Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

TONSILITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

Disusun oleh :
dr. Destia Ananda

Pembimbing :​
dr. Balqisha Sylvia Rudyanto

PUSKESMAS CIKALAPA
INTERNSHIP PERIODE 26 SEPTEMBER 2022 – 26 FEBRUARI 2023
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat: Pasir Kareumbi
Berat Badan : 25 kg
3

ANAMNESIS
Pasien datang ke poli anak Puskesmas Cikalapa dengan keluhan rasa sakit di
tenggorok yang dirasakan sejak 3 minggu yang lalu sehingga pasien menjadi malas
makan. Ibu Pasien mengaku pasien sering mengkonsumsi makanan berminyak,
makanan pedas dan minuman dingin. Pasien juga mengeluh demam yang dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu, demam hilang timbul disertai batuk pilek dan hidung
tersumbat.
RIWAYAT
PENYAKIT
SEKARANG
Sakit di
Riwayat daerah wajah,
konsumsi rasa ada cairan
gorengan, mengalir di
Batuk pilek dan tenggorokan,
tidur makanan
pedas, dan nyeri telinga,
mendengkur Riwayat sakit
minuman
Nyeri gigi disangkal
dingin
tenggorokan,
nyeri
menelan
Demam 2 makanan
minggu padat
hilang maupun cair
timbul
Riwayat
Riwayat Riwayat Riwayat
Penyakit
Keluhan yang Alergi Keluarga Imunisasi
Dahulu Tidak ada keluhan Imunisasi lengkap
sama dirasakan 2
Asma disangkal serupa pada hingga usia 9
minggu lalu.
keluarga tahun
Hilang timbul

Mata merah mata


berair disangkal

Gatal – gatal dan


kemerahan di
kulit sangkal
6

Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Kepala : Normosefali, deformitas (-), Facies adenoid (-), distribusi rambut
Tampak sakit ringan
merata
Tanda vital :
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-, refleks cahaya langsung +/+,
Suhu : 37,9oC
refleks cahaya tidak langsung +/+
Nadi : 82x/menit
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening -/-
Pernapasan : 20x/min
Thorax :
Tekanan darah : 90/60 mmHg
• Paru : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
• Jantung : Bunyi Jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, clubbing finger (-)
Pemeriksaan Telinga
Telinga luar Liang telinga

Organ Telinga kanan Telinga kiri Keterangan Telinga kanan Telinga kiri

Daun telinga Normotia Normotia Lapang/sempit Lapang Lapang


Retroaurikuler Hiperemis (-), abses (-), Hiperemis (-), abses (-),
Warna epidermis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
nyeri tekan (-), fistel (-) nyeri tekan (-), fistel (-)
Sekret Sekret (-) Sekret (-)
Preaurikular Nyeri tarik auricula (-), Nyeri tarik auricula (-),
tidak hiperemis, tidak tidak hiperemis, tidak Serumen Serumen (-) Serumen (-)

oedem oedema Membran timpani Intak, Reflek cahaya (+) Intak, Reflek cahaya (+)
Pemeriksaan Hidung
Rhinoskopi Anterior
Bentuk : Normal, tidak ada deformitas Meatus nasi inferior : Eutrofi/eutrofi

Tanda peradangan : Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Konka medius : Eutrofi/eutrofi
Bengkak (-) Meatus nasi medius : Sekret +/+
Vestibulum : Hiperemis -/-, sekret -/- Septum nasi : Deviasi -/-
Cavum nasi : Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/- Pasase udara : Hambatan -/-
Konka inferior : Eutrofi/eutrofi

Rhinoskopi posterior tidak dilakukan


Pemeriksaan Faring
Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-) Tonsil :
• T2/T2
Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-) • hiperemis +/+
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-) • permukaan mukosa tidak
rata/granular +/+
Gigi : gigi geligi lengkap,caries (-) • Kripta melebar +/+
Lain-lain : radang ginggiva (-),mukosa pharynx tenang, • Detritus +/+
post nasal drip (-) • Perlengketan -/-
Pemeriksaan Maksilofasial
Simetris
Nyeri tekan pada sinus
a. Frontalis (-/-)
b. Maksilaris (-/-)
c. Ethmoidalis (-/-)
d. Sfenoidalis (-/-)
11

