Anda di halaman 1dari 19

INTERELASI NILAI JAWA DAN ISLAM

DALAM ASPEK KEPERCAYAAN SURO /


MUHARRAM

Disampaikan dalam Diskusi Kajian Islam

Oleh : M Fajar Shodiq, MAg


Masuknya Islam ke Jawa
 kedatangan Islam sendiri ke tanah Jawa adalah dengan
damai, melalui pernikahan maupun perdagangan

 Sikap toleran dan akomodatif terhadap kepercayaan dan


budaya setempat, disatu sisi memang dianggap membawa
dampak;
1. dampak negatif yaitu sinkretisme dan pencampuradukan
antara Islam di satu sisi dengan kepercayaan-kepercayaan
lama dipihak lain, sehingga sulit dibedakan mana yag benar
benar ajaran Islam dan mana pula yang berasal dari tradisi
2. Namun aspek positifnya, ajaran-ajaran yang sinkretik
tersebut telah menjadi jembatan yang memudahkan
masyarakat Jawa dalam menerima Islam sebagai agama
mereka yang baru. Dan sebaliknya ajaran-ajaran tersebut
telah memudahkan pihak Islam pesantren untuk mengenal
dan memahami pemikiran dan budaya Jawa, sehingga
memudahkan mereka dalam mengajarkan dan menyiarkan
Islam kepada masyarakat Jawa
Gagasan Sunan kalijaga dalam
berdakwah
 Sunan Kalijaga membuat suatu gagasan
untuk membalut Islam, Budaya Islam dengan
kebudayaan jawa yang telah ada, misalnya
lewat wayang, tari-tarian atau upacara-
upacara adat
 Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Jawa

yang pada saat itu kental dengan animisme


dan dinamisme, merasa mudah menerima
Islam sebagai ajaran baru. Dalam hal ibadah
dan kehidupan sosial, Sunan kalijaga juga
menciptakan tokoh punokawan dalam
pewayangan yaitu;
Nama Jawa Bahasa Arab dan maksudnya
Simaar atau Ismarun artinya paku. Paku adalah alat
SEMAR untuk menancapkan sesuatu agar tegak, kuat, tidak
goyah. Samara-yasmuru-samron juga bermakna
tidak tidur dan bercakap waktu malam artinya orang
yang suka bangun malam (tahajud) dan senantiasa
berbicara (berdo’a,munajat) kepada Allah.
Semar memiliki nama lain yaitu Ismoyo atau bahasa
arabnya ismi-ya yang dalam bahasa arab yang
berarti asma-Ku (nama-nama Allah). Artinya ibadah
harus didasari pada kemantapan dan keteguhan
tauhid uluhiyah

NOLO GARENG Nala Khoiron berarti memperoleh kebaikan, ada


juga yang mengartikan nala qorin artinya
memperoleh banyak teman. Hal ini menjadi filosofi
dakwah bahwa dakwah harus menebar kebaikan
agar orang mau menerima dan agar memperoleh
Nama Bahasa Arab dan maksudnya
Jawa

PETRUK Fatruk artinya tinggalkanlah yaitu


DAN BAGONG
tinggalkan yang mungkar (nahi mungkar)
atau tinggalkan bagong dari bahasa arab
bagho (sifat lacut/maksiat)

