Wacana Full
Wacana Full
BAHASA INDONESIA
RIO RINALDI
Hakikat Analisis Wacana
Wacana referensial
Wacana
Berdasarkan
tujuan
Wacana sastra
Wacana persuasif
Wacana ekspresif
Wacana prosedural
Wacana
Berdasarkan
Cara Wacana hortatorik
Pemaparan
Wacana ekspositorik
Wacana deskriptif
Wacana naratif
Wacana dialog
Wacana monolog
Wacana tulisan
Wacana tulisan
Unsur Utama
Pembentuk
Wacana
koherensi
Unsur Pendukung Koherensi
dalam Wacana
1. Adanya kontinuitas konsep dan relasi yang
relevan.
koherensi
Jenis Kohesi
Referensi Referensi
Tekstual (endo) Situasional (ekso)
Anafora katafora
Acuan Acuan
Tetap bervariasi
RELASI SITUASIONAL
(eksofora)
Dalam situasi komunikasi langsung, apabila
yang diacu itu berada di luar teks, hal itulah
yang disebut referensi (acuan) situasional.
Contoh :
Jon Ladiang adalah profesor terhebat di kampus ini.
Tidak hanya itu, dia juga seorang ahli lingustik bidang
wacana kritis. Selain itu, beliau juga dikenal sangat baik
oleh mahasiswanya. Semua mahasiswa menyukai Jon
Ladiang. Setiap ada mata kuliah dengannya, mereka
selalu datang lebih awal.
Contoh :
Ketika liburan semester tiba, banyak mahasiswa
pulang ke kampungnya. Demikian pula bagi Badaram.
1. Penambahan : dan, juga, baik, maupun, lagi pula, selain itu, dan tambahan pula
2. Peningkatan : bahkan, malahan, lebih-lebih
3. Pertentangan : tetapi, padahal, meskipun, biarpun, namun, walaupun,
sedangkan, sebaliknya, dsb
4. Pemilihan : atau
5. Waktu : sesudah, setelah, sebelum, sehabis, dsb
6. Syarat : jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, dsb
7. Pengandaian : seandainya, seumpama, sekiranya
8. Tujuan : agar, supaya, untul
9. Konsesif (berlawanan dg keadaan) : biarpun, meskipun, dsb
10. Pemiripan : seakan-akan, seolah-olah, laksana, bagaikan.
kohesi
Unsur Utama
Pembentuk
Wacana
koherensi
Jenis Kohesi Leksikal
Contoh:
Dalam setiap rapat, selalu tersedia berbagai penganan
(superordinat/hiperonimi) seperti, lapek, bakwan, kue
lapis, dan risoles (subordinat/hiponim).
Korket adalah ko-hiponimi dari bakwan dan bakwan
adalah ko-hiponimi dari kue lapis, dst.
KATA/LEKSEM GENERIK
Menurut Halliday dan Hasan, sama
prinsipnya dengan hiperonim, hanya saja
cakupannya lebih luas. Berada pada
tingkatan tertinggi.
MANUSIA BUAH-BUAHAN
Pendekatan
Wacana
Tulis Sastra
Wacana Kritis
Pendekatan Wacana Kritis Teks Sastra
A. Eriyanto (2009:7) dalam analisis wacana kritis, wacana tidak
dipahami semata sebagai studi bahasa, melainkan analisis
wacana menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis,
tetapi bahasa yang dianalisis berbeda dalam studi bahasa
dalam pengertian linguistik tradisional.
B. Bahasa dianalisis bukan hanya menggambarkan dari aspek
kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks.
Konteks yang dimaksud berarti bahasa itu dipakai untuk
tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik
kekuasaan
C. Analisis wacana kritis mengkaji tentang upaya kekuatan sosial,
pelecehan, dominasi, dan ketimpangan yang direproduksi dan
dipertahankan melalui teks yang pembahasannya
dihubungkan dengan konteks sosial dan politik.
Diskriminasi Posisi
Gender : lk/pr Subjek-
Objek
Posisi
Pembaca
Posisi Subjek-Objek
A. Posisi sebagai subjek merupakan posisi yang menempatkan
tokoh hadir di dalam teks. Tokoh yang hadir dalam teks
mempunyai kesempatan masuk ke dalam teks sebagai
pencerita atau subjek. Tokoh menceritakan peristiwa yang
terjadi menurut pendapatnya sendiri.
Unsur Intrinsik
Penokohan
Diskriminasi Gender
Sara Mils
Ferdinand de Saussure
Pikiran/konsep/gagasan
Thought or reference
1. Representamen
(tanda itu 3. Interpretan (sesuatu yang
sendiri/yang dibayangkan oleh penerima)
mewakili sesuatu) contoh : berkuasa,
contoh : lalim/pemurah/merakyat.
gambar/kata
m_a_h_k_o_t_a
Kerangka berpikir dalam analisis semiotik
versi Charles Sander Peirce
objek objek objek