Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) Konsep • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat diobati dan dicegah yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara progresif yang tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas berbahaya.
• Penyebab utama PPOK adalah merokok, terlibat dalam 85%
kasus yang didiagnosis di Amerika Serikat. Risiko lain termasuk kecenderungan genetik, paparan lingkungan (termasuk debu dan bahan kimia pekerjaan), dan polusi udara. Konsep • Pada pasien PPOK, stadium keterbatasan aliran udara diklasifikasikan dengan pengukuran spirometri, sedangkan keparahan penyakit (Kategori A-D) diklasifikasikan menggunakan penilaian gabungan skor gejala, yang diukur dengan kuesioner yang divalidasi, dan risiko eksaserbasi lanjut
• Berhenti merokok dan menghindari racun lain yang diketahui
adalah satu-satunya strategi manajemen yang terbukti memperlambat perkembangan PPOK. Pengobatan • Terapi oksigen telah terbukti mengurangi kematian pada pasien tertentu dengan PPOK. Terapi oksigen diindikasikan untuk pasien dengan PaO2 istirahat kurang dari 55 mm Hg (7,3 kPa) atau PaO2 kurang dari 60 mm Hg (8,0 kPa).
• Bronkodilator inhalasi adalah terapi obat andalan untuk PPOK
dan digunakan untuk meredakan gejala pasien, meningkatkan toleransi latihan dan kualitas hidup. Pengobatan (bronkodilator) • Long-acting B2-agonis (LABA) • Long-acting antikolinergik (LAMA)/ long acting muscarinic antagonist • Kombinasi LABA dan LAMA untuk pasien dengan kondisi PPOK parah Pengobatan • Peran terapi kortikosteroid inhalasi (ICS) pada PPOK masih kontroversial. Pasien dengan eksaserbasi yang sering dan parah dapat mengambil manfaat dari terapi ICS, meskipun risiko pneumonia meningkat
• Kombinasi Bronkodilator dan Kortikosteroid bisa digunakan
untuk eksaserbasi akut Pengobatan • Penggunaan antimikroba pada kondisi eksaserbasi akut bila mengalami minimal dua gejla berikut: peningkatan dispnea, peningkatan volume sputum, dan peningkatan purulensi sputum.
• Penggunaan mukolitik/ekspectorant untuk mengurangi mukus
Perbedaan COPD dan ASMA Klasifikasi COPD berdasarkan tingkat keparahan Terapi non farmakologi • Berhenti merokok • Pulmonary rehabilitation, eg: improving exercise tolerance • Imunisasi • Long-term oxygen therapy • Adjuvant therapy: psychoeducational care, relaxation Penatalaksanaan terapi Kakek Jin yang suka merokok Seorang kakek berumur 78 tahun bernama Jin mengalami batuk produktif, sesak disertai mengi. Diwaktu mudanya kakek Jin bisa menghabiskan 100 bungkus rokok dalam setahun. Kakek Jin baru berhenti merokok dalam satu tahun ini. Itupun masih sering bandel. Kakek Jin takut dengan cucunya, Buyung karena Buyung selalu mengontrol kesehatan Kakek Jin dan mensupport semua kebutuhan Kakek Jin, kecuali rokok. Kakek Jin juga menderita hipertensi ringan dan mengkonsumsi HCT 50mg sekali sehari. Melihat kondisi tersebut, cucunya yang bernama Buyung membawa kakek Jin ke dokter. Kakek Jin menjalani tes spirometer dan mendapatkan hasil FEV/FEC < 70%, terdapat ronchi, tachipnea tapi tidak demam. Kakek Jin batuk terus menerus sehingga tidak bisa duduk dengan lurus. Dokter kemudian memberikan oksigen sampai PaO2 sampai batas normal. Kakek Jin diberikan obat: HCT 50mg 1x sehari Seretide diskus prn N-acetyl cysteine 200 mg 2x sehari Rasionalkah pengobatannya? Apakah ada pengobatan tambahan lain? Adakah konseling yang diberikan? Tugas • Buatlah dengan tulisan tangan penatalaksanaan penggunaan antibiotik pada pasein COPD.