Anda di halaman 1dari 26

Teori Durkheim

Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik


• Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja erat
hubungannya dengan solidaritas sosial. Ada dua bentuk
solidaritas yang dasarnya berbeda, yaitu solidaritas mekanik dan
solidaritas organik.
Solidaritas Mekanik
• Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang didasarkan pada
kesamaan. Solidaritas mekanik ditemukan pada masyarakat desa
atau kelompok-kelompok masyarakat kecil yang tradisional.
Masyarakat tersebut para anggotanya memiliki bekerjaan yang
sama (bertani, berburu atau menangkap ikan). Karena memiliki
kesamaan pekerjaan dan lingkungan, maka mereka memiliki juga
kesamaan pengalaman, kesamaan keyakinan, pandangan hidup,
cara bicara, cara berpikir, dsb.
• Karena kesamaan-kesamaan tersebut maka mereka
menjadi satu, menjadi solider. Anggota masyakat
dalam bertindak, berpikir, dan merasa harus sama
dengan para anggota yang lain. Yang tidak sama
akan dimusuhi, dihukum, dikucilkan dan dianggap
melakukan penyimpangan atau kejahatan. Yang
dinggap menyimpang harus dihukum dengan keras.
Mereka harus mengikuti kebiasaan yang ada di
masyarakat. Yang menyimpang dianggap membuat
merusak keutuhan (solidaritas) masyarakat. Hukum
atau norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut
dinamakan hukum represif (keras).
Solidaritas Organik
• Solidaritas organik adalah solidaritas yang didasarkan pada
perbedaan atau pembagian kerja. Masyarakat menjadi utuh justru
karena ada pembagian kerja.
• Karena ada pembagian kerja maka ada saling ketergantungan. Saling
ketergantungan karena orang saling membutuhkan. Karena ada
saling ketergantungan maka mereka menjadi satu atau solider.
• Solidaritas organik adalah solidaritas dalam masyarakat yang sudah
berkembang atau maju, misalnya masyarakat kota. Di kota
pembagian kerjanya sudah maju dimana ada orang yang bekerja
sebagai pedagang, sebagai sopir oto, sebagai pegawai bank, sebagai
pegawai PLN, sebagai karyawan toko, dsb. Karyawan toko
tergangung pada sopir oto, pada pegawai PLN, pada pegawi bank,
pada dokter, dll. Pegawai bank juga tergantung pada orang lain yang
pekerjaannya berbeda-beda dengan dirinya.
• Hukum atau norma yang berlaku dalam
masyarakat dengan solidaritas organik bersifat
perdata yang tidak represif atau hukum
restitutif. Hukum restitutif (hukum perdata)
sifatnya tidak memberikan hukuman yang
keras bagi para pelanggaranya. Yang
melanggar aturan hanya diharuskan
memberikan ganti rugi atas kerusakan yang
ditimbulkannya.
Kejahatan (Crime)
• Menurut Durkheim, untuk menemukan apa yang dimaksud
dengan kejahatan bukan dengan cara mencari tindakan-tindakan
tertentu yang dianggap jahat, juga bukan dengan mencari orang
yang dianggap membahayakan (mengganggu) masyarakat dengan
kejahatannya, tetapi dengan cara mencari tindakan yang
menggerakkan hukuman atau yang bisa dihukum (punisment).
• Untuk mengetahui apa yang dianggap jahat dalam setiap masyarat
adalah mencari tahu tindakan apa yang bisa mendapat hukuman.
• Tidakan yang bisa dihukum (dianggap jahat) menurut Durkheim
tidak selalu merupakan tindakan yang merugikan orang lain atau
merugikan kepentingan umum. Misalnya, misalnya ada
masyarakat yang menganggap membawa pisau kecil merupakan
bentuk kejahatan, menyembah patung dianggap kejahatan.
• Menurut Durkheim, tindakan yang dapat dihukum
adalah tindakan yang melawan atau melanggar
kesadaran kolektif (collective consciousness).
• Collective consciousness adalah totalitas keyakinan
bersama mengenai tindakan apa yang
diperbolehkan dan yang dilarang dalam masyarakat.
• Keyakinan bersama tersebut dipegang kuat dan
masuk dalam hati sanubari para anggota
masyarakat pada umumnya, sehingga kalau orang
melanggar kesadaran kolektif tersebut dianggap
merupakan kejahatan dan bisa dihukum.
• Menurut Durkheim batas-batas masyarakat adalah
berupa kesadaraan kolektif tersebut. Jadi,
perbedaan antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain ditunjukkan oleh adanya perbedaan
kesadaran kolektif. Tanpa ada batas-batas tersebut
masyarakat akan mengalami kekacauan.
• Batas-batas tersebut nampak pada adanya
perbedaan antara masyarakat yang satu dengan
yang lain dalam hal apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan. Karena itu, orang yang melanggar
kesadaran kolektif harus dihukum. Orang tersebut
diaanggap merusak masyarakat.
Integrasi Sosial dan Bunuh Diri (Suicide)
• Untuk menunjukkan betapa pentingnya masyarakat bagi individu dan
ketergantungan individu pada masyarakat, Durkheim meneliti hubungan antara
integrasi sosial dengan tindakan bunuh diri.

