Anda di halaman 1dari 18

Pemikiran Ekonomi Al-

Ghazali
oleh :
AYU RAHAYU, SE, ME
Biografi Singkat
Nama lengkap Al Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin ahmad
Ath-Thusi asy-Syafii Al Ghazali. Beliau dilahirkan pada tanggal 14 Jumadil akhir tahun
450 H di Thus yang pada waktu itu termasuk ke dalam wilayah Khurasan, Persia atau
Iran pada saat ini.
Sepeninggal ayahnya ia menghabiskan masa kecilnya dalam bimbingan sufi yaitu Ar-
Razakani yang masih teman ayahnya sehingga sang sufi menganjurkan beliau untuk
belajar ilmu kepada guru-guru lainnya. Al Ghazali meneruskan perjalannya ke daerah
Jurjan untuk mendalami ilmu yang diperolehnya dan menambah ilmu baru seperti
dasar-dasar tasawuf kepada imam Nasir Al-Ismaili dan Syaikh Yusuf An-Nassaj.
Selanjutnya Al Ghazali meneruskan pencarian ilmunya di Madrasah Al-Nizhamiyyah.
Di tempat itu Al Ghazali banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu sperti teologi,
hukum islam, filsafat, logika, tasawuf, dan ilmu kalam.
Karya-Karya Al Ghazali
Al Ghazali merupakan sosok ilmuwan dan penulis yang sangat produktif. berbagai
tulisannya telah banyak menarik perhatian dunia, baik dari kalangan muslim
maupun non muslim. para pemikir barat abad pertengahan Raymond Martin,
Thomas Aquinas ditenggarai banyak dipengaruhi oleh pemikiran Al Ghazali.
Berbagai hasil karyanya telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa
seperti latin, spanyol, yahudi, prancis, jerman dan inggris, kemudian dijadikan
referensi oleh kurang lebih 44 pemikir barat. Al Ghazali diperkirakan telah
menghasilkan 300 buku yang meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti logika, filsafat,
moral, tafsir, fiqh, ilmu Al-Quran, tasawuf, politik, administrasi dan ekonomi.
Namun kini hanya ada 84 buah buku diantaranya : Ihya Ulum Al-Din, al-Mungidz
min Al-Dhalal, Tahafut Al falasiah, Minhaj Al-Abidin dll. Dari sekian banyaknya
karya yang ditulis beliau Ihya Ulum Al-Din adalah karya yang paling terkenal.
Pemikiran Ekonomi Al Ghazali
Pemikiran ekonomi Al Ghazali didasarkan kepada pendekatan tasawuf, corak
pemikiran ekonominya ia tuangkan dalam kitab Ihya Ulum Ad-Din. Pemikiran
ekonomi Al Ghazali memfokuskan perhatiannya pada prilaku individu yang
dibahasnya menurut perspektif Al-Quran, Sunnah, fatwa-fatwa sahabat dan
tabi'in serta petuah-petuah para sufi yang terkemuka seperti Junaid Al-
Baghdadi, Dzun Nun Al-Mishri, dan Harits Bin Asad Al-Muhasibi.
Pemikiran Ekonomi Al Ghazali berakar dari sebuah konsep yang disebut
sebagai fungsi kesejahteraan sosial islami. Tema yang menjadi pangkal
pemikirannya adalah konsep maslahah atau kesejahteraan sosial atau
kebaikan bersama yaitu sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas
manusia dan erat kaitannya antara individu dan masyarakat.
1. Maslahah
Menurut Al Ghazali yang dimaksud maslahah adalah meningkatkan
kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perlindungan
keimanan/agama (hifzh ad-din), perlindungan jiwa (hifzh an-nafs),
perlindungan akal (hifzh al-aql), perlindungan keturunan (hifzh an-nasl),
dan perlindungan kekayaan (hifzh al-maal). Apapun yang menjamin
perlindungan kelima ini akan menjamin kepentingan publik dan
merupakan hal yang diinginkan karena sesuai tuntutan wahyu ilahi
tujuan utama kehidupan manusia adalah untuk mencapai falah (kebaikan
di dunia dan akhirat).
Menurut Al Ghazali berdasarkan skala prioritasnya maslahah terbagi
menjadi tiga bagian yaitu : Dharuriyyah, HAjiyyah, dan Tahsiniyyah.
1. Dharuriyyah (kebutuhan primer), yaitu kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh setiap muslim karena bila tidak terpenuhi maka akan
sia-sialah kehidupan di dunia ini.
