Anda di halaman 1dari 16

HAKI

M
NAMA
NIM :
: Abdul Basit
1214070001
KELAS : MHU1A
Sebelum membahas pengertian kode
etik, maka terlebih dahulu perlu dipahami
hakim. Hakim berasal dari kata ‫ﻢ'ﻜ'ﺤ'ﻳ' – ﻢ'ﻜ'ﺣ‬
definisi

Pengertia ‫ – ﻢ'ﻛ'ﺎ'ﺣ‬: sama artinya dengan qodi yang


berasal dari kata ‫ض' ﺎ'ﻗ' – ﻰ'ﻀ'ﻘ'ﻳ – ﻰ'ﻀ'ﻗ‬

n Hakim artinya memutus.


menurut
bahasa adalah
Sedangkan
orang yang bijaksana atau
orang yang memutuskan perkara dan
menetapkannya
Adapun pengertian menurut syara' yaitu orang yang diangkat
oleh kepala negara untuk menjadi hakim dalam
menyelesaikan gugatan,
perselisihan-perselisihan
bidang hukum perdata oleh karena penguasa sendiri dalam
tidak
dapat menyelesaikan tugas peradilan,[2] sebagaimana Nabi
Muhammad SAW telah mengangkat qodi untuk bertugas
menyelesaikan sengketa di antara manusia di tempat-tempat
yang jauh, sebagaimana ia telah melimpahkan wewenang ini
pada sahabatnya.[3] Hal ini terjadi pada sahabat dan terus
berlanjut pada Bani Umayah dan Bani Abbasiah, diakibatkan
dari semakin luasnya wilayah Islam dan kompleknya masalah
yang terjadi pada masyarakat, sehingga diperlukan hakim-
hakim untuk menyelesaikan perkara yang terjadi.
M U ’ TA Z I L A H

1.Aliran Mu’tazilah merupakan aliran teologi Islam yang terbesar dan tertua, yang telah
memainkan peranan penting dalam sejarah pemikiran dunia Islam.[3] Pada awal berdirinya,
orang-orang yang ada dalam aliran ini enggan disebut sebagai kaum Mu’tazilah, tetapi ia
lebih mempopulerkan dirinya dengan golongan ahl al-tauhid wa al-adl.
2.Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih pada permulaan abad pertama hijriyah di Basrah (Irak),
sebagai pusat perpaduan segala macam ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama. Pada
waktu itu banyak orang-orang yang hendak menghancurkan Islam dari segi aqidah, baik yang
berasal dari dalam Islam sendiri (orang-orang yang baru masuk Islam tetapi masih
membawa aqidah agama lama) atau luar Islam. Di samping itu umat Islam pada saat itu
sudah terpecah menjadi beberapa golongan, yakni Khawarij, Syi’ah dan Murji’ah. Dan aliran-
aliran itu dalam pemikirannya masih dangkal dan sulit dipersatukan. Sehingga aliran yang
pada awalnya menggunakan nama ahlu al-tauhid wa al-adl ini perlu menyelamatkan muka
Islam.
Pemikiran Teologis Asy’ariyah merupakan sintesa dari pertentangan
antara kaum rasional Mu’tazilah dan kaum konservatif tradisional.
Beruntungnya, pemikiran ini banyak diterima di kalangan
masyarakat muslim.[14] Pokok-pokok pemikiran ini dianggap
merupakan jalan keluar dari pertentangan antara golongan
rasionalis dan tekstualis, di samping itu sangat mudah untuk
dipahami karena sederhana dan tidak terlalu filosofis.
Pokok-pokok pemikiran Asy’ariyah terus berkembang. Bahkan
pokok-pokok pemikiran teologi Asy’ariyah telah menjadi keyakinan
seluruh anggota Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah.[15] Aliran ini semakin
besar dengan dukungan Khalifah Al Mutawakkil, yang
menjadikannya sebagai mazhab resmi negara.
A S Y ’ A R I Y A H

1.Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap faham Mu’tazilah yang dianggap ‘menyeleweng dan
menyesatkan umat Islam. Mu’tazilah pada masa al Ma’mun melakukan mihnah yang
mendapat tanggapan negatif dari berbagai golongan, sehingga pengaruhnya sedikit memudar
di mata masyarakat.
2.Pada saat inilah muncul Al Asy’ari, seorang yang dididik dan dibesarkan di lingkungan
mu’tazilah. Ia menyelami ajaran-ajaran Mu’tazilah melalui gurunya, Al Jubbai. Dengan ketekunan
dan kepandaiannya, maka ia menjadi murid kesayangan Al Jubbai dan sering diutus untuk
mengikuti forum diskusi dan perdebatan Sehingga tak heran kalau ia kemudian menjadi terampil
dalam berdebat dan beradu argumen, termasuk dengan gurunya sendiri, namun ia sering
merasa kecewa dengan jawaban ataupun penjelasan gurunya. Hingga pada usia 40 tahun, Al
Asy’ari menyatakan keluar dari Mu’tazilah mendirikan golongan baru,
yang akhirnya populer dengan nama Asy’ariyah
D E F I N I S I M A H K U M F I H

Yang dimaksud dengan mahkum fih, seperti dijelaskan oleh Abdul Akrim Zaidan,
adalah perbuatan 0rang mukallaf yang berkaitan denganhokum syara’. Dalam
pandangan Muhammad Abu Zahrah bahwa esensi mahkum fih itu adalah
berkenaan dengan objek hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik
kaitannya dengan tuntutan untuk berbuat, meninggalkan larangan atau adanya
pilihannya. Secara tegas Zahrah menyebutkan bahwa mahkum fih berkaitan
dengan realisasi atau implementasi dari hukum taklifi. Dengan kata lain mahkum
fih (perbuatan hukum) itu akan dapat dilihat realisasinya dalam lima kategori
ketentuan syara’, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah.
S Y A R A T - S Y A R A T M A H K U M F I H