• Durkheim mendefinisikan bunuh diri sebagai tindakan dimana orang dengan


membiarkan dirinya kehilangan nyawanya. Misalnya orang yang menggantung
diri, minum racun, membiarkan diri tertabrak mobil atau melocat dari gedung
yang tinggi yang mengakibatkan kematian.

• Durkheim melakukan pengamatan tentang kasus bunuh diri di berbagai


wilayah dan atau negara di Eropa. Setelah membuat perbandingan, nampak
bahwa peringkat pertama yang melakukan bunuh adalah kelompok orang yang
beragama Protestan, peringkat kedua adalah orang yang beragama Katholik,
dan peringkat ketiga, yang paling sedikit, adalah orang beragama Yahudi.
• Durkheim berpendapat bahwa banyaknya orang Protestan yang melakukan
bunuh diri disebabkan karena rendahnya integrasi atau solidaritas sosial
diantara orang Protestan sangat lemah, jika dibandingkan orang Katolik dan
orang Yahudi.
• Rendahnya integrasi sosial ini disebabkan karena orang Protestan bebas
menafsirkan kitab suci (Bible) dan tidak harus patuh pada tafsiran para
pendetanya. Dengan cara demikian di antara orang Protestan bisa terjadi
perbedaan pendapat atau pandangan. Perbedaan pandangan inilah yang
menyebabkan orang Protestan integrasi atau solidaritas sosialnya lemah.
• Lemahnya integrasi atau solidaritas sosial ini menyebabkan orang Protestan
kurang ikatan sosialnya dengan kelompok agamanya lemah. Lemahnya
ikatan sosial ini menyebabkan menjadi sangat bebas. Lemahnya ikatan
sosial juga menyebabkan orang Protestan kurang mendapatkan dukungan
sosial pada saat mengalami kesulitan hidup atau frustasi. Hal inilah yang
menyababkan kelompok orang Protestan lebih banyak yang melakukan
bunuh diri daripada orang Katholik dan orang Yahudi.
• Berbeda dengan orang Protestan, orang Katolik tidak memiliki
kebebasan dalam menafsir kitab suci. Orang Katolik terbiasa
tergantung pada tafsiran kitab suci yang diberikan pimpinan Gereja.
Akibatnya orang Katolik lebih banyak memiliki kesepatan dan lebih
tinggi integrasi sosialnya. Inilah yang menyebabkan orang Katolik
lebih sedikit melakukan bunuh diri karena ikatan sosialnya dengan
kelompoknya lebih tinggi.
• Orang Yahudi mmerupakan kelompok minoritas di Eropa, dibenci
oleh orang non-yahudi dan banyak diperlakukan secara diskriminatif,
misalnya tidak boleh menduduki jabatan publik, dipersulit untuk
menjadi guru atau dosen.
• Sedikitnya jumlah orang Yahudi dan perlakuan buruk terhadap orang
Yahudi inilah yang menyebabkan solidaritas dan integrasi sosial
kelompok orang Yahudi sangat kuat. Dan inilah yang menyebabkan
kasus buruh diri di antara orang yahudi sangat sedikit jumlahnya.
Integrasi sosial atau solidaritas sosial menjadi penyebab
perilaku menyimpang
• Dari uraian di atas sebenarnya yang menjadi penyebab
bunuh diri bukan agama tetapi integrasi sosial atau
solidaritas sosial yang lemah. Karena kelompok
Protestan integrasi sosialnya lemah maka tingkat bunuh
dirinya tinggi jika dibandingkan kelompok Katholik dan
Yahudi yang integrasi sosialnya lebih kuat.
• Bunuh diri merupakan salah satu bentuk dari perilaku
menyimpang. Bentuk perilaku menyimpang yang lain
adalah tindakan kriminil. Ada banyak bentuk kriminal
seperti pencurian, kekerasan pada anak, mengkonsumsi
sabu, dsb.
• Jadi kalau ada banyak orang yang tidak terintegrasi atau
menyatu dengan kelompoknya (misalnya: keluarga atau
masyarakat pada umumnya) maka ada kemungkinan yang
lebih besar untuk melakukan tindakan menyimpang,
apakah mengkonsumsi sabu-sabu, melakukan kekerasan,
pencurian, atau bunuh diri.
• Orang yang hidup sendiri atau orang yang bercerai jauh
lebih mungkin melakukan bunuh diri daripada orang yang
menikah. Itu terjadi karena orang yang hidup sendiri atau
bercerai ikatan sosial dengan kelompoknya melemah.
Anak dari keluarga yang tidak harmonis lebih mungkin
melakukan tindakan kriminal atau mengkonsumsi sabu-
sabu atau minuman keras secara berlebihan.
Ketergantungan individu pada kelompok
• Hubungan antara integrasi sosial atau
solidaritas sosial dengan bunuh diri atau
perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh
Durkheim menunjukkan adanya ketergantungan
individu pada masyarakat atau kelompok.
• Membangun atau mengembangkan solidaritas
masyarakat dan menjaga keharmonisan
