Anda di halaman 1dari 15

Tugas IKARES

HEPATITIS A
CONI SENOPADANG
PENDAHULUAN

• Epidemic jaundice  hepatitis epidemik


• Perkiraan dari Global Burden of Disease (GBD) dari WHO : puluhan juta individu
terinfeksi per tahunnya di seluruh dunia.
• Infeksi terjadi pada usia anak-anak hingga dewasa (negara berkembang). Negara maju
(endemisitas rendah umumnya terjadi pada usia dewasa (30 tahun ke atas)
• Case fatality rate pasien dewasa dengan hepatitis A lebih tinggi dibandingkan dengan usia
yang lebih muda.
VIRUS HEPATITIS A

• Hepatovirus, yang masuk dalam famili


Picornaviridae. 
• RNA virus, Ukuran 27-32 nm, tidak mempunyai
selubung,
• HAV-RNA dapat dideteksi pada cairan tubuh dan
feses menggunakan teknik amplifikasi asam nukleat
dan teknik sekuensing.
PATOGENESIS

• Penularan jalur fekal-oral, air dan makanan yang terkontaminasi


• Transmisi terutama melalui kejadian luar biasa (transmisi melalui makanan dan minuman), dan kontak dari orang
ke orang. 
• Virus hepatitis A terkonsentrasi sebagian besar pada feses, serum, dan air liur.
• Penempelan virus paling maksimal terjadi pada saat terjadinya kerusakan hepatoselular, selama periode dimana
individu yang terinfeksi berada dalam fase yang paling infeksius.
• Virus hepatitis A sangat stabil pada lingkungan dan bertahan hidup pada suhu 60°C selama 60 menit, tetapi
menjadi tidak aktif pada suhu 81°C setelah pemanasan selama 10 menit.
• Virus hepatitis A dapat bertahan hidup pada feses, tanah, makanan, dan air yang terkontaminasi.
• Virus hepatitis A  mukosa lambung  bereplikasi di kripti sel epitel intestin  mencapai hati melalui pembuluh
darah portal.
• respon imun selular  aktivasi sel T sitolitik spesifik terhadap virus hepatitis A  induksi kerusakan hepatosit
GAMBARAN KLINIS DAN PENUNJANG INFEKSI VIRUS

• Infeksi virus hepatitis A akut  proses nekroinflamasi akut pada hati  sembuh spontan
tanpa sekuele kronik. Masa inkubasi virus hepatitis A biasanya 14-28 hari, bahkan sampai 50
hari.
• Pada dewasa, lebih dari 70% pasien mengalami ikterus dan gejala berlangsung selama 2-8
minggu.
• Gejala prodromal: lemas, cepat lelah, anoreksia, muntah, rasa tidak nyaman pada abdomen,
diare, dan pada stadium lanjutan dan tidak umum, dapat dijumpai demam, sakit kepala,
artralgia, dan mialgia. Gejala prodromal biasanya hilang seiring dengan munculnya ikterus
POLA KLINIS INFEKSI HEPATITIS A

• Asimptomatik, biasanya terjadi pada anak-anak usia dibawah 5-6 tahun


• Simptomatik, dengan urin berwarna seperti teh dan feses berwarna dempul, biasanya disertai dengan ikterus
• Hepatitis kolestasis, yang ditandai dengan pruritus, peningkatan jangka penjang dari alkaline fosfatase, gamma
glutamyl transpeptidase, hiperbilirubinemia, dan penurunan berat badan
• Hepatitis A relaps, yang bermanifestasi kembali munculnya sebagian atau seluruh tanda klinis, penanda
biokimia virus, dan penanda serologi infeksi virus hepatitis A akut setelah resolusi inisial
• Hepatitis fulminan, yang jarang terjadi dan dapat hilang spontan, tetapi dapat juga fatal, bahkan sampai
membutuhkan transplantasi hati.

Pola klinis infeksi hepatitis A berupa kolestasis, relaps dan fulminan  pola klinis yang jarang terjadi.
• hepatomegali (78%) dan ikterus (71%) pada pasien dewasa yang
simptomatik. Splenomegali dan limfadenopati jarang dijumpai.
• Manifestasi ekstrahepatik (jarang) : keterlibatan kulit (kemerahan),
vaskulitis leukositoklastik, pankreatitis, karditis, glomerulonefritis,
pnemuonitis, hemolisis (terutama pada pasien defisiensi G-6PD),
trombositopenia, anemia aplastik, krioglobulinemia, artritis,
kelainan neurologis berupa mononeuritis, ensefalitis, sindrom
Guillain-Barre, dan mielitis transversal
• Sindrom pasca hepatitis  gejala kelemahan bekepanjangan, rasa
tidak nyaman pada abdomen kuadran kanan atas, intoleransi dan
gangguan pencernaan lemak, turunnya berat badan, instabilitas
emosional, dan hiperbilirubinemia indirek yang berkepanjangan
• Infeksi hepatitis A sembuh spontan, lebih dari 99% pasien terinfeksi.
• Case fatality ratio berkisar 0,3%-0,6%, relaps dapat terjadi pada 3-20% kasus.
• Hepatitis fulminan angka kejadian 1:10.000 pada individu yang sehat dan imunokompeten. Angka mortalitas menurun
akibat adanya perawatan intensif yang lebih baik dan fasilitas transplantasi hati. Hepatitis A fulminan berhubungan
dengan usia diatas 50 tahun (case fatality rate 1,8%).  Faktor risiko utama : usia, penyakit hati kronik sebelumnya,
konsumsi parasetamol dosis tinggi, koinfeksi dengan virus hepatitis lainnya, atau koinfeksi dengan infeksi virus lainnya.
• Pada kehamilan, tidak berbeda dengan populasi umum. Kasus transmisi vertikal dari ibu ke janin sangat jarang
• Diagnosis banding:  infeksi virus hepatitis lainnya (hepatitis B, C, dan E), virus Epstein-Barr, cytomegalovirus, campak,
varicella, demam Q reaksi obat hepatotoksik, termasuk obat herbal, infeksi bakteri, sepsis, hepatitis alkoholik, dan
hepatitis autoimun.
TATALAKSANA