2. Hajiyyah (kebutuhan sekunder) kebutuhan yang diperlukan untuk
mempermudah melaksanakan kebutuhan dharuriyyah dan
menghilangkan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakannya,
yang termasuk dalam kategori ini adalah menjamak sholat bagi
musafir, bolehnya berbuka puasa bagi yang sakit atau dalam
perjalanan, dan diperbolehkannya solat dengan posisi duduk bagi
orang yang tak kuasa berdiri.
3. Tahsiniyyah (kebutuhan tersier) kebutuhan yang tujuan
pemenuhannya bertujuan untuk memperindah seseorang dalam
melaksanakan sesuatu, yang termasuk dalam kategori ini antara lain
memakai pakaian mewah, memakai wewangian ketika sholat dll.
Menurut Al Ghazali walaupun keselamatan akhirat merupakan tujuan
utama diadakannya syariat, nemun tidak berarti meninggalkan seluruh
aktivitas yang berkaitan dengan masalah keduniawian.
Menurutnya Allah menghendaki adanya keseimbangan yaitu
diperbolehkannya manusia mempersiapkan dirinya untuk memperoleh
kehidupan akhirat yang lebih baik namun hal tersebut jangan sampai
mengabaikan persiapan diri untuk memenuhi kebutuhan dunia. Karena
tidak akan diperoleh kehidupan akhirat yang baik bila kehidupan dunianya
tidak baik.
Kesejahteraan manusia melalui lima kebutuhan dasar tidak akan terpenuhi
dengan baik bila orientasi semua manusia hanya terfokus pada kehidupan
akhirat oleh karenanya melakukan kegiatan ekonomi juga merupakan
keharusan bagi setiap manusia bila menginginkan keselamatan dan
kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
2. Evolusi Pasar
Pasar menurut Al Ghazali merupakan tempat bertemunya antara dua pihak yang saling berkepentingan
untuk memperoleh apa saja yang mereka inginkan. Pasar terbentuk karena kesulitan yang dihadapi saat
transaksi menggunakan sistem barter (pertukaran barang), dimana tidak setiap orang dan setiap waktu
mereka bersedia menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang orang lain yang membutuhkannya.
Konsep Al Ghazali mengenai evolusi pasar dapat ditemukan dalam salah satu paragraf dari tulisannya yaitu :
“ Dikarenakan mayoritas para petani yang tinggal di desa yang tidak ada alat alat pertanian dan disisi lain
para pandai besi, dan tukang batu ditempat tinggal mereka tidak mungkin untuk melakukan aktivitas
pertanian, maka disebabkan karena saling membutuhkan antara yang satu dan yang lain sehingga mereka
melakukan transaksi diantara mereka dengan cara menukarkan barang yang mereka miliki kepada orang
lain yang membutuhkannya dan begitujuga sebaliknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. maka cara
inilah yang disebut dengan barter, namun adakalanya seorang tukang batu yang membutuhkan makanan
dari petani bermaksud menukarkan dengan peralatan yang dibuatnya tetapi pada waktu itu petani tidak
membutuhkan barang tersebut , berdasarkan hal itu karena mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh
apa yang mereka inginkan kemudian mereka menyimpan barang tersebut pada suatu tempat dan bila
mereka membutuhkan sesuatu maka mereka tinggal datang ketempat itu. dari hal ini terbentuklah yang
dinamakan pasar.”
2. Permasalahan Barter
Al Ghazali menyebutkan bahwa pada zaman dahulu manusia telah melakukan kegiatan bisnisnya melalui
transaksi jual beli akan tetapi cara yang digunakan dilakukan dengan cara barter atau tukar menukar barang
sesuai dengan kebutuhan masing masing. Hal ini terjadi karena pada zaman itu belum adanya mata uang yang
digunakan untuk melakukan transaksi.
Kelemahan transaksi dengan barter menurut Al Ghazali disebabkan karena tidak adanya ukuran yang pasti
mengenai samanya nilai suatu barang jika hendak ditukarkan dengan nilai barang lainnya.
Masalah yang ditimbulkan oleh sistem barter adalah , mengurangi lancarnya transaksi perdagangan itu
sendiri. Kesulitan itu diakibatkan oleh :
1. Proses tukar menukar akan menjadi sangat sulit karena pertukaran hanya mungkin terjadi apabila kedua
belah pihak mengadakan kesepakatan tentang pertukaran.
2. Timbulnya kesulitan menilai suatu barang tanpa adanya suatu alat yang tepat untuk menilai suatu barang.
3. Perdangangan dengan sistem ini menghambat kelancaran berbisnis yang pembayarannya ditundake masa
mendatang (kredit)
Karena kesulitan ini sehingga berabad-abad yang lalu banyak orang yang mulai menggunakan matauang untuk
memperlancar kegiatan transaksi jual beli yaitu dengan menjadikan barang-barang tertentu sebagai uang.