keluarga sangat penting agar individu-individu
anggota masyarakat tidak jatuh dalam tindakan
menyimpang dari norma-norma sosial.
Jenis-Jenis Bunuh Diri
Durkheim menunjukkan adanya empat jenis bunuh
diri, yaitu:
Pertama, Bunuh diri altruistik.
Bunuh diri altruistik adalah bunuh diri yang terjadi
karena terlalu kuatnya solidaritas sosial atau terlalu
kuatnya ikatan individu dengan kelompok. Contoh dari
bunuh diri altrustik adalah kasus bunuh diri para
pengikut sekte agama Kuil Rakyat di Guyana Amerika
dan kesediaan para prajurit Jepang untuk melakukan
serangan bunuh diri pada Perang Dunia II.
Kedua, Bunuh diri egoistik.
Bunuh diri egoistik adalah bunuh diri yang disebabkan
karena lemahnya ikatan individu dengan kelompok.
Karena lemahnya ikatan individu dengan kelompok
maka tindakan individu tidak lagi ada batasan-
batasannya sehingga pada saat individu memiliki
keinginan yang tidak terbatas dan tidak mampu
memenuhinya maka individu tersebut bisa frustasi dan
melakukan bunh diri. Orang yang jatuh miskin, orang
yang tiba-tiba kaya, orang yang bercerai, dan orang
yang keluarganya tidak harmonis yang melakukan
bunuh diri merupakan bunuh diri egoistik.
Ketiga, Bunuh diri anomik.
Bunuh diri anomik adalah bunuh diri yang disebabkan karena
kekuatan mengatur masyarakat melemah atau berantakan. Lemah
atau berantakannya kekuatan tersebut membuat individu tidak puas
karena keinginan-keinginannya yang berlebihan tidak terpuaskan.
Pada saat ekonomi mengalami krisis atau sebaliknya mengalami
booming kemakmuran secara mendadak biasanya banyak terjadi
bunuh diri anomik. Pada saat terjadi hal seperti itu kekuatan aturan
masyarakat tidak mampu mengendalikan individu. Perubahan-
perubahan seperti itu menyebabkan aturan-aturan lama tidak berlaku
dan aturan-aturan baru bekum terbentuk. Pada saat seperti itu
muncul situasi anomik, yaitu situasi dimana dalam masyarakat tidak
ada aturan. Hal ini bisa menyebabkan meningkatnya kasus bunuh diri.
Orang yang tiba-tiba menganggur membuat orang tersebut hidupanya
menjadi tidak teratur. Hal ini menyebabkan bunuh diri, yaitu bunuh
diri anomik.
Keempat, Bunuh diri fatalistik
Bunuh diri fatalistik adalah bunuh diri yang terjadi
karena aturan-aturan yang ada terlalu mengikat
orang sehingga orang tidak memiliki harapan-
harapan yang lebih baik dalam hidupnya. Hal ini
membuat orang bisa melakukan bunuh diri.
Budak yang mengalami penindasan atau orang
yang hidup dalam penjara dengan pengawasan
yang sangat ketat memiliki kemungkinan untuk
melakukan bunuh diri jenis ini.
Teori Agama Durkheim
• Masyarakat menciptakan agama dengan
menganggap fenomena tertentu dianggap
suci/sakral (the sacred) dan yang lain profan.
• Hal yang dianggap suci tersebut dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari (duniawi).
• Hal-hal yang dianggap suci tersebut menimbulkan
sikap hormat, kagum dan kewajiban.
• Sikap-sikap yang diberikan pada hal-hal tersebut
yang mengubahnya menjadi suci.
• Apa yang menimbulkan sikap hormat, kagum dan kuwajiban
tersebut? Menurut Durkheim adalah masyarakat.
• Durkheim menganggap bahwa yang suci dalam agama
tersebut tidak lain adalah masyarakat. Yang suci tersebut
merupakan simbol dari masyarakat. Yang disembah oleh
para penganut agama tidak lain adalah simbol dari
masyarakat. Jadi menyembah Tuhan bagi Durkheim tidak
lain adalah menyembah masyarakat.
• Tuhan dalam agama mengaatasi dan jauh lebih kuat
(superior) daripada manusia atau individu. Tuhan menuntut
kuwajiban-kewajiban. Masyarakat juga mengatasi dan lebih
kuat daripada individu. Masyarakat juga menuntut
kuwajiban-kuwajiban tertentu.
Definisi Agama
Durkheim mendefinisikan agama sebagai “sistem
kepercayaan dan praktik yang terpadu yang menyatu
dengan satu komunitas moral yang dinamakan gereja
(kumpulan jemaat), yaitu semua orang yang
mengikutinya.”
Jadi ada tiga unsur agama, yaitu:
• Sejumlah kepercayaan yang merupakan
representasi yang mengekspresikan sifat yang suci
dan hubungan-hubungan yang dipertahankan baik
di antara yang suci maupun dengan yang profan.
• Praktik ritual, yaitu aturan-aturan tindakan tentang bagaimana
manusia dalam berhadapan dengan kehadiran yang suci.
• Komunitas moral, yaitu suatu kelompok tunggal yang biasa
disebut jemaat.

