SECARA ETIMOLOGI
Ada beberapa sumber tentang pengertian Tasawuf menurut etimologi,
diantaranya berkata bahwa tasawuf berasal dari kata "Sufi". Pandangan
yang umum adalah kata itu berasal dari Suf, bahasa Arab untuk wol, merujuk
kepada jubbah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun
tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis
yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa, yang berarti
kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati
dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani
theosofie artinya ilmu ketuhanan.
SECARA TERMINOLOGI
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun zhahir
dan batin, untuk memporoleh kebahagiaan yang abadi. Tasawuf pada
awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi kesenangan duniawi) dalam
Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Syekh Abdul Qodir al-Jilani berpendapat bahwa taswuf adalah
mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan kholwah,
riyadoh dan terus-menerus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar,
mahabbah, taubat dan ikhlas.
Obyek Ilmu Tasawuf:
Obyek ilmu tasawuf adalah perbuatan hati dan panca indera ditinjau dari segi cara
pensuciannya.
Buah Ilmu Tasawuf:
Buah tasawuf adalah terdidiknya hati mengetahui (ma’rifah) terhadap ilmu gaib secara
ruhani, selamat di dunia dan bahagia di akhirat, dengan mandapat keridoan Allah.
Keutamaan Ilmu Tasawuf:
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling mulia karena berkaitan dengan ma’rifah kepada Allah
Ta’ala dan mahabbah kepada-Nya.
Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu yang lainnya:
Nisbah ilmu taswuf terhadap ilmu yang lain baagikan nisbah ruh bagi jasad. Ilmu tasawuf
adalah ruh, sementara ilmu yang lain adalah jasad. Jasad tidaklah dapat hidup tanpa ruh.
Pencipta Ilmu Tasawuf :
Pencipta ilmu tasawuf adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah menciptakan ilmu ini kepada
Rasulullah dan para Nabi yang sebelumnya.
Nama Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf mempunyai beberapa nama, antara lain sebagai berikut:
A. Ilmu Batin
b. Ilmu al-Qalbi
c. Ilmu Laduni
d. Ilmu Mukasyafah
e. Almu Asrar
f. Ilmu Maknun
g. Ilmu Hakikat
Pilar Ilmu Tasawuf
Pilar ilmu tasawuf ada lima perkara
a. Taqwallah (bertakwa kepada Allah) baik sewaktu sirr maupun ‘alabiyah
(terbuka).
b. Mengikuti Sunnah baik qauli maupun fi’li serta mengaktualisasikannya
dalam penjagaan diri dan akhlak yang baik.
c. Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dalam sikap sabar dan tawakkal.
d. Rida terhadap ketentuan Allah yang diwujudkan dengan sikap qona’ah
dan menerima (tafwid).
e. Kembali kepada Allah baik sikala senang maupun di waktu susah.
Sumber Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Juga dari
atsar assabitah (jejak yang sudah tetap) dari umat-umat pilihan di masa
silam.
Hukum Mempelajari Ilmu Tasawuf
Hukum mempelajarai ilmu tasawuf adalah wajib ain artinya kewajiban yang
mengikat kepada setiap individu muslim.
Masalah-masalah yang dibahas dalam ilmu Tasawuf
Masalah inti yang dibahas dalam ilmu tasawuf adalah sifat-sifat jiwa
manusia, cara-cara pensucian jiwa, dan penjelasan istilah-istilah yang khas
dalam disiplin ilmu ini misalnya; maqamat, taubat, zuhud, wara’, al-
mahabbah, fana baqa dan yang lainnya.
2. RUKUN TASAWUF
Al-Kalabazi dengan mengutip pendapat Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad al-
Farisi menerangkan bahwa rukun tasawuf ada sepuluh macam, antara lain :
1. Tajrid at-Tauhid (memurnikan tauhid)
2. Memahami informasi. Maksudnya mendengar tingkah laku bukan hanya
mendengar ilmu saja.
3. Baik dalam pergaulan.
4. Mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri.
5. Meninggalkan banyak pilihan.
6. Ada kesinambungan antara pemenuhan kepentingan lahir dan batin.
7. Membuka jiwa terhadap intuisi (ilham).
8. Banyak melakukan bepergian untuk menyaksikan keagungan alam ciptaan Tuhan
sekaligus mengambil pelajaran.
9. Meninggalkan iktisab untuk menumbuhkan tawakkal.
10. Meninggalkan iddikhar (banyak simpanan) dalam keadaan tertentu kecuali
dalam rangka mencari ilmu.
3. PERKEMBANGAN TASAWUF
Secara keilmuan, tasawuf adalah disiplin ilmu yang baru dalam syari’at
Islam, demikian menurut Ibnu Khaldun. Adapaun asal-usul tasawuf
menurutnya adalah konsentrasi ibadah kepada Allah, meninggalkan
kemewahan dan keindahan dunia dan menjauhkan diri dari Allah SWT.
Akar-akar tasawuf dalam Islam merupakan penjabaran dari ihsan. Ihsan
sendiri merupakan bagian dari trilogi ajaran Islam. Islam adalah satu
kesatuan dari iman, islam dan ihsan. Islam adalah penyerahan diri kepada
Allah secara zahir, iman adalah I’tikad batin terhadap hal-hal gaib yang ada
dalam rukun iman, sedangkan ihsan adalah komitmen terhadap hakikat
zahir dan batin.
