin agama yang
terhormat kepada wanita yang berzina. "Biarlah dia yang tidak
berdosa di antara kamu melemparkan batu pertama." Yesus terus
mencoret-coret di tanah, dan ketika dia melihat ke atas, tempat itu
kosong. Alkitab adalah perkataan Allah yang ditulis. Artinya
pernyataan Allah tentang diri-Nya dan kehadiran-Nya melalui
Yesus Kristus
HOMILITIK
A

E. Sumber Daya untuk


Khotbah Pastoral
(Resources for Pastoral
Preaching)

Jika seorang pengkhotbah ingin memastikan


bahwa khotbah yang disampaikan selalu
memiliki kontak sensitif dengan masalah
nyata jemaat, apa pun temanya, bagaimana
hal itu dapat dicapai?
Ini tentu bukan masalah menyusun daftar topik abstrak dan
mengerjakannya satu atau lain dari mereka ke dalam setiap khotbah yang
datang. Yang masih kurang bermanfaat adalah saran agar kita berupaya
menghasilkan serangkaian "jawaban" atas pertanyaan-pertanyaan yang
seharusnya berulang-ulang dalam pengalaman pastoral seseorang. Seorang
pendeta juga akan belajar bahwa cukup sering pertanyaan teologis standar
hanyalah kedok untuk mengetahui apakah pendeta benar-benar
mendengarkan manusia lain atau hanya mencari jawaban profesional untuk
pertanyaan abstrak. Hal yang perlu diingat tentang mengabarkan masalah
pribadi adalah bahwa masalah itu bersifat pribadi. Oleh karena itu, mereka
tidak akan benar-benar ditangani oleh jawaban-jawaban stok yang berasal
dari buku-buku teologi pot atau manual konseling pastoral. Maka, sumber
utama untuk khotbah pastoral yang baik adalah mengenal orang-orang
yang akan diajak bicara. Kedengarannya jelas dan mudah. Semakin besar
dan semakin efisien sebuah paroki terorganisir, semakin sulit untuk
menemukan waktu untuk hubungan santai dengan umat paroki. Banyak
gereja saat ini bergerak menjauh dari masyarakat tradisional, dengan
program, presiden, notulen, dan "pembicara" mereka, dan mendorong
pertumbuhan kelompok-kelompok kecil di mana anggota dan pendeta dapat
saling terbuka dan berbagi masalah dan pengalaman nyata mereka dalam
kehidupan rohani.
Tetapi pengkhotbah juga harus waspada
terhadap lingkaran teman-teman gereja
yang terlalu eksklusif. Jika kita ingin
menjangkau dengan Injil di dunia saat ini,
kita harus menerobos hambatan
persahabatan profesional dan mempelajari
apa yang dipikirkan orang lain dan apa
masalah khusus mereka. Melakukan hal itu
berarti mendengarkan banyak kritik
terhadap gereja, beberapa dibenarkan,
beberapa tidak, dan juga banyak
kesalahpahaman kasar tentang pertanyaan-
pertanyaan agama dan etika
Beberapa pengkhotbah telah menemukan pengalaman sebelumnya
dalam perjalanan hidup lain yang sangat berharga dalam belajar untuk
mengatasi masalah nyata dalam bahasa awam. Yang lain telah memiliki
pengalaman sebagai pendeta militer, yang dapat berarti pengungkapan
pemikiran dan bahasa dari berbagai manusia yang tak terbatas. Ada
sumber literatur yang bagus dari mana kita dapat menarik "hal-hal lama
dan baru". Kita belajar tentang keragaman tak terbatas dari semangat
manusia, penderitaan dan ekstasi, nafsu yang menggerakkan pria dan
wanita di setiap generasi, dari klasik Yunani, Romawi, Abad
Pertengahan, Elizabethan, drama, puisi, dan novel, semua membantu
untuk membentuk pendeta pengkhotbah dan memperkenalkan kita
kepada orang-orang yang sangat nyata yang cobaan bergema dalam
kehidupan banyak orang duduk di bangku hari ini.
Ada kalanya pengkhotbah merasa bingung dan frustasi dalam menghadapi masalah
pribadi. Kita mungkin kehilangan kepercayaan pada kemampuan kita untuk menangani
