Anda di halaman 1dari 50

Struktur

Pengendalian
Manajemen :
PUSAT
INVESTASI
Kelompok 5

Ike Oktavia Napitu Hanan Rana Putri Zaidi


20.05.52.0117 20.05.52.0122

Stephanie Crisanti
20.05.52.0112
Pembahasan
• Definisi dan Tujuan Penilaian Pusat Investasi

• Pengukuran pusat investasi : ROI dan RI (EVA)

• Masalah – masalah Pengukuran Pusat Investasi

• Penentuan Element Aset sebagai Dasar Penentuan Nilai Investasi


Definisi Pusat Investasi
Pusat Investasi adalah pusat
pertanggungjawaban dalam suatu
organisasi yang manajernya
dinilai kinerjanya atas dasar laba
yang diperoleh dihubungkan
dengan investasinya.
Tujuan Penilaian Pusat Investasi
Menyediakan alat evaluasi proyek investasi masa lalu dan masa yang akan datang.

Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer divisi dan manajer kantor
pusat.

Memotivasi manajer divisi agar selalu memonitor aset, utang, dan modal divisi yang
digunakan sebagai dasar penentuan besarnya investasi.

Mengukur kinerja manajer pusat investasi dan mengukur kinerja divisi sebagai suatu
kesatuan ekonomi.

Sebagai dasar pemberian insentif pada setiap manajer pusat investasi.


Pengukuran Kinerja
Pusat Investasi

Return On Investment Tujuan:


(ROI) • Manajer divisi dapat menghasilkan laba yang
memuaskan atas investasi atau sumber-sumber yang
Residual Income (RI) digunakan.
/Economic Value Added • Manajer divisi hanya melakukan investasi tambahan
(EVA) jika investasi tersebut dapat menghasilkan laba yang
memuaskan dibandingkan dengan investasinya.
Return On Investment
Salahsatu alat pengukuran kinerja pusat investasi atau perusahaan dengan cara menentukan
besarnya rasio laba dengan investasinya.

Jika ROI suatu divisi besarnya 18% per tahun, dinilai baik.
Jika ROI kurang dari 18%, dinilai tidak baik.
Rumus:

ROI = Rasio laba terhadap penjualan x Perputaran investasi

= Laba x Penjualan x 100%

Penjualan Investasi

= Laba x 100%

Investasi
Langkah-Langkah
Manfaat ROI: menggunakan ROI:
Menetapkan target ROI
(1)Mengukur efisiensi biaya.
(2)Menunjukkan kemampuan setiap rupiah
penjualan dalam menghasilkan laba.
Mengukur ROI yang
sesungguhnya

Melakukan analisis
selisih ROI
Contoh: Penentuan ROI Divisi
PT Nusa Jaya mempunyai dua divisi, yaitu Divisi I dan Divisi
II. Pada awal tahun 2XX1 manajemen puncak menentukan
besarnya ROI yang diharapkan untuk Divisi I 18% dan Divisi
II 16%, ROI tersebut didasarkan atas laba bersih divisi dan
investasi divisi.
Jika investasi diukur sebesar modal sendiri, besarnya ROI sesungguhnya dihitung
sebagai berikut:

Divisi I
ROI = Rp 400,00 x Rp 3.200,00
Rp 3.200,00 Rp 2.000,00
ROI = 0,125 x 1,6 x 100% = 20%

Divisi II
ROI = Rp 480,00 x Rp 5.000,00
Rp 5.000,00 Rp 3.200,00
ROI = 0,096 x 1,5625 x 100% = 15%

Total  = Rp 400,00 + Rp 480,00 x Rp 3.200,00 + Rp 5.000,00


Rp 3.200,00 + Rp 5.000,00 Rp 2.000,00 + Rp 3.200,00
= 0,1073 x 1,5769 x 100% = 16,92%
Atas dasar perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Divisi I meskipun laba absolutnya lebih rendah, yaitu sebesar Rp 400 juta,
namun ROI yang dicapai lebih tinggi dibandingkan Divisi II yang labanya
Rp 480 juta. ROI Divisi I sebesar 20% dan ROI Divisi II hanya sebesar
15%.

Divisi I dapat melampaui ROI yang diharapkan sebesar 18% sedangkan


Divisi II tidak dapat mencapai ROI yang diharapkan sebesar 16%.
Jika manajemen puncak dan manajemen Divisi II menginginkan ROI
Divisi II sebesar Divisi I yaitu sebesar 20%, maka usaha peningkatan ROI
Divisi II dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:

A. Mengurangi biaya, sehingga laba dapat ditingkatkan.


B. Meningkatkan penjualan yang dapat meningkatkan laba.
C. Menurunkan investasi divisi.
A. Mengurangi biaya, sehingga laba dapat ditingkatkan

Total biaya saat sekarang = Rp 5.000,00 – Rp 480,00 = Rp 4.520,00.


Agar laba bertambah sebesar Y maka biaya harus dapat ditekan sebesar Y sehingga
ROI dapat mencapai 20% sehingga:

20% = Rp 480,00 + Y x Rp 5.000,00 x 100%


Rp 5.000,00 Rp 3.200,00
640 = Rp 480,00 + Y
Y = Rp 640,00 – Rp 480,00 = Rp 160,00

Jadi biaya harus dapat ditekan menjadi = Rp 4.520,00 – Rp 160,00 = Rp 4.360,00.


Jika biaya dapat ditekan Rp 160,00 maka laba menjadi:
= Rp 480,00 + Rp 160,00 = Rp 640,00, Jadi ROI = Rp 640,00 : Rp 3.200,00 =
20%.
B. Meningkatkan penjualan yang dapat meningkatkan laba

Cara Manajer Divisi II meningkatkan penjualan yang dapat meningkatkan laba:


1. Meningkatkan harga jual tanpa berakibat menurunkan volume penjualan.

Jika volume penjualan tidak berubah maka total biaya Divisi II tetap sebesar:
= Rp 5.000 – Rp 480 = Rp 4.250.
Oleh karena itu, agar ROI meningkat menjadi 20%, penjualan dengan harga jual
per unit yang lebih tinggi harus dapat meningkatkan penjualan menjadi:
ROI = Penjualan – Biaya x Penjualan x 100%
Penjualan Investasi
20% = Penjualan – Rp 4.520,00x Penjualan x 100%
Penjualan Rp 3.200,00
Rp 640,00 = Penjualan – Rp 4520,00
Penjualan = Rp 5.160
2. Meningkatkan volume penjualan sehingga penjualan meningkat namun peningkatan
biayanya lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan penjualan.

Struktur biaya Divisi II terdiri atas biaya tetap, termasuk dari alokasi kantor pusat, sebesar:
= Rp 1.000,00 + Rp 720,00 + Rp 200,00 = Rp 1.920,00 dan rasio biaya variabel terhadap
penjualan = (Rp 2000,00 + Rp 600,00) : Rp 5.000,00 = 0,52.
Penjualan Divisi II agar ROI yang dicapai 20%, harus ditingkatkan menjadi:
ROI = Penjualan – Biaya x Penjualanx 100%
Penjualan Investasi
20% = Penjualan – Biaya
Investasi
20% = Penjualan – (0,52 Penjualan + Rp 1.920,00)
Rp 3.200,00
0,48Penjualan = (20% x Rp 3.200,00) + Rp 1.920,00
Penjualan= Rp 2.560,00 : 0,48 = Rp 5.333,00.
3. Meningkatkan rasio laba terhadap penjualan yang berarti mengubah
struktur biaya.

Jika Divisi II dapat meningkatkan penjualan sehingga rasio laba terhadap


penjualan dapat ditingkatkan dari 0,096 menjadi 0,125 seperti pada Divisi I,
maka penjualan yang harus dicapai adalah:
20% = 0,125 x Penjualan x 100%
Rp 3.200,00
Rp 640,00 = 0,125 Penjualan
Penjualan = Rp 640,00 : 0,125 = Rp 5.120,00.

Jadi, jika penjualan Rp 5.120,00 dan rasio laba terhadap penjualan 0,125 maka
besarnya laba = Rp 5.120,00 x 0,125 = Rp 640,00
Besarnya biaya menjadi Rp 5.120,00 – Rp 640,00 = Rp 4.480,00.
C. Menurunkan investasi divisi

Penurunan investasi tanpa menurunkan laba dapat terjadi jika sebagian aset yang
digunakan pada divisi tersebut menganggur. Jika investasi diartikan sebagai modal
dan ROI Divisi II ingin ditingkatkan menjadi 20% melalui penurunan investasi,
maka modal Divisi II perlu diturunkan menjadi:
ROI = Laba x Penjualan x 100%
Penjualan Investasi
20% = Rp 480,00 x Rp 5.000,00 x 100%
Rp 5.000,00 Investasi
Investasi= Rp 480,00 : 20% = Rp 2.400,00.

Jadi jika laba Divisi II tetap Rp 480 juta dan diinginkan ROI sebanyak 20%, maka
investasi divisi tersebut perlu diturunkan dari Rp 3.200 juta menjadi Rp 2.400 juta.
Keunggulan ROI:

Merupakan metode Merupakan alat pengukuran Memungkinkan


pengukuran obyektif kinerja yang komprehensif & perbandingan kinerja
sensitif antardivisi

Mendorong terciptanya Sebagai pembanding Sebagai alat untuk


keselarasan tujuan divisi dengan presentase biaya mendeteksi kemungkinan
dengan perusahaan modal yang ada di pasar aset yang terlalu
modal besar/menganggur
Kelemahan ROI:
Hanya mengukur
Terlalu mendasarkan salah satu
Metode terlalu
pada laba akuntansi keberhasilan
2
menyederhanakan
masalah pengukuran 4 pencapaian tujuan
yang bersifat
keuangan suatu divisi

Besarnya ROI yang


Mudah menimbulkan
1 diharapkan dapat
berbeda untuk divisi 3 konflik antara tujuan 5
divisi satu dengan
yang menggunakan
yang lain maupun
investasi yang
dengan tujuan
sebanding
perusahaan
Residul Income (RI)/ Economic Values Added (EVA)
Residul Income (RI atau laba residul) atau Economic Values Added (EVA atau nilai tambah
ekonomis) adalah laba yang dihitung dari selisish antara laba sebelum pajak dikurangi dengan
biaya modal yang diperhitungkan atas investasi.

Dalam RI kinerja manajer diukur dari kemampuannya untuk menghasilkan rupiah RI yang
sebesar mungkin. Pemakaian metode RI dapat mempertahankan keunggulan ROI, namun
sekaligus dapat mengurangi beberapa kelemahan yang ada pada metode ROI.
KEUNGGULAN METODE RI:
KELEMAHAN METODE RI:
Divisi yang investasinya sebanding
mempunyai sasaran laba yang sama.
Sulit menentukan biaya modal secara
Aset yang berbeda dapat dibebani persentase objektif.
biaya modal yang berbeda.

Jenis aset tertentu dapat dibebani persentase RI jarang dipakai dalam praktik.
biaya modal yang sama tanpa memandang
divisi yang menggunakan aset tersebut
diinvestasikan. RI, demikian pula ROI hanya mengukur
salah satu keberhasilan tujuan bisnis.
Mendorong manajer divisi untuk melakukan
investasi.
Masalah Pengukuran Kinerja Pusat Investasi
Masalah yang dihadapi dalam pengukuran pusat investasi:

1 2 3 4 5

Pendapatan Biaya Harga Konsep Laba Dasar


Bersama Bersama Transfer Investasi
Konsep investasi yang dipakai:

1.Konsep investasi yang tidak memperhatikan


sumbernya.
2.Konsep yang memperhatikan sumbernya.

Dari konsep investasi yang ada diatas


dibawah ini akan dibahas:

1.Investasi diukur sebesar aset.


2.Investasi diukur sebesar utang dan modal.
3.Investasi diukur sebagai modal sendiri.
1. Investasi Diukur Sebesar Aset
Timbul berbagai macam pendapat mengenai aset yang digunakan antara lain:
• A. Aset terkendalikan divisi
Konsep aset terkendalikan divisi sebagai dasar investasi yang cocok untuk mengukur
kinerja manager divisi. Dalam konsep ini menghitung ROI maupun RI hanya dipakai:
1. Laba terkendalikan oleh divisi.
2. Aset yang terkendalikan oleh divisi.
• B. Total aset divisi
Sebagai dasar investasi yang cocok untuk mengukur kinerja ekonomi divisi. Dalam konsep
ini untuk menghitung ROI maupun RI dipakai:
1. Laba bersih divisi
2. Total aset divisi
2. Investasi Diukur Sebesar Utang Dan Modal
Konsep ini didasarkan pada pemikiran bahwa sumber dana atau sumber ekonomi yang
digunakan oleh suatu divisi berasal dari utang dan modal sehingga besarnya investasi
didasarkan atas utang dan modal.

Jika dasar investasi digunakan utang jangka panjang ditambah modal maka perlu ditentukan:
 Laba sebelum dikurangi biaya bunga untuk jangka panjang.
 Besarnya investasi yaitu sebesar utang jangka panjang ditambah modal.
3. Investasi Diukur Sebesar Modal
Konsep ini menekankan kepentingan para investor atau pemegang saham dalam memilih jenis
investasi yang memberikan return memuaskan.

Berdasarkan konsep ini, besarnya ROI maupun RI didasarkan atas:


 Laba bersih divisi
 Modal sendiri yang digunakan oleh divisi yang bersangkutan.