3. Evolusi Uang
Pertama-tama Al Ghazali mengemukakan tentang asal-usul uang barang maupun logam secara terperinci hal
ini dapat dilihat dari ungkapan yang dikemukakannya :
“ Sebagaimana pakaian ditukarkan dengan makanan dan kemudian hewan ditukarkan dengan pakaian. maka
hal ini sudah tidak sesuai lagi diterapkan pada saat ini. oleh karenanya perlu adanya penengah yang bijak
untuk menyikapi hal ini, Maka dicarilah penengah yang bijak itu dari barang-barang tambang yang berharga
dan bisa tahan lama. Dari sinilah uang dibuat, baik itu terbuat dari emas, perak dan timah. Kemudian
kebutuhan pun meningkat sehingga membutuhkan percetakan uang, penentuan satuan nilai dan tempat
percetakan serta tempat pertukaran uang”.
Al Ghazali melihat sistem transaksi barter sarat akan kelemahan dan kekurangan mengakibatkan terjadinya
peralihan alat pertukaran dari barang sebagai uang menjadi emas dan perak sebagai standar mata uang.
Menurut Al Ghazali uang berfungsi sebagai :
1. Hakim/ penengah diantara harta benda lainnya sehingga harta benda tersebut dapat ditukar dengan uang
atau lebih dikenal dengan uang sebagai satuan nilai.
2. Perantara untuk memperoleh barang-barang lainnya. karena uang tidak dapat memiliki manfaat pada
dirinya sendiri, namun uang memiliki manfaat bila digunakan untuk hal hal lain. Dikenal dengan istilah
uang sebagai alat pertukaran.
Pada awalnya Al Ghazali mengusung pendapat bahwa alat yang
digunakan sebagai mata uang dan pertukaran hendaknya dibuat
dari barang tambang yang berharga seperti emas, perak, dan
timah. Namun pada akhirnya beliau membolehkan untuk
mencetak uang yang tidak berbahan dasar emas, perak dan timah.
Tentunya Al Ghazali memberikan syarat-syarat percetakan uang
sebagai berikut :
1. uang tersebut harus dicetak dan diedarkan oleh pemerintah.
2. pemerintah harus menyatakan bahwa uang tersebut
merupakan alat pembayaran yang resmi dan sah di daerah
tersebut.
3. pemerintah harus memiliki cadangan emas dan perak sebagai
tolak ukur dari uang yang beredar.
4. Larangan Riba dan pertukaran uang
Dalam istilah Al Ghazali uang diibaratkan cermin yang tidak dapat merefleksikan dirinya sendiri
namun dapat merefleksikan semua warna yang masuk kedalamnya. Dapat juga diartikan uang baru
bermanfaat bila digunakan untuk transaksi sesuai dengan ketentuan hukum islam oleh karenanya
praktek riba dilarang karena riba menimbulkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan kezhaliman dan
dalam banyak Al-Quran juga melarang segala macam bentuk riba bahkan akal pikiran manusia juga
melarang praktek riba karena akan menimbulkan proses penindasan dan eksploitasi si kaya
terhadap si miskin. hal ini akan berdampak pada ketidakseimbangan perekonomian dan akan
berdampak pada kestabilan perekonomian suatu negara.
Al Ghazali mengharamkan riba juga menganjurkan untuk menjauhi dan menghindari praktek
tersebut. Menurutnya ada 2 riba yang harus diwaspadai dalam transaksi bisnis yaitu riba nasiah dan
riba fadhl.
Riba nasiah adalah kelebihan yang diberikan atas keterlambatan seseorang dalam membayar
utangnya kepada orang lain. sedangkan riba fadhl adalah tambahan yang dilakukan dalam suatu
transaksi dimana salah satu pihak menambahkan barang yang akan ditukarnya karena berbeda jenis
antara kedua barang tersebut.
Mengenai pertukaran uang Al Ghazali memberikan
istilah sharf menurutnya pertukaran uang erat
kaitannya dengan masalah riba. Al Ghazali
menyebutkan bahwa siapa saja yang melakukan
transaksi pertukaran uang yang didalamnya terdapat
unsur riba, maka orang tersebut telah mengingkari
nikmat Allah yang diberikan kepadanya dan telah
berbuat zalim. Al Ghazali hanya memperbolehkan
pertukaran uang yang sejenis dan harus sama nilainya.
5. Penimbunan dan pemalsuan uang
Selain pelarangan praktek riba, Al Ghazali juga melarang praktek penimbunan harta/uang. karena
bila uang ditimbun, maka yang akan terjadi adalah lambatnya laju perputaran uang sehingga
menyebabkan kelangkaan produktivitas dan menimbulkan lonjakan harga yang akhirnya
melumpuhkan roda perekonomian. Al Ghazali menganggap penimbunan uang suatu kejahatan.