situasi tertentu dalam konseling pastoral, atau topik kontroversial dari mimbar. Kita
mungkin merasa bahwa kita membagikan nasihat yang sama dari tahun ke tahun tanpa
hasil yang nyata. Mungkin ada hari-hari ketika kita merasa kita harus menerima khotbah
yang ditujukan untuk masalah pribadi. Ketika ditanya tentang menghadapi masalah yang
termasuk dalam kategori gangguan psikologis yang parah, tidak ada pengkhotbah yang
merasa bahwa Injil sedang diremehkan dengan merujuk ke psikolog atau psikiater
profesional. Tetapi tentu bijaksana untuk mengakui bahwa, sebagaimana kita biasanya
tidak mengklaim bahwa kita harus dapat menyembuhkan radang usus buntu atau patah
kaki hanya dengan doa, jadi ada penyakit mental yang apa pun konsekuensi spiritualnya,
menuntut perawatan profesional. Adalah berguna bagi seorang pengkhotbah untuk
memiliki pengetahuan pribadi tentang para profesional yang berbagi dengan kita tentang
pengakuan validitas pendekatan spiritual untuk semua jenis gangguan mental dan fisik.
Namun, ada jenis sumber daya pribadi lain yang karena berbagai alasan,
anehnya diabaikan di gereja-gereja kita saat ini. Jika kita bijaksana untuk
merujuk pada "ahli" ketika kita berada di luar kedalaman kita dalam
menangani gangguan mental, bukankah lebih bijaksana untuk berkonsultasi
dengan ahli lain ketika kita berada di luar kedalaman spiritual kita?
Sebagian besar dari kita yang telah beberapa tahun dalam pelayanan dapat
melihat kembali kesalahan yang telah kita buat yang dapat dihindari jika
kita memiliki nasihat. Kita membutuhkan lebih banyak keterbukaan satu
sama lain di tingkat spiritual. Pendeta berkumpul untuk melakukan urusan
gereja, untuk diskusi teologis - tetapi jarang untuk membagikan secara jujur
kegagalan atau kesulitan kita dalam tugas pastoral. Kita semua bisa
menjadi pendeta dan pengkhotbah yang jauh lebih baik jika kita
menggabungkan pengalaman kita dan belajar berdoa bersama secara
alami saat kita bertukar pikiran dengan rekan kita.
Surat-surat pastoral dalam Perjanjian Baru tidak hanya berisi nasihat apostolik kepada jemaat-
jemaat tertentu dari gereja mula-mula, tetapi juga bukti yang jelas bahwa Paulus, Petrus, dan yang
lainnya peduli untuk membangun satu sama lain dalam iman sebagai pengkhotbah dan pendeta.
Surat-surat kepada Timotius penuh dengan nasihat dan nasihat yang sangat praktis untuk pendeta
muda itu. Mereka adalah tambang teks yang tak habis-habisnya untuk digunakan dalam suatu
jemaat, tetapi terutama nasihat bagi semua yang dipanggil ke jabatan pengkhotbah dan pendeta.
"Jangan mengabaikan karunia yang Anda miliki, yang diberikan kepada Anda melalui ucapan
nubuatan ketika para penatua meletakkan tangan mereka atas Anda" (1 Tim. 4:14, RSV). "Semua
orang yang bersama saya mengirim salam. Sapa mereka yang mencintai kita dalam iman. Kasih
karunia menyertai kamu semua" (Titus 3:15, RSV). Tidak ada pendeta pada masa itu yang dapat
merasakan bahwa dia ditinggalkan untuk berjuang sendirian dengan kebingungan, masalah
pastoral, pertentangan, atau kesepian. Mereka adalah sebuah tim, mendorong satu sama lain dalam
iman, menunjukkan kasih Allah, ditopang oleh kasih karunia Tuhan kita Yesus dan sangat sadar
akan koinonia dari Roh.
HOMILITIK
A
Pada titik ini untuk memperkenalkan topik doa dan penyembahan mungkin
terlihat seperti menyarankan, seperti yang sering kita lakukan, bahwa sumber
ini adalah pilihan terakhir dari seorang pengkhotbah pendeta yang bingung.