TOGOK Thoghut

Pertunjukan wayang dilakukan oleh


Dallang dari bahasa arab dalla-yadullu
TRADISI SATU SURO DALAM MASYARAKAT
JAWA

 Di kalangan masyarakat Jawa terdapat orang-orang


muslim taat, yang kalau ditanya tentang landasan
dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam, mereka
menjawab landasanya adalah al Qur`an dan as Sunnah,
meskipun demikian implementasi gagasan ini di
lapangan berbeda antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain.
 Dalam menghadapi sinkretisasi ajaran-ajaran islam
dengan tradisi Jawa pra Islam, paling tidak telah
muncul tiga pendapat
 Kelompok yang pertama adalah yang
berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran
Islam dengan baik dan bersikap hati-hati
dalam mensikapi tradisi dan budaya lokal,
terutama yang dianggap berbau takhayul,
khurofat dan syirik. Bagi yang menerima
pendapat ini, al Qur`an dan as Sunnah sudah
mengatur semua perikehidupan serta tata
cara rirual dan kepercayaan untuk semua
pemeluk Islam. Oleh karena itu bagi mereka
ritual-ritual dan kepercayaan yang tidak
diajarkan di dalam al Qur`an ad Sunnah Rasul
tidak perlu dan bahka haram dikerjakan.
 Kelompok kedua adalah kelompok moderat.
Orang-orang yang berada dalam kelompok ini
beranggapan bahwa dalam berdakwah, seorang
da`i atau mubaligh harus menggunakan al hikmah
(cara-cara yang bijak). Oleh karena itu dalam
menghadapi masyarakat Jawa yang sudah kadhung
mbalung sungsum dengan tradisi-tradisi dan adat
istiadat lama, tidak boleh dengan cara radikal yang
justru dapat menjauhkan para mubaligh dengan
obyek dawahnya. Oleh karena itu upacara-upacara
slametan yang berkaitan dengan siklus kehidupan
yang tidak ada tuntunan dalam al Qur`an dan
Sunah tidak dilarang, tetapi dimodifikasi dan
dimasukkan unsur-unsur Islam kedalamnya.
 Sedangkan kelompok yang ketiga adalah yang

menerima sinkretisme secara keseluruhan.


BERBAGAI LAKU DALAM
SATU SURO
LAKU KETERANGAN

•Di Yogya dan Surakarta orang Ia akan


berbondong-bondong mengelilingi
memperoleh berkah,
benteng di Keraton dengan membisu,
atau disebut nglalap
atau tanpa bercakap dengan
rekannya tepat tengah malam berkah, hingga Ia
•Di Surakarta, masyarakat percaya akan memperoleh
dengan mengambil kotoran hewan keselamatan, rejeki
kerbau bule yang diarak sekaligus
yang melimpah dan
dengan pusaka Keraton
ketenangan bathin.
•Adapula yang menyikapi dengan
berendam di bengawan (kungkum)  
atau mandi di Tempuran yakni
 Digunung Kawi daerah Malang, orang bersamadi di makam
mbah Jugo, konon makam seorang cina yang dikeramatkan,
bila bersamadi di malam satu sura dan memperoleh hasil,
hingga banyak pengusaha yang kesana
 Di Banyuwangi banyak orang bersamadi ditepi laut, dan banyak
tokoh-tokoh paranormal mulai meramalkan kejadiaan yang
akan datang, bahkan dilansir di media massa. Dirumah-rumah
penduduk banyak mengadakan selamatan suran berupa bubur
dan lauk pauk tertentu yang disebut jenang Manggul, disertai
bunga setaman dan kepulan kemeyan yang menusuk hidung.
 Bahkan yang tak masuk diakal adalah beberapa orang tak
pernah mandi dalam setahun, Ia hanya melakukannya di malam
Sura saja agar memperoleh kekebalan, atau panjang umur
FILOSOFI ORANG JAWA DALAM SATU SURO

 Bagi orang Jawa banyak filosofi yang terkandung dalam


memperingati suro itu, yakni laku prihatin, tak berfoya-
foya , tanpa banyak menghamburkan uang, melampiaskan
nafsunya untuk mendapatkan kenikmatan sementara. Nah
inilah yang terkadang menjadi mitos oleh sebagian besar
masyarakat Jawa, bahwa dengan tidak melakukan foya-
foya, menghamburkan uang dan bersifat prihatin,
mengandung isyarat tidak boleh mengadakan acara
apapun dibulan suro, apalagi saat 1 suro seperti larangan
yang tak tertulis. Mereka seolah khawatir melanggar hal
tersebut menjadikan malapetaka, tidak melanggengkan
hubungan pernikahan atau terjadinya bencana.
SATU SURO DIREFLEKSIKAN DG LAKU DAN
NGELMU
 Tampaknya tradisi menyelaraskan antara Islam dan budaya
Jawa ini telah berlangsung sejak awal perkembangan Islam di
Jawa, beberapa literatur karya satra pujangga Jawa pada
pertengan abad 19, ajaran ini bisa dijumpai didalam serat
Wedhatama karangan Sri Mangkunegara IV, pupuh II, tembang
Pucung
 Juga sebenarnya ajaran Islam sangatlah kental mewarnai
perjalanan pujangga R. Ranggawarsita yang menasehatkan
pada umat untuk selalu ingat dan waspada, dalam serat
Kalatidha bait ke 7 tembang Sinom, yang sangat fenomenal
berikut terjemahannya:
LAGU JAWA VERSI ARAB MAKNANYA
Sluku-sluku bathok Ghusluk-ghusluk Bersihkan perutmu atau
batnaka/bathinaka batinmu. Artinya
perutmu harus
senantiasa diisi oleh
barang yang bersih/halal
atau bersihkan batinmu
dari penyakit hati.

Batho’e ela-elo Bathinaka lailaha illa Batinmu selalu menyebut


Allah kalimat tauhid laila ha illa
Allah

Si romo menyang Sir Umma Yasluka Berjalanlah kamu


solo mengikuti umma
(induk/sumber= nabi
Muhammad) sebagai
LAGU JAWA VERSI ARAB MAKNANYA
Oleh-olehe payung Lailaha illallah hayun Menyebut kalimat
motho wal mauta tahid sejak lahir hidup
sampai matinya untuk
mendapatkan husnul
khotimah

Mak jenthit loloba Muhtasib muqorobah Berhitunglah atau


introspeksilah
terhadap kesalahan
dan dosamu untuk
muqorobah
mendekatkan diri
kepada Allah

Wong mati ora obah Hayun wal mauta lillah Hidup mati hanya
bersandar kepada
Yen obah medeni Mahabatan makhroju Rasa cinta kepada
bocah taubah Allah dan agar dicintai
Allah harus mencari
jalan dengan jalan
bertaubat (meminta
ampun kepada Allah)

Yen urip golekko Yasyrifu inna Kemulian manusia jika


duwit kholaqnahu mim main manusia
dafiq ingat/mengetahui
asal-usulnya. Manusia
yang mulia itu
sebenarnya berasal
dari main dafiq (air
mani yang hina) maka
jangan pernah
SURO DALAM PANDANGAN ISLAM
 pergumulan antara Islam dan Tradisi Jawa memanglah ada.
Menerima tanpa seleksi tentulah langkah yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip agama, apalagi sebuah tradisi yang
sarat dengan bid’ah dan syirik. Haruslah disikapi dengan bijak
dan penuh hati-hati pergumulan budaya ini, karena mau tidak
mau suka dan tidak suka kita hidup didalam masyarakat yang
penuh dengan norma dan tradisi, khususnya Jawa.
 Untuk itu tugas yang tak kenal lelah dari pemuka agama,
asatidzah dan pemuka masyarakat serta pemangku adatlah
yang sangat diharapkan untuk lambat laun meluruskan hal
yang berupa mitos negative ini dalam masyarakat agar tak
terjebak dalam pelestarian tradisi yang salah dan tentu
terjerumus dalam dosa.
 Dan semangat dalam menyambut 1
muharam yang berupa melakukan sikap
prihatin dalam masyarakat Jawa yang tidak
foya-foya dan menghamburkan uang dan
waktu dengan percuma untuk melampiaskan
nafsu duniawi yang tak kunjung habis,
adalah sikap yang terus harus dipupuk dan
dipertahankan bukan hanya saat Muharam
tiba, namun sepanjang waktu untuk semua
generasi.
Meminimali beredarnya mitos
 Sebenarnya sudah ada usaha dari pihak keraton atau pemuka adat
Jawa untuk meminimalisasikan mitos yang beredar dimasyarakat Jawa
 yakni perhelatan “ngunduh mantu” Pernikahan Putri Raja Keraton
Yogyakarta yang diadakan di Palembang pada tepat 1 Sura. Hal ini
menunjukan Keraton sebagai pusat penjaga tradisi yang beredar
dimasyarakat telah memberi contoh kepada masyarakat bahwa semua
hari adalah baik, tak ada larangan apapun untuk mengadakan acara
disaat Sura, apalagi 1 Muharam, tahun Baru Hijriyah adalah moment
yang terbaik, karena adanya semangat baru bagi umat untuk lebih
memperbaiki diri.
 Sekrang sdh banyak masyarakat jawa melakukan perhelatan
pernikahan pada vulan suro/muharaam
HIJRAH DALAM REFLEKSI ISLAM

 Rasulullah ingin mengajarkan kepada umatnya


bahwa untuk mencapai suatu usaha besar
dibutuhkan suatu pengorbanan maksimal dari
setiap hamba. Maksud beliau adalah Hijrah
sesungguhnya adalah ber”hijrah” dengan
segenap dan segala daya upaya baik berupa
pikiran, tenaga, materi bahkan jiwa dan raga
harus diserahkan dan hanya mengabdi kepada
Allah. Dan janganlah mengabaikan sedikit
kemampuan itu selama kita masih memilikinya

Anda mungkin juga menyukai