RESUME
Pasien dating ke Poli Anak Puskesmas Cikalapa dengan keluhn rasa sakit
di tenggorokan, nyeri menelan makan padat dan cair sejak 3 minggu yang
lalu sehingga malas makan. Pasien mengekuh batuk dan pilek dan demam
sejak 2 minggu yang lalu hilang timbul. Pasien juga mengalami gangguan
tidur karena sering mendengkur.

Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil hipertrofi dengan ukuran


T2 / T2, tonsil hiperemis +/+, permukaan mukosa tidak rata / granular +/+,
kripta melebar +/+, dan detritus +/+
12

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING DIAGNOSIS KERJA

• Tonsilitis Akut • Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut


• Tonsilofaringitis
13

Usulan Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan laboratorium berupa kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan
apusan tonsil untuk mengetahui kuman penyebab.
14

TATALAKSANA

NON MEDIKAMENTOSA MEDIKAMENTOSA

1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang - Amoxixiln 3 x 250mg selama 5 hari


diderita dan pencegahannya - Dexametason 2x 0,5mg
2. Hindari konsumsi minuman dingin, - Paracetamol 3 x 250 mg
makanan berminyak dan bersantan - Obat Kumur Desinfektan (GOM)
3. Banyak istriahat
4. Kontrol rutin ke dokter THT
15

PROGNOSIS

AD VITAM AD FUNCTIONAM AD SANACTIONAM

Bonam Dubia Dubia


TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan dan
ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis
adalah peradangan pada tonsil yang disebabkam oleh infeksi bakteri, virus dan
Beberapa factor predisposisi lain.

Tonsilitis
 Tonsilitis akut
 Tonsilitis membranosa
 Tonsilitis kronik
Epidemiologi
Berdasarkan survei epidemiologi penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan
(THT) di 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis
kronis sebesar 3,8%, tertinggi kedua setelah nasofaring akut (4,6%).6 Kejadian
tonsilitis kronis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang
dilaporkan oleh Aritomoyo pada tahun 1978 sebanyak 23,36% dan 47%
diantaranya pada usia 6- 15 tahun.
Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
 Streptokokus beta hemolitikus
 Streptokokus viridans
 Streptokokus piogenes
 Haemofilus influenzae
Klasifikasi
Bacterial
Virus
•Etiologi: streptokokus betahemolitikus
•Etiologi: Epstein Barr grup A, pneumokokus viridan,
•Gejala : mirip common streptokokus piogen
cold disertai dengan •gejala dan tanda:
nyeri tenggorok 1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri menelan
•Terapi: bad rest,
3. Febris
minum, analgetik dan 4. Nyeri alih di telinga
antivirus jika gejala 5. Tonsil membesar & hiperemis,
berat detritus (+)
6. KGB submandibula besar & nyeri
tekan
• Terapi: antibiotik spektrum luas,
antipiretik
• Komplikasi: OMA, sinusitis,
abses peritonsil, miokarditis,
GNA, Obstructive Sleep Apnoe
Syndrome (OSAS)
22

Tonsilitis Membranosa
• Etiologi : Coryne Bacterium diphteriae
• Biasanya menginfeksi saluran napas atas
• Terapi :
• Isolasi pasien
• Anti Difteri Serum
• Antibiotik : Pennisilin atau eritromisin
• Kortikosteroid
• Antipiretik Umum Lokal Eksotoksin
Subfebris Tonsil membesar Miokarditis
Nyeri Kepala Ditutupi bercak putih kotor Kelumpuhan otot palatum
membentuk membrane dan pernapasan
semu yang semakin luas
Mudah berdarah
Lemah letih lesu KGB leher bengkak (Bull’s Albuminuria
Nyeri menelan neck)
23