Namun jika Perjanjian Baru harus dipercaya, doa dalam segala keadaan adalah pilihan
pertama, bukan yang terakhir. "Berdoalah tanpa henti," kata Paulus - sebuah peringatan yang
cenderung kita abaikan sebagai apostolik yang dilebih-lebihkan. Tetapi ini mengacu pada
kebenaran dasar bahwa sebagai orang Kristen seluruh hidup kita harus dihayati dalam
suasana doa yang merupakan persekutuan dengan Allah. Kita semua tahu apa artinya
berdoa, saat kita terus melayani mereka. Kita mungkin menggunakan buku doa pribadi yang
memiliki ruang untuk menulis nama dan mungkin menghadapi dilema mengingat apa
masalahnya. (Kapan mereka meninggal? Mengapa?) Kita mungkin tahu apa artinya memberi
nama orang-orang tertentu selama doa dalam ibadah umum (dan menghadapi keberatan dari
mereka yang lebih suka kelemahan mereka tidak dipublikasikan).
Tetapi apakah kita menyadari kehadiran penyembuhan Kristus yang konstan siang dan malam
saat kita berusaha untuk hidup setiap hari dengan kasih karunia? Karena setiap khotbah yang
benar-benar berusaha untuk menguraikan Sabda, sampai taraf tertentu, lahir dalam doa, maka
khotbah itu pasti terkait dalam Roh dengan anggota-anggota kita yang kita tahu berada dalam
kebutuhan khusus. Efektivitas kita sebagai pengkhotbah pastoral dengan demikian akan
bergantung pada kita menjadi pengkhotbah yang berdoa. Ini adalah sumber daya besar yang
mudah diabaikan jika kita terlalu mengandalkan upaya sadar untuk memenuhi kebutuhan
spesifik orang-orang yang bermasalah. Sama seperti beberapa pendeta, dalam doa pastoral
mereka kadang-kadang membayangkan jemaat mereka dan membuat doa khusus untuk
mereka jemaat. Gereja-gereja Reformasi, dalam upaya mereka untuk mengembalikan rasa
jemaat yang benar-benar berbagi dalam ibadah, dan untuk memastikan rasa kesopanan dan
ketertiban dalam ibadah
F. Apa Tujuan Khotbah?
(What's the Point of Preaching?) HOMILITIK
A

