0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan26 halaman
Teori Durkheim membahas dua jenis solidaritas yaitu solidaritas mekanik yang didasarkan pada kesamaan dan ditemukan pada masyarakat tradisional, serta solidaritas organik yang didasarkan pada pembagian kerja dan ditemukan pada masyarakat modern. Durkheim juga meneliti hubungan antara integrasi sosial dan bunuh diri, di mana ia menemukan bahwa tingkat bunuh diri lebih tinggi pada kelompok dengan integrasi sosial
Teori Durkheim membahas dua jenis solidaritas yaitu solidaritas mekanik yang didasarkan pada kesamaan dan ditemukan pada masyarakat tradisional, serta solidaritas organik yang didasarkan pada pembagian kerja dan ditemukan pada masyarakat modern. Durkheim juga meneliti hubungan antara integrasi sosial dan bunuh diri, di mana ia menemukan bahwa tingkat bunuh diri lebih tinggi pada kelompok dengan integrasi sosial
Teori Durkheim membahas dua jenis solidaritas yaitu solidaritas mekanik yang didasarkan pada kesamaan dan ditemukan pada masyarakat tradisional, serta solidaritas organik yang didasarkan pada pembagian kerja dan ditemukan pada masyarakat modern. Durkheim juga meneliti hubungan antara integrasi sosial dan bunuh diri, di mana ia menemukan bahwa tingkat bunuh diri lebih tinggi pada kelompok dengan integrasi sosial
• Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja erat hubungannya dengan solidaritas sosial. Ada dua bentuk solidaritas yang dasarnya berbeda, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas Mekanik • Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang didasarkan pada kesamaan. Solidaritas mekanik ditemukan pada masyarakat desa atau kelompok-kelompok masyarakat kecil yang tradisional. Masyarakat tersebut para anggotanya memiliki bekerjaan yang sama (bertani, berburu atau menangkap ikan). Karena memiliki kesamaan pekerjaan dan lingkungan, maka mereka memiliki juga kesamaan pengalaman, kesamaan keyakinan, pandangan hidup, cara bicara, cara berpikir, dsb. • Karena kesamaan-kesamaan tersebut maka mereka menjadi satu, menjadi solider. Anggota masyakat dalam bertindak, berpikir, dan merasa harus sama dengan para anggota yang lain. Yang tidak sama akan dimusuhi, dihukum, dikucilkan dan dianggap melakukan penyimpangan atau kejahatan. Yang dinggap menyimpang harus dihukum dengan keras. Mereka harus mengikuti kebiasaan yang ada di masyarakat. Yang menyimpang dianggap membuat merusak keutuhan (solidaritas) masyarakat. Hukum atau norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut dinamakan hukum represif (keras). Solidaritas Organik • Solidaritas organik adalah solidaritas yang didasarkan pada perbedaan atau pembagian kerja. Masyarakat menjadi utuh justru karena ada pembagian kerja. • Karena ada pembagian kerja maka ada saling ketergantungan. Saling ketergantungan karena orang saling membutuhkan. Karena ada saling ketergantungan maka mereka menjadi satu atau solider. • Solidaritas organik adalah solidaritas dalam masyarakat yang sudah berkembang atau maju, misalnya masyarakat kota. Di kota pembagian kerjanya sudah maju dimana ada orang yang bekerja sebagai pedagang, sebagai sopir oto, sebagai pegawai bank, sebagai pegawai PLN, sebagai karyawan toko, dsb. Karyawan toko tergangung pada sopir oto, pada pegawai PLN, pada pegawi bank, pada dokter, dll. Pegawai bank juga tergantung pada orang lain yang pekerjaannya berbeda-beda dengan dirinya. • Hukum atau norma yang berlaku dalam masyarakat dengan solidaritas organik bersifat perdata yang tidak represif atau hukum restitutif. Hukum restitutif (hukum perdata) sifatnya tidak memberikan hukuman yang keras bagi para pelanggaranya. Yang melanggar aturan hanya diharuskan memberikan ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkannya. Kejahatan (Crime) • Menurut Durkheim, untuk menemukan apa yang dimaksud dengan kejahatan bukan dengan cara mencari tindakan-tindakan tertentu yang dianggap jahat, juga bukan dengan mencari orang yang dianggap membahayakan (mengganggu) masyarakat dengan kejahatannya, tetapi dengan cara mencari tindakan yang menggerakkan hukuman atau yang bisa dihukum (punisment). • Untuk mengetahui apa yang dianggap jahat dalam