A. Mukallaf harus mengetahui perbuatan yang akan di


lakukan.sehingga tujuan dapat tangkap dengan jelas dan dapat
dilaksanakan.Maka seorang mukallaf tidak tidak terkena
tuntutan untukk melaksanakan sebelum dia tau persis.
Contoh:
Dalam Al qur ’ an perintah Sholat yaitu dalam ayat “ Dirikan
Sholat ” tersebut masih global, Maka Rasululloh
perintah
menjelaskannya sekaligus memberi contoh sabagaimana
sabdanya ” sholatlah sebagaimana aku sholat ” begitu pula
perintah perintah syara ’ yang lain seperti zakat, puasa dan
sebagainya.tuntutan untuk melaksanakannya di anggap tidak
sah sebelum di ketahui syarat,rukun,waktu dan sebagainya.
B. Mukallaf harus mengetahui sumber taklif. seseorang
harus mengetahui bahwa tuntutan itu dari Alloh
SWT.Sehingga ia melaksanakan berdasarkan ketaatan
dengan tujuan melaksanakan perintah Alloh semata.berarti
tidak ada keharusan untuk mengerjakan suatu perbuatan
sebelum adanya suatu peraturan yang jelas.hal ini untuk
menghindari kesalahan dalam pelaksanaan sesuai tuntutan
syara’.
C. Perbuatan harus mungkin untuk dilaksanakan atau
ditinggalkan,berkait dengan hal ini terdapat dengan beberapa
syatat yaitu:

1.tidak syah suatu tuntutan yang dinyatakan mustahil untuk


dikerjakan atau di tinggalkan.
2.tidak syah hukumnya seseorang melakukan perbuatan yang
di taklifkan untuk dan atas nama orang lain.
3. tidak sah suatu tuntutan yang berhubungan dengan perkara yang
berhubungan dengan fitrah manusia.
4.tercapaianya syarat taklif tersebut, seperti iman dalam
masalah ibadah,suci dalam masalah sholat.
H A K A L L A H D A N M A N U S I A

Hak-hak Allah dan hak-hak manusia (Bahasa Arab: '‫و' ّ''ﷲ‬


‫ ) ﻖ'ﺣ' س'ﺎ'ﻨ'ﻟ'ا' ﻖ'ﺣ‬adalah dua istilah yang tidak asing dalam
pembahasan fikih dan hukum. Arti haqqullah adalah hak
Allah atas hamba-hamba-Nya, sedangkan haqqunnas
adalah hak yang dimiliki manusia terhadap sesamanya.
Misal, jaminan keselamatan nyawa, harta dan harga diri.
Seluruh kewajiban agama itu menyangkut haqqullah (hak
Allah). Di samping sebagai haqqullah, sebagian kewajiban
juga menyangkut haqqunas (hak manusia).
Sebagian hak memiliki hukum w ajib, sebagian lainnya
sunnah. Bila ada kewajiban yang dilanggar, maka
pelakunya harus segera bertaubat. Bahkan
banyak kasus, selain bertaubat, pelaku juga pada
mengganti kewajiban yang ditinggalkannya. Seperti,
salat wajib atau mengembalikan harta orang harus
lain.
Haqqunnas yang dilanggar tidak cukup ditebus hanya
dengan bertaubat, pelakunya juga harus membayar
atau menggantinya, kecuali jika orang yang
bersangkutan telah merelakannya.
Banyak ayat Alquran yang membahas berkenaan dengan
haqqunnas. Begitupun dengan hadis, banyak yang menekankan
supaya seluruh hamba menjalankan kewajibannya, baik itu
menyangkut hak Allah swt atau sesama hamba. Disebutkan,
salah satu sebab yang menghalangi terkabulnya doa adalah
adanya tanggungan haqqunnas.
M A C A M - M A C A M M A H K U M F I H

1. Semata mata hak Allah,yaitu sesuatu yang menyangkut


kepentingan dan kemaslahatan. Dalam hak ini seseorang tidak di
benarkan melakukan pelecehan dan melakukan suatu tindakan
yang mengganggu hak ini. Hak ini semata mata hak Allah.dalam hal
ini ada delapan macam :
a) ibadah mahdhoh (murni) seperti iman dan rukun iman yang lima.
b) ibadah yang di dalamnya mengandung makna pemberian dan
santunan, seperti:zakat fitrah, karena si syaratkan niat dalam zakat
fitrah.
c) bantuan / santunan yang mengandung ma’na ibadah seperti:
zakat yang dikeluarkan dari bumi.
d) biaya/santunan yang mengandung makna
hukuman,seperti : khoroj (pajak bumi)
yang di anggap sebagai hukuman bagi
orang yang tidak ikut jihad.
e) hukuman secara sempurna dalam berbagai tindak
pidana sperti hukuman orang yang berbuat zina.
f) hukuman yangtidak sempurna
seperti seseorang tidak diberi hak waris,karena
membunuh pemilik harta tersebut.
g) hukuman yang mengandung makna ibadah
seperti:kafarat orang yang melakukan senggama
disiang hari pada bulan Ramadhan.
Terimakasih !

Anda mungkin juga menyukai