Mungkin setiap pengkhotbah yang sensitif pernah merasakan beratnya


pertanyaan ini. Kita mulai bertanya-tanya apakah akan ada perbedaan
yang nyata jika seni berkhotbah, seperti seni atap pondok jerami, mati
dan tidak ada lagi khotbah. Jika kita berada dalam suasana hati yang
murung, kita bahkan mungkin merenungkan fakta bahwa tidak peduli
berapa ribu kata yang telah kita ucapkan untuk menjelaskan isi Injil.
Dalam suasana hati kita yang lebih sinis, kita mungkin merenungkan
bahwa ketika kita menyampaikan kabar baik, para pendengar mungkin
bertepuk tangan karena kita menegaskan keyakinan mereka sendiri,
tetapi ketika kita menegur mereka puas karena mereka menerapkan
teguran itu kepada orang lain. Injil Markus memberi tahu kita bahwa
"rakyat biasa mendengarnya dengan senang hati" (Markus 12:37).
Sebuah khotbah harus disesuaikan dengan jenis audiens yang sangat
berbeda. Paulus berbicara dengan sangat berbeda kepada pelaut dan
tentara yang kasar, kepada audiensi pejabat negara, dan kepada para
intelektual Athena, tetapi dia tahu, bahwa kebutuhan dasar mereka
sebagai manusia adalah sama.
Gagasan bahwa gereja telah baik di masa lalu dan kadang-kadang hari ini.
Kita akan menemukan bahwa ketika gereja berkembang dan menunjukkan
tanda-tanda vitalitas kerasulan seperti yang tercatat dalam kitab Kisah Para
Rasul 16:5, di mana kita membaca bahwa khotbah berlimpah-khotbah untuk
memenangkan petobat, khotbah untuk membangun orang percaya di iman,
khotbah untuk menasihati dan menasehati. Luther, Calvin, Knox,
Melanchthon, dan para pemimpin lainnya adalah pengkhotbah Firman dan
guru yang kuat dari generasi baru para pendeta dan pemberita. Pernyataan-
pernyataan iman yang muncul pada saat ini memperjelas tempat berkhotbah
di gereja-gereja.
Kita harus membuat penilaian yang realistis tidak hanya tentang fakta
bahwa gereja yang terorganisir memainkan peran yang jauh lebih tidak
terlihat di panggung sosial daripada yang dilakukannya seratus, atau bahkan
lima puluh, tahun yang lalu. Untuk mengenang sebagian yang masih hidup,
gereja menjadi pusat kehidupan sosial suatu komunitas, dan apa yang
disampaikan dari mimbar adalah berita. Khotbah, dalam beberapa kasus,
adalah satu-satunya makanan intelektual atau spiritual yang ditawarkan
kepada orang-orang yang tidak memiliki surat kabar atau komentar
mingguan untuk dibaca, tidak ada radio atau televisi untuk didengarkan, dan
tidak ada kolumnis sindikasi yang menawarkan nasihat tentang semua jenis
pertanyaan intim.
Ada banyak pembicaraan tentang kehadiran orang Kristen di dunia sekuler,
penghilangan bau apa pun dari hal-hal supernatural atau sarana pendukung
lainnya yang tidak terlihat, dan tentang ketidakabsahan total (" tidak relevan "
adalah kata) dari komunikasi verbal dari mimbar. Tentu saja gereja lambat
dalam mengenali perubahan sosial dari kebiasaan dan sarana komunikasi,
dan pengkhotbah tidak selalu selaras dengan suasana hati atau respons
emosional dari generasi tertentu, tetapi kebanyakan orang saat ini lebih
cenderung menemukan sumber yang memuaskan di gereja-gereja di mana
Alkitab berada. secara teratur diuraikan daripada mereka yang telah
menyerah pada kata-kata yang diucapkan demi hiruk pikuk musik pop,
eksperimen liturgi yang tak ada habisnya, dan alat bantu visual. Anehnya,
yang mempertanyakan khotbah sebagai sarana komunikasi Kristen justru
seringkali para pendeta ketimbang kaum awam.Tetapi sejak awal gereja
sadar akan pesan unik untuk dideklarasikan kepada dunia yang tidak
percaya dan akan kekuatan tulisan suci yang menjadi dasar pesan itu—
kekuatan yang tidak hanya untuk mengubah, untuk mengubah seluruh arah
kehidupan individu. dan komunitas, tetapi juga untuk memelihara orang
percaya sebagai anggota Tubuh Kristus. Ketika gereja muncul pada hari
Pentakosta, urutan pertama bisnis adalah khotbah, yang kedua sakramen
Pembaptisan, dan yang ketiga menunjukkan solidaritas baru dalam cinta,
komunitas yang peduli.
Khotbah Petrus menimbulkan pertanyaan "Apa yang harus kita
lakukan?" - sebuah tanda pasti bahwa para pendengar telah
mengerti maksudnya. Ini adalah pertanyaan yang ingin dihindari
oleh banyak pengkhotbah. Khotbah bukanlah latihan dalam teologi
populer, wacana yang merangsang untuk menghibur pikiran, atau
komentar tentang adegan yang lewat. Ini bukan untuk mengatakan
bahwa inti dari setiap khotbah haruslah bahwa setiap orang yang
hadir harus berpaling kepada Kristus dan memulai hidup baru.
Tetapi inti dari khotbah harus tetap merupakan penyebaran berita
tentang Kristus. Para sarjana suka menyebut fungsi khotbah ini
"kerygma," yang merupakan kata Yunani untuk proklamasi,
pemberitaan beberapa berita penting. Dalam bahasa Inggris,
kerygma telah digunakan hampir secara eksklusif untuk
pemberitaan Injil. Ketika Paulus mengumumkan kepada orang-
orang Roma bahwa dia "tidak malu akan Injil Kristus," dia
melanjutkan dengan mengatakan bukan bahwa itu adalah
pernyataan yang benar tentang Allah, agama yang memuaskan,
tetapi bahwa itu adalah "kekuatan Allah yang menyelamatkan".
atau, dalam terjemahan baru (Rm. 1:16, NEB), "kuasa Allah yang
menyelamatkan bagi setiap orang yang memiliki iman."
Inilah yang benar-benar dicari oleh ribuan orang yang putus asa, bingung, dan
khawatir saat ini—bukan seperangkat proposisi agama untuk menjawab masalah
intelektual, melainkan "kekuatan yang menyelamatkan". Dan inilah komitmen gereja
untuk ditawarkan. Ini adalah penginjilan dalam arti kata yang sebenarnya:
persembahan kabar baik. Pada akhirnya, ini adalah cara untuk mengulangi
undangan sederhana Yesus: "Datanglah kepada-Ku." Gereja melakukan ini dengan
berbagai cara melalui kehadiran dan aktivitasnya di semua bagian dunia. Tetapi
pesannya, kabar baiknya, juga harus diproklamasikan secara lisan—dan itulah inti
dari khotbah.