setiap masyarat adalah mencari tahu tindakan apa yang bisa mendapat hukuman. • Tidakan yang bisa dihukum (dianggap jahat) menurut Durkheim tidak selalu merupakan tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan kepentingan umum. Misalnya, misalnya ada masyarakat yang menganggap membawa pisau kecil merupakan bentuk kejahatan, menyembah patung dianggap kejahatan. • Menurut Durkheim, tindakan yang dapat dihukum adalah tindakan yang melawan atau melanggar kesadaran kolektif (collective consciousness). • Collective consciousness adalah totalitas keyakinan bersama mengenai tindakan apa yang diperbolehkan dan yang dilarang dalam masyarakat. • Keyakinan bersama tersebut dipegang kuat dan masuk dalam hati sanubari para anggota masyarakat pada umumnya, sehingga kalau orang melanggar kesadaran kolektif tersebut dianggap merupakan kejahatan dan bisa dihukum. • Menurut Durkheim batas-batas masyarakat adalah berupa kesadaraan kolektif tersebut. Jadi, perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain ditunjukkan oleh adanya perbedaan kesadaran kolektif. Tanpa ada batas-batas tersebut masyarakat akan mengalami kekacauan. • Batas-batas tersebut nampak pada adanya perbedaan antara masyarakat yang satu dengan yang lain dalam hal apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan. Karena itu, orang yang melanggar kesadaran kolektif harus dihukum. Orang tersebut diaanggap merusak masyarakat. Integrasi Sosial dan Bunuh Diri (Suicide) • Untuk menunjukkan betapa pentingnya masyarakat bagi individu dan ketergantungan individu pada masyarakat, Durkheim meneliti hubungan antara integrasi sosial dengan tindakan bunuh diri.
• Durkheim mendefinisikan bunuh diri sebagai tindakan dimana orang dengan
membiarkan dirinya kehilangan nyawanya. Misalnya orang yang menggantung diri, minum racun, membiarkan diri tertabrak mobil atau melocat dari gedung yang tinggi yang mengakibatkan kematian.
• Durkheim melakukan pengamatan tentang kasus bunuh diri di berbagai
wilayah dan atau negara di Eropa. Setelah membuat perbandingan, nampak bahwa peringkat pertama yang melakukan bunuh adalah kelompok orang yang beragama Protestan, peringkat kedua adalah orang yang beragama Katholik, dan peringkat ketiga, yang paling sedikit, adalah orang beragama Yahudi. • Durkheim berpendapat bahwa banyaknya orang Protestan yang melakukan bunuh diri disebabkan karena rendahnya integrasi atau solidaritas sosial diantara orang Protestan sangat lemah, jika dibandingkan orang Katolik dan orang Yahudi. • Rendahnya integrasi sosial ini disebabkan karena orang Protestan bebas menafsirkan kitab suci (Bible) dan tidak harus patuh pada tafsiran para pendetanya. Dengan cara demikian di antara orang Protestan bisa terjadi perbedaan pendapat atau pandangan. Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan orang Protestan integrasi atau solidaritas sosialnya lemah. • Lemahnya integrasi atau solidaritas sosial ini menyebabkan orang Protestan kurang ikatan sosialnya dengan kelompok agamanya lemah. Lemahnya ikatan sosial ini menyebabkan menjadi sangat bebas. Lemahnya ikatan sosial juga menyebabkan orang Protestan kurang mendapatkan dukungan sosial pada saat mengalami kesulitan hidup atau frustasi. Hal inilah yang menyababkan kelompok orang Protestan lebih banyak yang melakukan bunuh diri daripada orang Katholik dan orang Yahudi. • Berbeda dengan orang Protestan, orang Katolik tidak memiliki kebebasan dalam menafsir kitab suci. Orang Katolik terbiasa tergantung pada tafsiran kitab suci yang diberikan pimpinan Gereja. Akibatnya orang Katolik lebih banyak memiliki kesepatan dan lebih tinggi integrasi sosialnya. Inilah yang menyebabkan orang Katolik lebih sedikit melakukan bunuh diri karena ikatan sosialnya dengan kelompoknya lebih tinggi. • Orang Yahudi mmerupakan kelompok minoritas di Eropa, dibenci oleh orang non-yahudi dan banyak diperlakukan secara diskriminatif, misalnya tidak boleh menduduki jabatan publik, dipersulit untuk menjadi guru atau dosen. • Sedikitnya jumlah orang Yahudi dan perlakuan buruk terhadap orang Yahudi inilah yang menyebabkan solidaritas dan integrasi sosial kelompok orang Yahudi sangat kuat. Dan inilah yang