• Tidak ada terapi medikamentosa spesifik untuk hepatitis A.


• Terapi simptomatik dan hidrasi yang adekuat 
• Penggunaan obat yang potensial bersifat hepatotoksik sebaiknya dihindari, misalnya
parasetamol.
PENCEGAHAN

• pemberian imunglobulin, vaksinasi, dan kondisi higienis yang baik, seperti cuci tangan
dan desinfeksi.
• imunoglobulin  mencegah infeksi virus hepatitis A pada individu vang sangat rentan
dengan paparan, maupun orang yang baru terkena paparan infeksi virus hepatitis A,
profilaksis pasca paparan virus hepatitis A.
• Bila imunoglobulin diberikan dalam 2 minggu pasca paparan, maka efektivitas
proteksinya sebesar 85%.
IMUNOGLOBULIN

• Pemberian imunoglobulin direkomendasikan untuk individu pasca paparan virus hepatitis A dan individu yang belum
divaksin hepatitis A yang berisiko terpapar virus selama kurang dari dua minggu, profilaksis untuk individu yang belum
terpapar, dimana individu tersebut tidak dapat menerima vaksin (alergi)
• Profilaksis pasca paparan direkomendasikan untuk individu vang terpapar dalam waktu kurang dari dua minggu sebelum
imunisasi, Kontak personal yang erat dengan pasien yang diduga dalam masa inkubasi infeksi Hepatitis A
• Imunoglobulin diberikan secara intramuskular, dosis tunggal sebanyak 0,02-0,06 ml/kg
• Dosis yang rendah efektif untuk proteksi selama 3 bulan, sedangkan pada dosis yang lebih tinggi efektif selama enam
bulan. Hasil dari pemberian imunoglobulin adalah serokonversi, yang didefinisikan sebagai terbentuknya antibodi yang
bersifat protektif setelah pemberian imunoglobulin.
• Pada umumnya kadar yang dianggap protektif adalah 10-20 mlU, yang biasanya timbul setelah 2 bulan pasca pemberian.
IMUNISASI

• Imunisasi aktif (vaksin yang dilemahkan), yang dinaktivasi formalin, dan berupa whole vaccine yang
diproduksi dari kultur sel  menggantikan metode pemberian imunoglobulin untuk profilaksis individu yang
belum terpapar.
• Diberikan kepada orang dengan risiko tinggi terinfeksi virus hepatitis A sebelum terinfeksi virus hepatitis A,
yang belum mempunyai antibodi anti-HAV
• Diberikan dalam dua dosis secara intramuskular dengan selang waktu 6-18 bulan. Pemberian Havrix dosis
tunggal dapat memberikan efek proteksi sampai 1 tahun, tetapi proteksi permanen diperoleH dengan
memberikan vaksin dosis kedua dalam 6-12 bulan.
• Efek samping yang dapat timbul meliputi nyeri di tempat suntikan (terjadi pada 50% kasus) dan sakit kepala
(6-16%). Efek samping yang berat dapat berupa reaksi anafilaksis dan Sindrom Guillain-Barre.
IMUNISASI

• Vaksin disimpan dalam suhu 2-8°C dan dapat disimpan setidaknya dua tahun dalam kondisi
tersebut tapa mengurangi efektivitasnya. Penyimpanan di tempat beku merusak vaksin.
• Kontraindikasi pemberian vaksin hepatitis A adalah individu dengan alergi terhadap vaksin atau
komponen dari vaksin.
• Perhatian khusus perlu dipertimbangkan pada individu dengan penyakit akut derajat sedang dan
berat, serta pada kehamilan; karena sampai saat ini keamanan vaksin hepatitis A untuk ibu hamil
belum dapat dibuktikan.
• Bila seseorang mengalami keterlambatan dalam pemberian vaksin kedua, maka vaksin kedua dapat
langsung diberikan tanpa mengulang vaksin pertama.

Anda mungkin juga menyukai