Pengkhotbah tidak dipanggil hanya untuk mengulangi rumusan tertentu di mana kerygma telah diungkapkan
pada generasi yang lalu. Dengan kuasa Roh Kudus, Kontemporer yang agung, pengkhotbah harus
menjadi kendaraan yang melaluinya kabar baik menjadi hidup dan. Kita harus menjadi pemberita,
penyiar, penunjuk Terang yang bersinar di wajah Yesus Kristus. Kita harus memiliki keyakinan dalam
Firman dan pekerjaan Roh Kudus dalam membuka hati dan pikiran kepada kuasa penyelamatan
Kristus. Kita tidak tahu jumlah orang percaya, setengah percaya, dan tidak percaya yang
mendengarkan Injil. Kita mungkin tidak pernah tahu bagaimana seseorang benar-benar telah
diubahkan oleh kuasa Firman. Pengkhotbah harus dilihat baik sebagai guru maupun sebagai sesama
pembelajar. Dia harus menjadi guru yang menjelaskan kebenaran yang ada di balik kerygma, terus-
menerus menyarankan cara-cara baru di mana Injil dapat dipahami dan diterapkan di dunia saat ini.
Pada saat yang sama, pengkhotbah yang terus-menerus mencari pemahaman yang lebih luas.
KELOMPOK 5

HOMILITIK
HOMILITIK A
A

Peran berkhotbah dalam membangun komunitas Kristen sejati yang diajar dalam iman,
hidup secara rohani, dan menawarkan makanan, penghiburan, dan tantangan dapat menjadi
sangat penting. Tidak ada salahnya bagi seorang pengkhotbah, bahkan pengkhotbah yang
paling berwibawa, untuk mengakui kesulitan pribadi dengan suatu doktrin atau untuk
mengakui ketidaktahuan atau bahkan (secara bijaksana) godaan dan dosanya sendiri.
Mereka yang lapar secara rohani, dan bingung secara mental, dan terkuras secara
emosional lebih mungkin untuk mendengar Injil melalui seorang pengkhotbah yang benar-
benar dan jelas manusiawi daripada melalui seseorang yang jelas-jelas merupakan saluran
pipa untuk menyampaikan doktrin yang diterima atau (lebih buruk) orang yang datang
sebagai teladan kebajikan dan kebijaksanaan yang tak terbantahkan. Rohlah yang
menafsirkan khotbah, dan Roh bekerja dengan cara yang misterius.
Tetapi setiap pengkhotbah sejati bukan hanya seorang pemimpin tetapi
seorang pengikut. Seorang pendeta harus menjadi seorang pendeta dan
seorang pengkhotbah, seorang pengkhotbah tanpa permintaan maaf dan
tanpa berusaha menjadi sesuatu yang lain. Pada saat yang sama,
seseorang harus waspada terhadap jenis profesionalisme yang
menempatkan pendeta di atas tumpuan sebagai semacam perwakilan
Kristen, memenuhi citra orang tentang apa dan apa seorang Kristen,
tetapi citra yang mereka sendiri tidak cita-citakan. Khotbah yang akan
membantu mereka yang terlibat dalam perjuangan pemuridan adalah
yang datang dari orang yang juga begitu terlibat. Khotbah adalah
keterampilan komunikasi dari suatu konsep atau gagasan Alkitabiah yang
dapat diambil melalui penafsiran yang benar dari gaya-gaya Alkitab dan
diterapkan melalui kuasa Roh Kudus sehingga pemimpin ibadah
dimampukan untuk berkhotbah. Khotbah yang disampaikan kepada
pendengar mempunyai tujuan tertentu yaitu:
HOMILITIK
A