Al Ghazali juga berpendapat masih ada perbuatan yang lebih buruk daripada penimbunan uang yaitu
kegiatan melebur uang dinar dan dirham menjadi perhiasan. Al Ghazali mengganggap kelompok
kedua ini lebih buruk daripada kelompok pertama. Karena penimbunan uang berarti hanya menarik
peredaran uang yang memiliki efek sementara yaitu mengakibatkan lambatnya laju perputaran
uang. sedangkan peleburan uang menjadi perhiasan akan mengakibatkan hilangnya uang dari
peredaran untuk selama-lamanya berimbas pada berkurangnya jumlah penawaran terhadap uang
sebagai alat untuk melakukan transaksi.
Al Ghazali juga menyoroti mengenai pemalsuan uang. Menurutnya mencetak dan mengedarkan
uang palsu lebih berbahaya ketimbang mencuri uang. hal ini dikarenakan perbuatan mencuri uang
adalah dosa yang hanya dicatat satu kali. Sedangkan dosa dari perbuatan pemalsuan dan peredaran
uang palsu berlipat ganda, setiap kali uang tersebut digunakan maka bertambah teruslah dosa orang
tersebut.
6. Aktivitas Produksi
Al Ghazali mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang harus melakukan kegiatan ekonomi yaitu :
1. untuk memenuhi kebutuhan hidup orang yang bersangkutan seperti kebutuhan sandang, pangan dan
papan.
2. untuk mensejahterahkan keluarga.
3. untuk membantu orang yang memerlukan.
Sedangkan mengenai aktivitas produksi Al Ghazali mengelompokkannya kedalam tiga kategori yaitu :
1. Industri dasar, yang termasuk dalam kelompok ini adalah semua industri yang berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia, seperti pertanian, perindustrian, perkonstruksian, dan aktivitas yang dilakukan
oleh negara guna memenuhi kebutuhan pokok warga negaranya.
2. Aktivitas penunjang, yaitu semua jenis industri yang mendukung lancarnya kinerja industri dasar seperti
industri baja, eksplorasi dan pengembangan sumber daya alam.
3. Aktivitas pelengkap yaitu semua jenis industri yang melengkapi dari dua macam industri diatas seperti
jasa penggilingan dan aktivitas pelengkap lainnya.
Menurut Al Ghazali tahapan untuk menghasilkan suatu produk ada proses-
proses yang harus dilalui sehingga produk tersebut dapat di hasilkan. Berikut
adalah kutipan penjelasan Al Ghazali :
“Coba bayangkan tentang sekerat roti, bagaimana roti dihasilkan? tentu saja
untuk menghasilkan sekerat roti diperlukan waktu yang cukup lama dan
melibatkan sekian banyak orang. karena untuk menghasilkan sekerat roti kita
membutuhkan bahan dasar yaitu gandum. sebagaimana kita ketahui bahwa
gandum itu dihasilkan oleh para petani yang lebih dulu mengolah tanah
sebelum menanaminya dengan benih benih gandum. untuk mengolah tanah
tersebut petani membutuhkan berbagai macam alat yang dihasilkan oleh
pandai besi. begitu seterusnya setelah terlebih dahulu adanya campur tangan
Allah SWT melalui malaikat-malaikat yang ditugasinya seperti dengan
menciptakan angin dan menurunkan hujan. berdasarkan hal ini dapat
disimpulkan bahwa sekerat roti hanya bisa tercipta bila melibatkan sekian
ratus orang bahkan sekian ribu orang dan membutuhkan waktu yang lama.”
7. Peranan Negara Dan Keuangan Publik
Meskipun Al Ghazali menghindari aktivitas politik, Al Ghazali tetap
memberikan komentar dan nasihat yang terperinci mengenai tata cara urusan
negara. Al Ghazali menganggap negara sebagai lembaga yang penting. Ia
menyatakan “negara dan agama adalah tiang-tiang yang tidak akan
dipisahkan dari sebuah masyarakat yang teratur. agama adalah fondasinya
dan penguasa yang mewakili negara adalah penyebar dan pelindungnya, bila
salah satu tiang ini lemah, masyarakat akan ambruk”. Al Ghazali
menitikberatkan peranan utama negara yaitu sebagai sesuatu yang esensial
untuk menjaga orang-orang agar hidup bersama secara harmonis dan bekerja
sama satu sama lain dalam mencari penghidupan. Negara harus berjuang
untuk kebaikan masyarakat melalui kerja sama dan rekonsiliasi (penyesuaian).

Anda mungkin juga menyukai