Tonsilitis Kronik
o Rangsangan menahun dari rokok, makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh
cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
o Gejala :
1. Tonsil membesar
2. Permukaan tidak rata
3. Kripta melebar dan terisi detritus
4. Rasa mengganjal di tenggorokan
5. Rasa kering di tenggorokan
6. Napas berbau
24
Patofisiologi
Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan.
Tonsilitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan
epitel.
Adanya infeksi berulang pada tonsil menyebabkan daya tahan tubuh penderita menurun sehingga
kemudian kuman bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil
berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan suatu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke
seluruh tubuh.
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid diganti
oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.
Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus.
Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan
dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris.
Pada anak dapat disertai dengan pembesaran kelenjar submandibularis
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 2-4 hari.
Gejala dan tanda yang sering dtemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu
menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia).
Rasa nyeri di telinga merupakan nyeri alih (referred pain) melalui saraf N.
glosofaringeus (N. IX).
Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
membentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan
Diagnosis
ANAMNESIS
Pada anamnesis, penderita biasanya datang dengan keluhan tonsillitis berulang
berupa nyeri tenggorokan berulang atau menetap, rasa ada yang mengganjal
ditenggorok, ada rasa kering di tenggorok, napas berbau, iritasi pada
tenggorokan, dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas, yang paling
sering disebabkan oleh adenoid yang hipertofi.
Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, namun tidak
mencolok.
Pada anak dapat ditemukan adanya pembesaran kelanjar limfa submandibular.
Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar
(hipertrofi) terutama pada anak atau dapat juga mengecil (atrofi), terutama pada
dewasa, kripte melebar detritus (+) bila tonsil ditekan dan pembesaran kelenjar
limfe angulus mandibula (Aritomoyo D, 1980).Thane & Cody membagi
pembesaran tonsil dalam ukuran T1 – T4
T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior –
uvula.
T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior – uvula sampai ½ jarak
anterior -uvula.
T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior – uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior – uvula.
T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior – uvula sampai uvula atau
lebih.
Diagnosis
Dapat juga dilakukan penilaian menggunakan Kriteria Score
scoring Centor untuk menilai kemungkinan
infeksi oleh Grup A Streptococcus Demam > 38.3oC 1

Tidak adanya gejala ISPA 1


(penilaian ini dapat mengarahkan untuk
Virus (conjungtivitis,
pemberian antibiotik namun tidak untuk
menegakkan diagnosis). rinorea, batuk)

Limfadenopati cervical 1
Centor score Kemungkinan tonsilitis streptococcal
<0 1-2.5% Eritema Tonsil, edema 1

1 5-10% Usia

2 11-17% 3-14 tahun 1

3 28-35% 15-44 tahun 0

>4 51-53% > 45 tahun -1


Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada tonsillitis bisa dilakukan untuk mendiagnosis
penyebab pasti tonsilitis yaitu dengan menggunakan kultur mikrobiologi yang
spesimennya diambil dari swab tonsil.
Diagnosis Banding
1. Tonsilitis difteri 2. Faringitis
Merupakan peradangan dinding laring yang dapat
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma dan toksin.
diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan Gejala klinis secara umum pada faringitis berupa demam,
hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, nyeri tenggorok, sulit menelan, dan nyeri kepala. Pada
faring dan laring. Sering ditemukan pada anak pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
berusia< 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya.
– 5 tahun walaupun pada orang dewasa masih
mungkin menderita penyakit ini. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada
palatum dan faring. Kelenjar limfa anterior membesar,
kenyal, dan nyeri pada penekanan.
Tatalaksana
A. Tonsilitis Akut B. Tonsilitis difteri C. Tonsilitis kronis
• Anti difteri serum (ADS) diberikan Pengobatan pasti untuk
1. Tonsillitis viral
segera tanpa menunggu hasil kultur, tonsilitis kronis adalah
Pada umumnya, penderita dengan dengan dosis 20.000 – 100.000 unit pembedahan pengangkatan
tonsilitis akut serta demam sebaiknya tergantung dari umur dan beratnya tonsil. Tindakan ini dilakukan
tirah baring, pemberian cairan adekuat, penyakit. pada kasus-kasus di mana
dan diet ringan. Analgesik, dan antivirus • Antibiotik penisilin atau eritromisin 25 penatalaksanaan medis atau
diberikan jika gejala berat. yang lebih konservatif gagal
– 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
2. Tonsillitis bakterial selama 14 hari. untuk meringankan gejala-
• Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari. gejala.
Antibiotika spectrum luas, seperti • Antipiretik untuk simtomatis.
penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat • Pasien harus diisolasi karena penyakit
kumur yang mengandung desinfektan.
ini dapat menular.
• Pasien istirahat di tempat tidur selama
2 – 3 minggu.
Tonsilektomi
Indikasi Absolut Indikasi Relatif
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil
napas yang kronis.
dalam 1 tahun dengan terapi antibiotik adekuat.
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma
apnea waktu tidur. 2. Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak

3. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia membaik dengan terapi antibiotic adekuat.
dengan penurunan berat badan penyerta. 3. Tonsillitis kronis berulang pada karier
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma). streptokokus beta hemolitikus grup A yang tidak
5. Abses peritonsilaris berulang alau abses yang membaik dengan antibiotik.
meluas pada ruang jaringan sekitarnya.
Tonsilektomi
Kontraindikasi
1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang. 6. Asma.
2. Infeksi sistemik atau kronis. 7. Diskrasia darah.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya. 8. Ketidakmanpuan yang umum atau
4. Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi. kegagalan untuk tumbuh.
5. Rinitis alergika. 9. Tonus otot yang Iemah.
10. Sinusitis.
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil (Quincy throat), abses parafaring, bronkitis, glomerulonefritis akut,
miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi v. Jugularis interna (sindrom
Lemierre).
Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur
mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang
dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).
Komplikasi Tonsilitis Kronis
 Rhinitis kronik
 Sinusitis atau otitis media secara
perkontinuitatum
 Hematogen & limfogen :
 Endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis,
dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis
Pencegahan
Selalu jaga kondisi badan dengan pola makan sehat, konsumsi multivitamin, istirahat yang cukup
serta olahraga teratur dan tidak merokok.
Menjaga kebersihan mulut seperti sikat gigi teratur 2 kali
Mengurangi atau menghindari makanan atau minuman yang bersifat iritatif terhadap saluran
makan atau nafas atas. Secara empiris makanan yang berminyak, tinggi kandungan bumbu rasa
penyedap atau pengawet, terlalu manis, dingin berpotensi iritasi.
Banyak minum air putih jika mengkonsumsi makanan minuman seperti di atas.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Menghindari risiko penularan infeksi saluran nafas atas (tertular atau menularkan) dari atau ke
orang-orang sekitar kita.
Prognosis
Secara umum, prognosis tonsilitis sangat baik dan sembuh tanpa komplikasi.
Sebagian besar tonsilitis viral sembuh dalam 7-10 hari, sedangkan tonsilitis
bakteri dengan terapi antibiotik sesuai mulai membaik dalam 24-48 jam.
Morbiditas dapat meningkat jika tonsilitis berulang sehingga mengganggu
aktivitas dalam sekolah dan bekerja.
Daftar Pustaka
Aritomoyo. Insiden Tonsilitis Akut dan Kronik pada Klinik THT RSUP dr. Kariadi Semarang. Kumpulan
Naskah Ilmiah KONAS VI PERHATI Medan 1980.
Cody D., Thane R., Kem E.B., & Pearson B.W. Editor : Petrus Andrianto, (1993). Penyakit Hidung,
Telinga dan Tenggorok. Jakarta: EGC.
Prasetya, dkk. 2018. Pengaruh Suplementasi Seng terhadap Kejadian Tonsilitis pada Balita. Semarang:
Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Univeristas Diponegoro.
Kadarullah. 2017. Pencegahan Tonsilitis pada Dewasa dan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Basuki, dkk. Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Infeksi Hidung. Dalam: Roezin A, Adham M, editor.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit
FK UI ; 2007.
Sundariyati. 2017. Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai