Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi
perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot
& tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.1

Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang sangat luas, dapat tanpa
gejala atau bermanifestasi sebagai demam dengue (DD) atau demam berdarah dengue
(DBD) tanpa atau disertai syok. Di Indonesia pada tahun 2007 ditemukan 150.000 kasus,
dengan angka kematian 1%. Gambaran klinis DBD tidak selalu khas. Keterlambatan
dalam menegakkan diagnosis menyebabkan penanganan tidak dapat dilakukan pada
waktunya, kelainan menjadi ireversibel dan menyebabkan kematian.2

Dalam 3 dekade terakhir penyakit ini meningkat insidennya di berbagai belahan


dunia terutama daerah tropis dan sub-tropis, banyak ditemukan di wilayah urban dan
semi-urban. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang mengandung
virus dengue. Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung
semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin
luas. Pada tahun 2016, DBD berjangkit di 463 kabupaten/kota dengan angka. kesakitan
sebesar 78,13 per 100.000 penduduk, namun angka kematian dapat ditekan di bawah 1
persen, yaitu 0,79 persen. KLB DBD terjadi hampir setiap tahun di tempat yang berbeda
dan kejadiannya sulit diduga. Oleh karena tingginya kasus penyakit ini dan komplikasi
berat yang bisa menyebabkan kematian, maka kasus demam berdarah ini menjadi
menarik untuk dibahas.1

1
BAB 1
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. AN
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 8 bulan
 Agama : Islam
 Alamat : Dasan Tapen, Gerung
 Tanggal Masuk RS : 12 Januari 2022
 Jam MRS : 08.45

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis tanggal 12 Januari 2022, Pukul 08.45 WITA di IGD RS Patut Patuh
Patju, Gerung
 Keluhan utama
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
 Keluhan tambahan
Keluar bintik merah, dan mimisan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD diantar keluarga dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam dikatakan sepanjang hari, turun dengan obat penurun panas
kemudian naik lagi. pasien mengalami penurunan nafsu makan sejak 4 hari
SMRS. Mimisan (+) dan muncul binti-bintik merah di muka, tangan dan kaki
sejak 1 hari SMRS. Mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam Batas normal
 Riwayat Penyakit Dahulu
Os belum pernah mengalami hal ini sebelumnya.
 Riwayat Pengobatan
Sebelumnya hanya mendapatkan obat penurun panas
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

2
Ibu rutin melakukan ANC di bidan setiap bulan selama masa kehamilan, tidak
mengkonsumsi obat-obatan selama hamil, tidak sakit.
Anak lahir cukup bulan, kehamilan tunggal, spontan di bidan tanpa penyulit
kehamilan. Langsung menangis setelah lahir dengan BB 3000 gram dan PB 58
cm
 Pola Makan Anak
0 - 7 bulan : ASI eksklusif
7 – 12 bulan : ASI dan susu soya dan bubur tim
8 tahun : Nasi, sayur, ikan atau ayam
Kesan : Anak mendapat ASI eksklusif, makanan sesuai usia anak

 Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.
 Riwayat Imunisasi
o BCG 1x
o DPT 0x
o Hepatitis B 1x
o Polio 1x
o Campak 0x
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap karena pandemi covid 19, keluarga pasien
mengaku tidak mendapatkan informasi jadwal untuk vaksinasi dasar untuk
anaknya

 Riwayat Tumbuh Kembang


Kesan : Perkembangan Anak sesuai usia

 Riwayat Psikososial
OS tinggal bersama kedua orang tua nya di rumah, di dalam satu rumah terdapat 3
orang. Makan lebih sering dirumah.

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaran Umum : Tampak lemah
 Kesadaran : Composmentis

 Tanda-Tanda Vital
Nadi : 120 kali/menit, teratur, kuat angkat

3
Suhu : 37 °C
Tekanan darah :-
RR : 30x

 Antropometri
Berat Badan : 8 kg
Panjang Badan : 70 cm
Lingkar Kepala : (Normocephal)
 Status Gizi berdasarkan kurva WHO
BB/U : -2 -0 SD ( berat badan normal sesuai usia)
TB/U : -2 -0 SD ( tinggi badan normal sesuai usia)
BB/TB : -1-0 SD( Gizi baik )
Kesan : Gizi baik

D. STATUS GENERALIS

 Kepala

Kepala Normocephal
Ubun-ubun Kecil Menutup Sempurna
Petechie (+)
Mata
Konjungtiva anemis - -
Sclera icterus - -
Edema palpebra - -
Mata cekung - -
Mata merah dan berair - -
Hidung
Pernapasan cuping hidung -
Deviasi septum -
Sekret (-/-)
Perdarahan (+/+)
Telinga
- -

4
Sekret
Mulut
Mukosa bibir Kering
Sianosis -
Stomatitis -
Tonsil T1/T1
Faring Hiperemis (-)
Bercak perdarahan pada mukosa faring (-)
dan mukosa buccal

 Leher

Pembesaran KGB - -
Pembesaran Kelenjar Thyroid - -

 Thorax

Inspeksi Gerak dada simetris


Perkusi Sonor/Sonor
Palpasi Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)
Auskultasi Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (-),
gallop (-)
 Axilla : Pembesaran KGB (-/-)
 Abdomen

Inspeksi Distensi (-), Scar (-)


Auskultasi BU (+) normal
Perkusi Tymphani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi Nyeri tekan (-), supel. Hepar dalam batas normal
Turgor Kulit Baik, Kembali dalam waktu < 2 detik

 Inguinal : Pembesaran KGB inguinal (-/-)

5
 Ekstremitas

Superior Kanan Kiri


Akral Hangat Hangat
Edema - -
Sianosis - -
CRT < 2 detik < 2 detik
Petechie (+) (+)
Inferior Kanan Kiri
Akral Hangat Hangat
Edema - -
Sianosis - -
CRT < 2 detik < 2 detik
Petechie (+) (+)
 Anus dan Rectum : Hemorrhoid (-). Tanda infeksi lain (-)
 Genitalia : tidak ada kelainan
 Refleks : Patologis Fisiologis
Babinski (-) Patella (+) dbn
Oppenheim (-) Biseps (+) dbn
Burdzinski I (-) Achiles (+) dbn
Burdzinski II (-)

E. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

Haemoglobin 11,7 g/dL 11,5 – 13,5

Jml Leukosit 6,02 ribu/μL 4,5 – 13.50

Hematokrit 32,6 % 35 – 40

Jml Trombosit 20 ribu/μL 150 – 300

6
IgG Dengue Reactif

Widal tes Negatif

F. RESUME

An. AN (Laki-laki, 8 bulan , BB 8 kg) datang ke RS dengan keluhan demam


sejak 4 hari SMRS. Demam dikatakan sepanjang hari, turun dengan obat penurun
panas kemudian naik lagi. pasien mengalami penurunan nafsu makan sejak 4 hari
SMRS. Mimisan (+) dan muncul binti-bintik merah di muka, tangan dan kaki sejak
1 hari SMRS. Mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam Batas normal

Imunisasi dasar tidak lengkap, perkembangan sesuai dengan usia, gizi baik.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :


KU: tampak sakit lemah, Kesadaran: composmentis
Suhu : 37oC
RR : 30 x /mnt
HR : 120 x/ mnt, teratur kuat

petechie (+), mimisan (+)


Ekstremitas,: Petechie (+)

Laboratorium:
Trombosit rendah : 20 ribu/μL

G. ASSESMENT
 Febris H4
 Petechie
 Intake sulit
 Mimisan
 Trombositopeni
H. DIAGNOSIS
 Diagnosis Klinis : DBD grade II
 Status Imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap
 Satatus Tumbuh Kembang : Tumbuh Kembang sesuai dengan usia

7
 Status Gizi : Gizi baik

I. TATA LAKSANA
 IVFD RL 40 tpm mikro. 24 cc/30 menit
 Inj Ceftriaxon 200 mg/12 jam
 Inf paracetamol 80 mg/8 jam jika demam
 Inj kalnex 100 mg/12 jam
 Psidii 3x1 cth
 Cek tanda vital dan urin ouput / jam
 Cek hematologi rutin per 6 jam
 Pasien dirujuk untuk mendapatkan trombosit konsentrate

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DAN ETIOLOGI


Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus.3
B. EPIDEMIOLOGI

Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina


pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini
DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit
ini talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia
menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-
rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65
(1983) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi


disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector,
tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi
meteorologis. Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur
memperlihaatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15
tahun (86-95%). Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa
muda meningkat.3,4

C. PATOGENESIS5
Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap
masuknya virus yang berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh
makrofag. Selama 2 hari akan terjadi viremia dan muncul gejala panas. Makrofag
akan menjadi APC dan mengaktifkan sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk

9
memfagosit lebih banyak virus. T-Helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksi yang
akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang
akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang dikenali yaitu antibodi netralisasi,
antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses tersebut akan
menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala
sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah eningkatan akut permeabilitas vaskular
yang mengarah ke kebocoran plasma ke ruang ekstravaskular, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun seluler, antara
lain anti netralisasi, anti hemaglutnin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul
pada umumnya adalah IgG dan IgM pada infeksi primer.

Secondary heterologous dengue infection

Replikasi virus Anamnestic antibody respons

Kompleks virus-antibodi

Aktifasi komplemen
Komplemen menurun
Anafilatoksin (C3a, C5a)
Histamin dalam urin
Permeabilitas kapiler meningkat
Ht meningkat
30% kasus Perembesan plasma Natrium turun
syok
Cairan dalam
Hipovolemia rongga serosa
Anoksia Syok Asidosis

Meninggal

D. MANIFESTASI KLINIK3,4

10
Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,
perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah.fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan
membedakan DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari
 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
• uji bendung positif
• petekie, ekimosis, purpura
• perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
• hematemesis dan atau melena
 Pembesaran hati
 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan
pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
Trombositopenia (100 000/µl atau kurang) Adanya kebocoran plasma karena
peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
• Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
• Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
• Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD.

WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :

1.Derajat I
Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet +.
2.Derajat II

11
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain
3.Derajat III
Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan
nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan
pasien menjadi gelisah.
4.Derajat IV
Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.

- Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke 5 perjalanan penyakit. Pada saat ini
suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan
namun pada DBD beat merupakan tanda awal syok
- Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria

Tanda-Tanda Syok

- Anak gelisah, sampai terkadi penurunan kesadaran, sianosis


- Napas cepat, nadi teraba lambat kadang-kadang tidak teraba
- Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg
- Akral dingin, capilary refill menurun
- Diuresis menurun sampai anuria

Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi komplikasi berupa asidosis
metabolik dan perdarahan hebat.

12
Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer
• NS1
• Uji serologi
• Elektrolit
• Pemeriksaan radiologis sesuai indikasi (Foto thorax)
• USG : efusi pleura, ascites

13
E. PENATALAKSANAAN2,3,4

Demam :
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau susu
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah
atau diare
2. Antipiretik seperti (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x :3-4
3. Pemberian cairan untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Cairan intravena diperlukan
apabila anak terus menerus muntah, tidak minum, demam tinggi, dehidrasi yang
dapat mempercepat terjadinya syok.
Berikan infuse sesuai dengan derajat dehidrasi sedang
 Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat

 Kebutuhan cairan parenteral :

- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

 Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL
tiap 6 jam

 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah


cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya
hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler
spontan setelah pemberian cairan

 Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan


tatalaksaa syok terkompensasi (compensated shock).

a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok

 Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara


nasal

14
 Berikan 20 mg/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat atau Asetat
secepatnya

 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20


ml/kgBB secepatnya, maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian
Koloid 10-20 ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24 jam

 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfuse
darah/komponen

 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai
membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium

 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.

Indikasi untuk rawat di rumah sakit

o Takikardia
o Peningkatan Hematokrit
o Akral pucat atau dingin
o Oliguria
o Hipotensi
o Tekanan nadi melemah (<20 mmHg)
o Penurunan kesadaran
o Capillary refill time > 2 detik atau memanjang
Kriteria memulangkan Pasien:

Pasien dapat dipulangkan, apabila memenuhi semua keadaan dibawah ini:

(1) Tampak perbaikan secara klinis

(2) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

(3) Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

(4) Hematokrit stabil

15
(5) Jumlah trombosit >50.000/μl dan menunjukan kecenderungan meningkat 32

(6) Tiga hari setelah syok teratasi (hemodinamik stabil)

(7) Nafsu makan membaik

F. PENCEGAHAN6

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,


yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, seperti :

1. Lingkungan

Bertujuan untuk mengendalikan nyamuk dengan Pemberantasan Sarang


Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. misalnya

- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.


- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan
lain sebagainya.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan


jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna


untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

16
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. 

Terdapat cara yang palinng sering di pakai dalam memberantas penyakit


DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan
“3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Adapun yang dimaksud
dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seprti: menggunakan
kelambu saat tidur, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari
kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah, mengoleskan obat anti nyamuk
(repellent) pada daerah kulit terbuka, kecuali muka, menggunakan obat nyamuk
atau anti nyamuk, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air
yang sulit dibersihkan, serta memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; dan lain-
lain.

Komplikasi2,3,4
 Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok ataupun tanpa syok
 Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal akut
 Edema paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan

Prognosis2,3,4
Buruk bila terjadi DSS dengan syok berulang/berkepanjangan atau terjadi DIC.

17
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
mengarahkan pada penyakit demam berdarah dengue derajat II. Pasien dengan infeksi
demam berdarah dengue, memiliki gejala klinis yang terdiri atas 3 fase, yaitu fase
demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Fase demam yang muncul mendadak tinggi
pada 2-7 hari, yang dapat disertai dengan kejang, nyeri kepala, nyeri retro orbita, nyeri
otot, sendi, dan nyeri punggung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda perdarahan spontan berupa mimisan dan
didapatkan adanya bintik-bintik merah di muka, tangan serta kaki pasien. Patofisiologi
trombositopenia pada pasien DBD dapat disebabkan oleh penurunan produksi trombosit,
meningkatnya destruksi trombosit dan peningkatan pemakaian jumlah trombosit yang
berlebihan.
Penurunan produksi dapat terjadi akibat dari adanya supresi pada sumsum tulang.
Yang dibuktikan dengan ditemukannya infeksi virus langsung pada sel hematopoietik
progenitor dan sel stromal yang mengakibatkan perubahan patologi pada sistem
megakariosit, eritroblast, dan prekursor mieloid. Peningkatan destruksi trombosit akibat
reaksi silang antara antibodi virus dengue dengan platelet. Reaksi tersebut mengaktifkan
komplemen yang pada akhirnya menimbulkan lisis platelet. Pada pasie DBD terjadi
kerusakan vaskular yang menimbulkan kebocoran plasma sehingga meningkatkan
pemakaian dari platelet.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Pada pasien ini diperoleh 3 kriteria klinis yang memenuhi seperti demam
tinggi mendadak, manifestasi perdarahan seperti mimisan dan adanya petekie, sedangkan
kriteria laboratorium yang terpenuhi seperti trombositopenia, hemokonsentrasi serta
pemeriksaan IgG dengue reactif. Berdasarkan semua hasil tersebut, maka pasien sudah
memenuhi kriteria diagnosis WHO yakni DBD grade II.
Penatalaksanaan DBD tergantung pada fasenya. Pada pasien ini, laki-laki usia 8
bulan dengan berat badan 8 kg mendapatkan terapi antipiretik berupa paracetamol infus
80 mg/8 jam dan terapi cairan berupa ringer laktat 3 cc/kgBB/jam pada 30 menit
pertama. selama pemberian terapi, vital sign pasien dipantau dan direncanakan untuk
mendapatkan transfusi trombosit karena jumlah trombosit pasien sangat rendah. Oleh
karena itu pasien direncanakan untuk di rujuk ke fasilitas yang lebih memadai.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2017.


Jakarta: Kemenkes RI.
2. Idai. Pedoman Pelayanan Medis edisi II. 2011. Idai
3. Idai. Pedoman Pelayanan Medis edisi. 2009. Idai
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Cetakan 1. WHO. 2009.
5. Candra A. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator, 2010, 2(2), Pp 110-119.
6. Idai. 2019. Memahami Demam Berdarah Dengue Bagian 2.
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-
dengue-bagian-2

19

Anda mungkin juga menyukai