1) Mengajarkan manusia mengenal Allah secara benar (Yesaya 58:2;


Yeremia 24:7)
2) Menerangkan Yesus Kristus dan karya keselamatan-Nya bagi dunia
(Lukas 2:11)
3) Mengubah kehidupan pendengar (umat Tuhan) untuk bertobat dari
kehidupan yang berdosa (2 Timotius 3:15)
4) Mengubah kehidupan pendengar (umat Tuhan) untuk semakin dewasa
dalam iman (Roma 10:17; Ibrani 4:12; Matius 28:19-20; Galatia 5:22-26)
5) Mengihibur orang yang menderita (Matius 4:4; 7; 10)

Kita dapat merumuskan sebagai berikut: Tujuan khotbah ialah supaya


orang percaya (taat) dan diselamatkan
G. Khotbah yang Menjawab Kebutuhan Nyata
(Sermons That Address Real Needs) HOMILITIK
A

Rahmat datang ke hati yang terbuka untuk menerima


kekuatan di luar diri kita, kepada pikiran yang tidak
terjebak dalam penjara kesombongan dan
kemandirian, dan kepada masyarakat yang
dibebaskan dari kesombongan percaya bahwa
manusia dengan kepandaiannya. dan "banyak
penemuan" dapat menyelamatkan diri. Dan kasih
karunia datang kepada orang Kristen yang percaya,
bukan sebagai pengaruh samar yang tidak terlihat,
atau cairan ajaib yang mengalir dari keran rohani yang
dikendalikan oleh pendeta, tetapi dalam pribadi yang
hidup dan hadirat Yesus Kristus. Rahmat bersifat
pribadi. Itu adalah Tuhan yang datang untuk menemui
kita, menerima kita, mengilhami kita, memberdayakan
kita. Ini adalah pesan utama dari seluruh Alkitab. Bagi
banyak orang, agama tampaknya merupakan masalah
mengakui Tuhan dan hidup sesuai dengan aturan
Tuhan.
Tentu, ada aturan untuk dijalani kita membutuhkan Sepuluh Perintah. Jadi,
di dalam Perjanjian Lama, melalui gemuruh Hukum Taurat terdengar
suara lembut Tuhan yang memimpin kawanan domba-Nya di tepi padang
rumput yang hijau dan air yang tenang, dan Firman yang mengatakan,
"Jangan takut, karena Aku telah menebus engkau. , Aku telah memanggil
engkau dengan namamu; engkau adalah milikku.”36 Dan ketika Firman itu
menjadi manusia dan berdiam di antara kita, kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus datang bersinar ke dalam kegelapan dengan terang yang tidak
pernah padam. Maka rasul itu melanjutkan dengan menulis, "Hukum
Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang
oleh Yesus Kristus.“Kristus adalah anugrah yang berinkarnasi—kasih
penyelamatan Allah yang diterjemahkan ke dalam istilah manusia. Jika
kita menginginkan pengampunan, kita tidak memiliki klaim kecuali pada
kasih yang memanggil kita di dalam Kristus, kerendahan hati yang
berkata, "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku orang berdosa
ini." Hidup oleh kasih karunia adalah hidup dengan sukacita dalam
pengetahuan bahwa kita telah, seperti yang dikatakan Paulus dengan
indah, "diterima di dalam orang-orang yang dikasihi."
01
HOMILITIK
A
02 Apakah ini kedengarannya terlalu pasif, terlalu kurang harga diri
yang dipuji kepada kita hari ini? Sebaliknya, ini adalah pesan
paling membebaskan yang pernah didengar dunia. Kita semua
03 adalah anak-anak anugerah-Nya, dan siapa yang tahu apa yang
harus dihadapi orang lain yang kita kritik karena faktor
keturunan atau lingkungan? Itu membebaskan kita dari
memberi selamat kepada diri kita sendiri ketika kita membantu
tetangga atau mengangkat janji kita ke gereja. Dan itu
membebaskan kita dari menjaga agama kita dalam
kompartemen khusus di mana kita telah mengerjakan apa yang
kita anggap sebagai kewajiban dan kewajiban kita.
Sebagai kepercayaan yang bekerja, kasih karunia mengajarkan
kepada kita bahwa tidak ada momen kegembiraan atau
penderitaan tanpa kehadiran Tuhan yang bekerja dalam segala
hal untuk kebaikan bersama orang-orang yang mengasihi-Nya.
HOMILITIK
A