Pihak-pihak yang tidak setuju terhdap penggunaan konsep ini memberikan alasan sebagai
berikut:
 Modal saham biasanya dikerluarkan oleh kantor pusat dan tidak dikeluarkan oleh atau
tidak dirinci untuk setiap divisi.
 Bagi divisi, yang penting adalah jumlah dana yang diterima dari kantor pusat.
Penentuan Elemen Aset
sebagai Dasar Investasi
Pengukuran ROI maupun RI berhubungan erat
dengan penentuan elemen sebagai dasar investasi.
Dibawah ini akan dibahas setiap elemen aset yang
akan digunakan sebagai dasar investasi:
1. Kas
2. Piutang
3. Persediaan
4. Aset Tetap
Pedoman yang digunakan untuk menentukan
1. Kas besarnya kas:
Ada dua pendapatan mengenai perlakuan a. Kas yang dimasukkan sebagai elemen investasi dibatasi sebesar
terhadap kas sebagai elemen investasi: kas yang terkendalikan oleh manager divisi.

a. Kas dimasukkan sebagai elemen investasi b. Kas yang dimasukkan sebagai elemen investasi adalah sebesar

b. Kas tidak dimasukkan sebagai elemen investasi kas yang diperlukan oleh divisi sebagai kesatuan ekonomi yang
berdiri sendiri.

Penyebab saldo kas divisi cenderung kecil Alasan kas divisi lebih tinggi daripada
dibandingkan dengan divisi kesatuan ekonomi
saldo kas yang sesungguhnya yaitu:
yang berdiri sendiri:
1. Agar kinerja divisi sebagai kesatuan ekonomi dapat
1. Biasanya kantor pusat menginginkan pengelolaan kas dibandingankan dengan divisi lain.
disentralisasi oleh kantor pusat. 2. Agar ROI dan RI divisi sebagai suatu kesatuan
2. Divisi cenderung memiliki kas yang relatif kecil. ekonomi tidak tampak terlalu tinggi.
2. Piutang
Piutang yang diperhitungkan sebagai elemen investasi divisi adalah piutang yang
terkendalikan divisi. Dalam rangka pengukuran kinerja ekonomi divisi piutang yang
diperhitungkan sebagai elemen investasi adalah sebesar piutang divisi sebagai suatu kesatuan
ekonomi yang berdiri sendiri.
Penentuan piutang didasarkan atas piutang bruto atau piutang neto. Piutang neto adalah
40

sebesar piutang bruto dikurangi cadangan kerugian piutang.


Piutang neto dapat lebih menggambarkan dapat tidaknya ditagih piutang namun
penentuan cadangannya sering bersifat objektif. Piutang bruto lebih objektif namun tidak
mencerminkan dapat ditagih tidaknya piutang.
Saldo piutang untuk menentukan investasi yaitu:
1. Saldo piutang pada akhir periode.
2. Saldo piutang rata-rata.
3. Persediaan
Persediaan yang diperhitungkan sebagi elemen investasi divisi adalah
persediaan yang terkendalikan divisi. Dalam rangka pengukuran kinerja
ekonomi divisi, persediaan yang diperhitungkan sebagai elemen investasi
adalah sebesar persediaan divisi sebagai suatu kesatuan ekonomi yang
berdiri sendiri.
Penentuan persediaan didasarkan atas persediaan bruto atau persediaan
neto. Persediaan neto adalah sebesar persediaan bruto dikurangi cadangan
kerugian penilaian persediaan. Persediaan neto menggambarkan nilai
realisasi persediaan namun penentuan cadangannya bersifat subjektif.
Persediaan bruto lebih objektif tidak mencerminkan nilai realisasi
persediaan.
41
Saldo persediaan untuk menentukan investasi perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam masa inflasi, jika metode LIFO yang dipakai akan mengakibatkan HPP tinggi laba
relatif rendah dan persediaan akhir relatif rendah. Jika FIFO yang digunakan HPP rendah, laba
tinggi persediaan akhir tingggi. Jika deflasi pemakaian kedua metode tersebut, mempunyai
akibat yang berlawanan.
b. Pemakaian metode rata-rata atau harga pokok standar dapat digunakan relatif adil untuk
menentukan HPP dan saldo persediaan.
c. Menentukan elemen investasi berupa:
- Saldo persediaan akhir periode
- Saldo persediaan rata-rata
d. Jika persediaan produk di biayai dari uang muka atau persekot dari pelanggan, maka uang
muka digunakan untuk mengurangi harga pokok persediaan. Namun jika persediaan di bayar
kredit dari pemasok maka kredit pemasok untuk mengurangi Harga Pokok Persediaan .

