Dalam golongan ini, suatu perusahaan hanya bergerak dalam satu industri namun
menghasilkan beberapa jenis produk atau jasa. Sebagai contoh misalnya :
a. Suatu perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk dalam satu industri barang
konsumsi misalnya : margarin, sabun mandi dan cuci, serta kosmetika.
b. Suatu perusahaan bergerak dalam satu industri barang kimia yang menghasilkan
baterai, aki mobil, pestisida pertanian, bahan kimia industri.
c. Suatu perusahaan bergerak dalam industri hiburan dan pariwisata menghasilkan jasa
hotel, rekreasi pantai, teater mobil, restoran dan kelab malam, gelanggang samodra,
gelanggang renang, pasar seni, dan kapal pesiar.
Dalam golongan ini perusahaan hanya menghasilkan satu keluarga atau kelompok
produk yang sifat pengolahannya terintegrasi. Sebagai contoh misalnya :
(Peraga 10.5)
1. Masalah Karyawan
Jika suatu perusahaan hanya memiliki satu kegiatan utama dan suksesnya
bergantung pada satu kegiatan tersebut maka diragukan apakah tanggung jawab atas
kegiatan utama tersebut dapat didelegasikan kepada beberapa manajer divisi. Dalam
keadaan ini, usaha-usaha untuk mendesentralisasi tanggung jawab laba mungkin hanya
mengakibatkan sistem pengendalian dan komunikasi menjadi mahal dan tidak praktis.
Pelanggan tertawan (captive customer) adalah suatu divisi yang hanya dapat
membeli masukannya dari divisi lain atau tidak dapat membeli masukannya dari
pihak luar. Adanya pemasok tertawan dan pelanggan tertawan menunjukkan bahwa
antara divisi pengirim dan divisi penerima tidak dapat timbul persaingan sebagaimana
suatu perusahaan yang berdiri sendiri.
Dalam pembahasan mengenai pengukuran laba divisi akan diuraikan dua hal penting,
yaitu : (1) metode pengukuran kinerja pusat laba, dan (2) masalah-masalah dalam pengukuran
laba.
Pengukuran laba suatu pusat laba menyangkut transaksi tidak hanya antara
suatu pusat laba dengan pihak luar, namun juga transaksi dengan pusat laba yang lain,
dengan kantor pusat, dan dengan bagian-bagian perusahaan yang lain. Oleh karena
itu, tidak seperti pengukuran laba untuk suatu organisasi yang benar-benar
independen, pengukuran laba suatu pusat laba menyangkut transaksi-transaksi yang
tidak selalu merupakan transaksi independen (arm’s length transactions) adalah
transaksi yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak secara independen. Kondisi ini
dapat menimbulkan beberapa masalah sebagai berikut: (a) pendapatan bersama, (b)
biaya bersama, (c) harga transfer, ( dan (d) konsep laba. Di bawah ini dibahas
masalah-masalah tersebut:
a. Pendapatan Bersama
Pendapatan bersama (pendapatan gabungan) adalah pendapatan
yang timbul krena suatu bagian pemasaran divisi tertentu dapat
menemukan pembeli atau dapat menjua produk yang dihasilkan divisi
lainnya dalam perusahaan yang sama. Dalam hal ini timbul masalah
adanya pendapatan perusahaan yang sebenarnya merupakan hasil
usaha bersama dua divisi. Untuk kepentingan pengukuran laba,
pendapatan gabungan ini perlu dibagi secara adil kepada divisi-divisi
yang memberikan kontribusi untuk mendapatkannya. Cara untuk
menentukan kontribusi setiap divisi terhadap pendapatan bersama
misalnya: (1) menentukan jasa komisi bagi divisi yang menemukan
pembeli, (2) melalui mekanisme harga transfer. Naun, ada pula
perusahaan yang tidak mengalokasikan pendapatan bersama dengan
alasan: (1) penjual bekerja tidak hanya untuk pusat labanya namun
juga untuk perusahaan secara menyeluruh, (2) tanggung-jawab untuk
menimbulkan pendapatan sangat sulit ditentukan.
b. Biaya Bersama
c. Harga Transfer
d. Konsep Laba
Namun konsep laba ini tidak dapat digunakan untuk menilai prestasi
ekonomi suatu divisi karena tidak semua biaya untuk divisi sebagai suatu
kesatuan ekonomi yang independen dimasukkan ke dalam perhitungan laba.