KESIMPULAN
Dengan melihat berbagai pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa khotbah
merupakan cara dalam mengkomunikasikan gagasan Alkitabiah yang dapat diambil melalui
penafsiran yang benar dari ayat-ayat Alkitab dan diterapkan melalui kuasa Roh Kudus pada
kehidupan pengkhotbah dan juga pendengar khotbah. Dengan memperhatikan beberapa
pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa khotbah adalah menyampaikan atau
memberitakan firman Allah kepada orang lain yang dilakukan oleh seseorang dalam
membawa orang lain untuk mengalami pembaharuan hidup serta memperoleh kebenaran
dan keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kritus. Firman yang dikomunikasikan benar-
benar berasal dari Tuhan melalui hasil perenungan Alkitab. Seorang pengkhotbah tidak
dapat mengandalkan kekuatannya sendiri misalnya pengetahuan dan keterampilan lainnya.
Tetapi seorang pengkhotbah harus menunjukkan suatu karya rohani yang dialami sendiri
serta nampak dalam kehidupannya. Seorang pengkhotbah dapat mengkomunikasikan
firman Allah dengan Alkitabiah apabila ia membina spiritualitas yang baik dengan Tuhan.
Prinsip ini sangat penting karena Alkitab adalah standart yang mutlak bagi pengkhotbah
Banyak para pengkhotbah mengalami kegagalan karena bergantung
pada pengalaman dan pengetahuan pribadi dan tidak mengandalkan
kuasa Tuhan dan peranan Roh Kudus. Seorang pengkhotbah harus
hidup di dalam firman Tuhan terlebih dahulu, sehingga khotbah yang
disampaikan tidak dimanipulasi oleh keinginan sendiri, melainkan tertuju
kepada karya keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena
itu hal-hal seperti kepribadian, panggilan dan kerohanian pengkhotbah
justru lebih menentukan keberhasilan sebuah khotbah dari pada teknik
membuat dan menyampaikan khotbah. Seorang pengkhotbah sangat
perlu memperhatikan kepribadian, panggilan dan kerohaniannya, karena
khotbah sesungguhnya bukan sekedar sebuah karya yang dibuat
berdasarkan tafsiran, tetapi ada unsur lain yang melebihi teknik
penafsiran yakni kasih terhadap Tuhan dan sesama. Jadi dalam
mempersiapkan sebuah khotbah,setiap perasaan pengaruh psikologis
dari seorang pengkhotbah harus dikuduskan terlebih dahulu oleh kuasa
Roh Kudus, sehingga firman Tuhan yang disampaikan berkuasa dan
Alkitabiah.
DAFTAR PUSTAKA HOMILITIK
A
Scharf Greg.
(1997) Khotbah
Yang Rothlisberger. H.
Transformatif. 2012. Homiletika
Jakarta, Yayasan
Ilmu Berkhotbah.
Komunikasi Bina
Jakarta: BPK
Kasih
Gunung Mulia
Stort Jhon & Scharf
Kresbinol Lanonar. Greg. (2013)
(2018) Ilmu Tantangan Dalam
Edward Berkhotbah. Berkhotbah.
Thurneysen. (1962) Yogyakarta, ANDI Read. H C David.
Jakarta, Yayasan
Theolpgy of (1988) Preaching
about the needs of Komunikasi Bina
Pastoral Care. Kasih
real people. USA,
Inggris
Todball Derek. The Westminster
1983) Teologi Press
Pengembalaan.
England, Inter-
Varsity Press
KELOMPOK 5

HOMILITIK
HOMILITIKA A

THANKYOU
!

Anda mungkin juga menyukai