42
4. Aset Tetap
Syarat Pengadaan Aset Tetap:

1 2 3 4 5 6
Nilai
Nilai Buku Nilai Nilai Masa Aset Tetap Aset Tetap
Perolehan
Pengganti Depan Menganggur yang Disewa
Mula-Mula
Nilai Perolehan Mula-Mula
1 Sebesar biaya perolehan aset sampai dengan aset
tersebut siap digunakan.

Keunggulan: Kelemahan:
1. Merupakan nilai objektif untuk menentukan 1. Divisi dibebani investasi dalam jumlah yang
besar investasi. terlalu besar.
2. Jumlah investasi tidak berfluktuasi dari 2. Penggantian aset tetap lama ke aset tetap baru
periode-ke-periode. dapat meningkatkan investasi, tetapi
3. Dapat membandingkan kinerja antardivisi keefektifan aset tetap lama menjadi berkurang
dalam menghasilkan return. karena masih bisa berkontribusi terhadap laba.
4. Mendorong manajer divisi untuk mengganti 3. Pengukuran itu menggunakan harga perolehan
aset tetap lama dengan aset tetap baru. historis.
Nilai Buku
2 Sebesar nilai perolehan mula-mula aset dikurangi rekening
penilaian aset/rekening lawan aset.

Kelemahan:
Keunggulan: 1. Penentuan akumulasi depresiasi sifatnya subjektif.
1. Nilai buku lebih mencerminkan manfaat ekonomis 2. Tidak dapat membandingkan kinerja antardivisi yang
aset tetap. menggunakan aset tetap baru dan lama.
2. Nilai buku aset tetap sebagai dasar pengukuran 3. Tidak mendorong divisi untuk menambah investasi
investasi sesuai dengan standar. melalui pembelian aset tetap baru.
3. Penggantian aset tetap baru dan lama dapat 4. Pengukuran menggunakan dasar data akuntansi yang
menaikkan investasi. sifatnya historis, sehingga tingkat inflasi tajam.
4. Laba dari aset tetap dibagi dengan jumlah investasi 5. Pemilihan metode depresiasi yang berbeda
yang semakin rendah karena manfaat ekonomis mengakibatkan besarnya ROI dan RI pada tahun
aset tetap semakin rendah. yang sama, besarnya beda.
Nilai Pengganti
3 Ukuran nilai aset sebesar biaya pengganti atau nilai pasar
aset yang sama pada saat ini.

Keunggulan: Kelemahan:
1. Jika tingkat inflasi tajam, nilai penganti 1. Informasi nilai pengganti tidak dapat diperoleh
dapat mencerminkan nilai investasi saat ini. dari catatan akuntansi sehingga perlu harus
menggunakan suatu sistem khusus.
2. Penerapan nilai pengganti dapat digunakan
2. Tidak semua aset tetap dapat diketahui nilai
dengan baik untuk menilai kinerja penggantinya.
antardivisi yang memiliki aset baru dan 3. Cara pengukuran berdasar nilai pengganti belum
divisi yang memiliki aset tetap lama. dapat digunakan dengan tepat.
4. Penentuan besarnya nilai pengganti bersifat
subjektif.
Nilai Masa Depan
4 Nilai yang akan direalisasi jika suatu keputusan investasi
diambil.

Kesulitan:
1. Penentuan nilai masa depan sifatnya
subjektif.
2. Penentuan nilai masa depan menghadapai
ketidakpastian.
5 Aset Tetap Menganggur

Jika aset tetap tidak dapat digunakan oleh Jika aset tetap dapat digunakan oleh divisi lain
divisi lain maka tanggung jawab aset tersebut maka tanggung jawab tersebut dapat
tetap berada pada manajer divisi yang dipindahkan pada manajer divisi lain yang
bersangkutan. Sehingga aset tersebut harus memanfaatkannya sehingga harus dimasukan
dimasukan sebagai elemen investasi divisi sebagai elemen investasi divisi yang
yang bersangkutan. memanfaatkannya.
6 Aset Tetap yang Disewa

Kebijakan manajer divisi dalam memenuhi kapasitas yang


diperlukan divisi nya dengan cara membeli aset tetap atau
menyewanya dapat mempengaruhi besarnya ROI dan RI divisi
yang bersangkutan.
Jika aset dibeli maka besarnya investasi divisi yang
bersangkutan akan bertambah. Jika aset tetap disewa maka
besarnya investasi divisi yang bersangkutan tidak bertambah.
Sekian presentasi kami hari ini, jika ada
lebihnya itu dari kami. Jika ada kurangnya itu
pasti dari teman-teman kami.

Anda mungkin juga menyukai