Laba terkendalikan belum mencerminkan laba langsung divisi karena biaya
langsung yang sifatnya tidak terkendali, baik tetap maupun variabel, belum
diperhitungkan ke dalam laporan rugi-laba. Atas dasar data pada PT Bawono,
laporan laba terkendalikan tampak pada Peraga 10.7.
(Peraga 10.7)
Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang
bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki kendali atas pengembangan produk,
proses produksi, dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi
pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab
atas “laba bersih”. Meskipun demikian, seperti yang akan ditunjukkan pada bagian
berikutnya, wewenang seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang
sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba.
Contoh. Pada pertengahan tahun 1990-an, Kinko’s Inc. Perusahaan fotokopi 24 jam
terbesar di Amerika Serikat, melakukan sentralisasi atas operasinya. Perusahaan
tersebut tadinya dibangun atas dasar persekutuan (partnership) ikut memiliki dan
mengoperasikan toko-toko Kinko’s di wilayah-wilayah yang berbeda, dan setiap unit
dalam perusahaan tersebut bertanggung jawab atas pembelian dan pendapatan
masing-masing. Ketika pendanaan Kinko’s disentralisasi pada tahun 1996, perusahaan
tersebut mengalami penurunan beban bunga dari $50jt menjadi $30jt. Hal tersebut
ternyata menghasilkan penghematan dari pelaksanaan sistem pembelian yang lebih
efisien.
Kantor pusat korporat juga harus mengeluarkan biaya untuk penyeragaman dan
untuk kebijakan personalia lainnya, sama seperti penyeragaman etika, pemilihan
pemasok, kompter dan peralatan komunikasi, dan bahkan desain kop surat dari unit
bisnis.
Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, di mana manajemen
dinilai berdasarkan kinerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Tetapi,
ukuran ini dapat menimbulkan masalah, karena ukuran tersebut tidak
mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas seluruh aspek dari
pekerjaannya. Sebagai contoh:
Seorang manajer dapat lalai melaksanakan pengendalian mutu,
mengirimkan produk dengan kualitas inferior dalam rangka mendapatkan
nilai dari biaya standar.
Seorang manajer dapat saja enggan untuk menginterupsi jadwal produksi
guna memproduksi pesanan darurat dalam memenuhi permintaan
konsumen.
Seorang manajer yang diukur dengan standar yang ada dapat saja kurang
termotivasi untuk memproduksi produk-produk yang sulit dibuat-atau
untuk meningkatkan standar itu sendiri.
Oleh karena itu, di mana kinerja proses manufaktur diukur terhadap biaya
standar, dianjurkan untuk membuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas-aktivitas
seperti pengendalian mutu, penjadwalan produk, dan keputusan buat atau beli (make-
or-buy decision).
Contoh. Untuk mengurngi biaya, Singapore Airlines membuat pusat laba seperti
Singapore Airlines Engineering Company dan Singapore Airport Terminal Services
(yang memiliki tiga pusat laba di dalamnya : jasa airport, catering, dan keamanan).
Unit-unit tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga Singapore Airlines dapat
memperoleh jasa yang sama dengan yang ditawarkan oleh pihak luar.
Ketika unit jasa dikelola sebagai pusat laba, para manajernya termotivasi untuk
mengendalikan biaya supaya para konsumen tidak lari, sementara para manajer unit penerima
termotivasi untuk membuat keputusan mengenai paka jasa yang diterima sesuai dengan
harganya.