menyebabkan kasus buruh diri di antara orang yahudi sangat sedikit jumlahnya. Integrasi sosial atau solidaritas sosial menjadi penyebab perilaku menyimpang • Dari uraian di atas sebenarnya yang menjadi penyebab bunuh diri bukan agama tetapi integrasi sosial atau solidaritas sosial yang lemah. Karena kelompok Protestan integrasi sosialnya lemah maka tingkat bunuh dirinya tinggi jika dibandingkan kelompok Katholik dan Yahudi yang integrasi sosialnya lebih kuat. • Bunuh diri merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang. Bentuk perilaku menyimpang yang lain adalah tindakan kriminil. Ada banyak bentuk kriminal seperti pencurian, kekerasan pada anak, mengkonsumsi sabu, dsb. • Jadi kalau ada banyak orang yang tidak terintegrasi atau menyatu dengan kelompoknya (misalnya: keluarga atau masyarakat pada umumnya) maka ada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan tindakan menyimpang, apakah mengkonsumsi sabu-sabu, melakukan kekerasan, pencurian, atau bunuh diri. • Orang yang hidup sendiri atau orang yang bercerai jauh lebih mungkin melakukan bunuh diri daripada orang yang menikah. Itu terjadi karena orang yang hidup sendiri atau bercerai ikatan sosial dengan kelompoknya melemah. Anak dari keluarga yang tidak harmonis lebih mungkin melakukan tindakan kriminal atau mengkonsumsi sabu- sabu atau minuman keras secara berlebihan. Ketergantungan individu pada kelompok • Hubungan antara integrasi sosial atau solidaritas sosial dengan bunuh diri atau perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh Durkheim menunjukkan adanya ketergantungan individu pada masyarakat atau kelompok. • Membangun atau mengembangkan solidaritas masyarakat dan menjaga keharmonisan keluarga sangat penting agar individu-individu anggota masyarakat tidak jatuh dalam tindakan menyimpang dari norma-norma sosial. Jenis-Jenis Bunuh Diri Durkheim menunjukkan adanya empat jenis bunuh diri, yaitu: Pertama, Bunuh diri altruistik. Bunuh diri altruistik adalah bunuh diri yang terjadi karena terlalu kuatnya solidaritas sosial atau terlalu kuatnya ikatan individu dengan kelompok. Contoh dari bunuh diri altrustik adalah kasus bunuh diri para pengikut sekte agama Kuil Rakyat di Guyana Amerika dan kesediaan para prajurit Jepang untuk melakukan serangan bunuh diri pada Perang Dunia II. Kedua, Bunuh diri egoistik. Bunuh diri egoistik adalah bunuh diri yang disebabkan karena lemahnya ikatan individu dengan kelompok. Karena lemahnya ikatan individu dengan kelompok maka tindakan individu tidak lagi ada batasan- batasannya sehingga pada saat individu memiliki keinginan yang tidak terbatas dan tidak mampu memenuhinya maka individu tersebut bisa frustasi dan melakukan bunh diri. Orang yang jatuh miskin, orang yang tiba-tiba kaya, orang yang bercerai, dan orang yang keluarganya tidak harmonis yang melakukan bunuh diri merupakan bunuh diri egoistik. Ketiga, Bunuh diri anomik. Bunuh diri anomik adalah bunuh diri yang disebabkan karena kekuatan mengatur masyarakat melemah atau berantakan. Lemah atau berantakannya kekuatan tersebut membuat individu tidak puas karena keinginan-keinginannya yang berlebihan tidak terpuaskan. Pada saat ekonomi mengalami krisis atau sebaliknya mengalami booming kemakmuran secara mendadak biasanya banyak terjadi bunuh diri anomik. Pada saat terjadi hal seperti itu kekuatan aturan masyarakat tidak mampu mengendalikan individu. Perubahan- perubahan seperti itu menyebabkan aturan-aturan lama tidak berlaku dan aturan-aturan baru bekum terbentuk. Pada saat seperti itu muncul situasi anomik, yaitu situasi dimana dalam masyarakat tidak ada aturan. Hal ini bisa menyebabkan meningkatnya kasus bunuh diri. Orang yang tiba-tiba menganggur membuat orang tersebut hidupanya menjadi tidak teratur. Hal ini menyebabkan bunuh diri, yaitu bunuh diri anomik. Keempat, Bunuh diri fatalistik Bunuh diri fatalistik adalah bunuh diri yang terjadi karena aturan-aturan yang ada terlalu mengikat orang sehingga orang tidak memiliki harapan- harapan yang lebih baik dalam hidupnya. Hal ini membuat orang bisa melakukan bunuh diri. Budak yang mengalami penindasan atau orang yang hidup dalam penjara dengan pengawasan yang sangat ketat