Islam, iman dan ihsan adalah landasan untuk melakukan suluk dan
taqqarub kepada Allah. ‘Iz bin Abdissalam berpendapat bahwa sistematika
keberagamaan bagi kaum muslimin, yang pertama adalah Islam. Islam
merupakan tingkat pertama beragama bagi kaum awam. Iman adalah
tingkatan pertama bagi hati orang khusus kaum mukminin, sedangkan ihsan
adalah tingkatan pertama bagi ruh kaum muqarribin.
4. Tahapan-tahapan Supaya bisa Dekat Dengan
Allah
1. Taubah
Taubah ada tiga tingkatan :
a) Taubah orang sadar
Awalnya kebiasaan yang terjadi dalam linngkungan beragama tetapi akhirnya
menjadi tinggi dalam perasaan tambah-tambah menjadi peringatan.
b) Taubat Salik
Taubah orang salik bukan dari dosa dan kesalahan dan bukan dari penyesalan
dan istigfar tetapi terjadi karena perpindahan kondisi jiwa yang naik menjadi
sempurna sehingga dapat menghadirkan Allah dalam setiap gerak nafasnya.
c) Taubat ‘Arif
Taubat seorang ‘arif (orang yang ma’rifah) bukan dari dosa atau dari menyalahi
jiwa tetapi taubah dari kelupaan terhadap dirinya sendiri bahwa dirinya itu
dalam gemgaman Tuhannya.
2. Zuhud
Awal mula zuhud adalah sikap wara’ dalam beragama yakni menjauhi hal-hal
yang diharamkan syara’. Memang kewara’an dapat menimbulkan keinginan
untuk berlaku zuhud secara ruhani secara mendalam. Hanya makna zuhud
secara sufistik lebih jauh dari itu.
3. Wara (al-Wara’)
Secraa lugawi wara’ artinya hati-hati. Secara istillahi wara’ adalah sikap
menahan diri agar hatimu tidak menyimpang sekejap pun dari mengingat
Allah.
Wara’ ada empat tingkatan
a. Wara’ orang awam, Ialah wara’ orang kebanyakan yaitu menahan diri dari
melakukan hal-hal yang dilarang Allah.
b. Wara’ orang saleh, Menahan diri dari menyentuh atau memakan sesuatu
yang mungkin akan jatuh kepada haram.
c. Wara’ muttaqin, Menahan diri dari sesuatu yang tidak diharamkan dan tidak
syubhat karena takut jatuh kepada haram.
Nabi bersabda, yang artinya :
“Seorang hamba tidak akan mencapai derajat muttaqin sehingga dia
meninggalkan apa yang tidak berdosa karena takut akan apa yang dapat
menimbulkan dosa” (Ibnu Majah).
d. Wara’ orang benar, Menahan diri dari apa yang tidak berdosa sama sekali
dan tidak khawatir jatuh ke dalam dosa, tapi dia menahan diri melakukannya
kaena takut tidak ada niat untuk beribadat kepada Allah.
4. Faqr (al-Faqr)
Faqr berarti kekurangan harta dalam menjalankan kehidupan di dunia. Sikap
faqr harus dimiliki oleh seorang salik sewaktu menjalankan suluknya.
5. Sabar (as-Sabr)
Sabar berarti tabah dalam menghadapi segala kesulitan tanpa ada rasa kesal
dan menyerah dalam diri. Sabar juga dapat berarti tetap merasa cukup
meskipun kenyataannya tidak memiliki apa-apa.
6. Syukur (as-Syukr)
Syukur yang berarti berterima kasih. Allahlah yang telah memberikan
nikmat dan berokah kepada umat manusia. Allah berfirman : Jika kamu
bersyukur, maka kami akan menambahkan nikmat kepadamu (al-Baqarah :
7. Tawakal (at-Tawakkal)
Tawakkal arti dasarnya berserah diri kepada Allah. Secara sufistik tawakkal
adalah penyerahan diri hanya kepada ketentuan Allah.
8. Rida (ar-Rida)
Rida artinya meninggalkan ikhtiar. Menurut al-Muhaisibi rida adalah
tentramnya hati dibawah naungan hukum.
Menurut an-Najjar, ahli rida terbagi empat tipe. Pertama, golongan orang
yang rida atas segala pemberian Al-Haq dan inilah makrifat. Kedua,
golongan orang rida atas segala nikmat, itulah dunia. Ketiga, golongan yang
rida atas musibah dan itlah cobaan yang beragam. Keempat, golongan yang
rida atas keterpilihan, itulah mahabbah.
.
9. Al-Ma’rifah
Ma’rifah artinya mengenal atau melihat (melihat tuhan dengan mata hati).
Dzunnun al-Misri membagi ma’rifah menjadi tiga bagian : 1) Ma’rifah
mukmin, 2) Ma’rifah ahli kalam, 3) Ma’rifah Auliya muqarrabin. Sufi
membagi manusia pada tiga klasifikasi. Pertama, tingkatan kaum ‘arif yang
mendapatkan kebahagiaan sebab hikmah (wisdom). Kedua, tingkatan
orang-orang mukmin yang mendapatkan kebahagiaan karena memiliki
keimanan. Ketiga, tingkaatn orang-orang bodoh dan mereka ini orang-orang
yang binasa
TAREKAT
1. Pengertian Tarekat
Asal kata tarekat dalam bahasa arab ialah “Thariqah” yang berarti jalan,
keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah “jalan” yang
ditempuh para sufi. Dapat pula digambarkan sebagai jalan yang berpangkal
dari syariat.
Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya
jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat
mungkin dengan Allah.
Pengertian lain tentang tarekat yaitu, tariqah adalah khazanah kerohanian
(esoterisisme). Dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang
terpenting karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum. Serta
sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama masyarakat.
2. Hubungan Tarekat dengan Tasawuf
WASSALAMUALAIKUM