• Ritual dan kelompok jemaat penting dalam teori agama


Durkheim karena ritual dan kelompok jemaat menghubungkan
representasi-representasi sosial dengan praktik-praktik individu.
• Individu-individu belajar tentang yang suci dan kepercayaan-
kepercaan yang berhubungan dengan yang suci dengan
berparisipasi dalam ritual dan dalam kelompok jemaat.
• Ritual dan jemaat mempertahankan kekuatan representasi
sosial dalam memori bersama kelompok jemaat.
• Semuanya itu menghubungan individu dengan
hal-hal sosial, sebagai sumber energi yang
memberikan inspirasi pada saat individu
kembali dalam kehidupan sehari-hari.
Agama Primitif Suku Arunta
• Teori agama Durkheim tentang dikembangkan
dengan penelitiannya terhadap suku Arunta,
suku asli yang ada di Australia.
• Durkheim mempelajari agama suku Arunta
karena:
Lebih mudah memahami sifat-sifat penting
agama dalam masyarakat primitif karena sistem
kepercayaannya masih asli dan belum
tercampur dengan ideologi.
Collective Effervescence
• Kehidupan klan dalam suku Arunta terbagi menjadi dua fase. Dalam fase
pertama klan terpisah dalam kelompok-kelompok kecil dan kelompok-
kelompok kecil tersebut hidup bebas satu dari yang lain untuk bekerja
agar bisa hidup. Dalam kondisi terpisah tersebut kehidupan menjadi
menjemukan dan merana (kurang semangat).
• Pada fase kedua para anggota klan berkumpul kembali untuk melakukan
upacara keagamaan berhari-hari atau bebeapa bulan. Berkumpulnya
mereka dengan interaksi yang intensi menimbulkan rangsangan yang
sangat kuat.
• Dalam interaksi tersebut dibangkitkan oleh kehadiraan orang lain dan
menghasilkan kegairahan (kegembiraan yang besar) dan kekuatan. Enerji
kolektif tersebut dinamakan collective effervescence.
• Perjumpaan dalam ritual tersebut disertai dengan nyanyian dan tarian
yang menggebirakan.
• Pertemuan upacara keagamaan tersebut dilakukan di sekitar
totem.
• Totem adalah benda-benda biasa seperti tanaman atau
hewan yang menjadi simbol kelompok.
• Para anggota klan yang berkumpul yang mengalami collective
effercence tersebut berusaha menjelaskan bahwa kekuatan
yang menggembirakan tersebut berasal dari benda totem.
• Dalam pandangan Durkheim, totem merupakan representasi
materiil dari kekuatan non-materiil. Dan kekuatan non-
materiil tersebut tidak lain adalah masyarakat sendiri.
• Durkheim menyimpulkan bahwa yang disembah oleh para
anggota klan tidak lain adalah masyarakat sendiri (yang
disimbolkan dengan benda-benda totem.

Anda mungkin juga menyukai