memiliki kemungkinan untuk melakukan bunuh diri jenis ini. Teori Agama Durkheim • Masyarakat menciptakan agama dengan menganggap fenomena tertentu dianggap suci/sakral (the sacred) dan yang lain profan. • Hal yang dianggap suci tersebut dipisahkan dari kehidupan sehari-hari (duniawi). • Hal-hal yang dianggap suci tersebut menimbulkan sikap hormat, kagum dan kewajiban. • Sikap-sikap yang diberikan pada hal-hal tersebut yang mengubahnya menjadi suci. • Apa yang menimbulkan sikap hormat, kagum dan kuwajiban tersebut? Menurut Durkheim adalah masyarakat. • Durkheim menganggap bahwa yang suci dalam agama tersebut tidak lain adalah masyarakat. Yang suci tersebut merupakan simbol dari masyarakat. Yang disembah oleh para penganut agama tidak lain adalah simbol dari masyarakat. Jadi menyembah Tuhan bagi Durkheim tidak lain adalah menyembah masyarakat. • Tuhan dalam agama mengaatasi dan jauh lebih kuat (superior) daripada manusia atau individu. Tuhan menuntut kuwajiban-kewajiban. Masyarakat juga mengatasi dan lebih kuat daripada individu. Masyarakat juga menuntut kuwajiban-kuwajiban tertentu. Definisi Agama Durkheim mendefinisikan agama sebagai “sistem kepercayaan dan praktik yang terpadu yang menyatu dengan satu komunitas moral yang dinamakan gereja (kumpulan jemaat), yaitu semua orang yang mengikutinya.” Jadi ada tiga unsur agama, yaitu: • Sejumlah kepercayaan yang merupakan representasi yang mengekspresikan sifat yang suci dan hubungan-hubungan yang dipertahankan baik di antara yang suci maupun dengan yang profan. • Praktik ritual, yaitu aturan-aturan tindakan tentang bagaimana manusia dalam berhadapan dengan kehadiran yang suci. • Komunitas moral, yaitu suatu kelompok tunggal yang biasa disebut jemaat.
• Ritual dan kelompok jemaat penting dalam teori agama
Durkheim karena ritual dan kelompok jemaat menghubungkan representasi-representasi sosial dengan praktik-praktik individu. • Individu-individu belajar tentang yang suci dan kepercayaan- kepercaan yang berhubungan dengan yang suci dengan berparisipasi dalam ritual dan dalam kelompok jemaat. • Ritual dan jemaat mempertahankan kekuatan representasi sosial dalam memori bersama kelompok jemaat. • Semuanya itu menghubungan individu dengan hal-hal sosial, sebagai sumber energi yang memberikan inspirasi pada saat individu kembali dalam kehidupan sehari-hari. Agama Primitif Suku Arunta • Teori agama Durkheim tentang dikembangkan dengan penelitiannya terhadap suku Arunta, suku asli yang ada di Australia. • Durkheim mempelajari agama suku Arunta karena: Lebih mudah memahami sifat-sifat penting agama dalam masyarakat primitif karena sistem kepercayaannya masih asli dan belum tercampur dengan ideologi. Collective Effervescence • Kehidupan klan dalam suku Arunta terbagi menjadi dua fase. Dalam fase pertama klan terpisah dalam kelompok-kelompok kecil dan kelompok- kelompok kecil tersebut hidup bebas satu dari yang lain untuk bekerja agar bisa hidup. Dalam kondisi terpisah tersebut kehidupan menjadi menjemukan dan merana (kurang semangat). • Pada fase kedua para anggota klan berkumpul kembali untuk melakukan upacara keagamaan berhari-hari atau bebeapa bulan. Berkumpulnya mereka dengan interaksi yang intensi menimbulkan rangsangan yang sangat kuat. • Dalam interaksi tersebut dibangkitkan oleh kehadiraan orang lain dan menghasilkan kegairahan (kegembiraan yang besar) dan kekuatan. Enerji kolektif tersebut dinamakan collective effervescence. • Perjumpaan dalam ritual tersebut disertai dengan nyanyian dan tarian yang menggebirakan. • Pertemuan upacara keagamaan tersebut dilakukan di sekitar totem. • Totem adalah benda-benda biasa seperti tanaman atau hewan yang menjadi simbol kelompok. • Para anggota klan yang berkumpul yang mengalami collective effercence tersebut berusaha menjelaskan bahwa kekuatan yang menggembirakan tersebut berasal dari benda totem. • Dalam pandangan Durkheim, totem merupakan representasi materiil dari kekuatan non-materiil. Dan kekuatan non- materiil tersebut tidak lain adalah masyarakat sendiri. • Durkheim menyimpulkan bahwa yang disembah oleh para anggota klan tidak lain adalah masyarakat sendiri (yang disimbolkan dengan benda-benda totem.