Anda di halaman 1dari 21

Sasaran Keselamatan Pasien

dr. Hetty Indah Puri, MARS


201

PMKP 2

STANDAR
Klinik menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalam
pelayanan dan asuhan pasien.

MAKSUD & TUJUAN


Sasaran keselamatan pasien merupakan bagian utama dari upaya keselamatan pasien
Penerapan SKP dalam pelayanan dan asuhan pasien di klinik bertujuan agar klinik
memperhatikan aspek-aspek strategis dalam pelayanan yang bisa memberikan pengaruh
kepada keselamatan pasien. Penerapan SKP di klinik sesuai dengan cakupan pelayanan
yang dilakukan, sehingga Penanggung Jawab Klinik harus menetapkan pedoman
pelaksanaan SKP.
1. Identifikasi Pasien 2. Pelaksanaan 3. Meningkatnya
Komunikasi Efektif Keamanan Obat
Yang Perlu
Diwaspadai

4. Terlaksananya
Proses Tepat 5. Pengurangan 6. Mengurangi
Lokasi, Tepat Risiko Infeksi Terkait Risiko Cedera
Prosedur dan Tepat Pelayanan Karena Pasien
Pasien Kesehatan Jatuh
Standar 2.2 Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien (PMKP 2)

Klinik menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalam pelayanan dan asuhan pasien. Penerapan SKP
melalui pengukuran, evaluasi dan pelaporan Indikator SKP.
ELEMEN PENILIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

Tersedia bukti identifikasi pasien sebelum 1. Terdapat SPO identifikasi pasien 10


intervensi kepada pasien sesuai dengan 2. Terdapat bukti pelaksanaan identifikasi pasien 5
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. 3. Melaksanakan wawancara kepada petugas tentang proses 0
identifikasi pasien
4. Simulasi pelaksanaan identifikasi pasien di klinik.

Tersedia bukti pelaksanaan komunikasi 1. Terdapat SPO pelaksanaan komunikasi efektif 10


efektif yang didokumentasikan di rekam 2. Terdapat dokumen bukti pelaksanaan komunikasi efektif 5
medik pasien. yang didokumentasikan di rekam medik pasien. 0
3. Melaksanakan wawancara kepada petugas tentang proses
komunikasi efektif
4. Simulasi pelaksanaan komunikasi efektif di klinik

Tersedia bukti pengelolaan keamanan 1. Terdapat SPO pengelolaan keamanan obat risiko tinggi 10
obat risiko tinggi. 2. Terdapat daftar obat risiko tinggi yang diperbaharui secara 5
berkala 0
3. Melaksanakan observasi dan wawancara dengan petugas
terkait pengelolaan keamanan obat risiko tinggi
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

Penandaan sisi operasi/tindakan medis 1. Terdapat SPO Penandaan sisi operasi/tindakan medis 10
secara konsisten oleh pemberi 2. Terdapat dokumen bukti Penandaan sisi operasi/tindakan 5
pelayanan yang akan melakukan medis secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang 0
tindakan sesuai kebijakan dan akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur
prosedur yang ditetapkan dan yang ditetapkan
didokumentasikan di rekam medis 3. Melaksanakan wawancara terkait pelaksanaan Penandaan
pasien. sisi operasi/tindakan medis secara konsisten oleh pemberi
pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Tersedia bukti pelaksanaan Surgical 1. Terdapat SPO pelaksanaan Surgical Safety Checklist 10
Safety Checklist yang 2. Terdapat dokumen bukti pelaksanaan Surgical Safety 5
didokumentasikan di rekam medis Checklist pada rekam medis pasien 0
pasien. 3. Melaksanakan wawancara terkait pelaksanaan Surgical
Safety Checklist
Ada media informasi penerapan 1. Terdapat SPO kebersihan tangan 10
kebersihan tangan sesuai ketentuan 2. Terdapat media informasi tentang penerapan kebersihan 5
WHO. tangan 0
3. Melaksanakan wawancara dengan pasien dan petugas
tentang penerapan kebersihan tangan
4. Simulasi kebersihan tangan oleh pasien dan petugas .
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

Ada prosedur yang ditetapkan klinik Terdapat SPO pencegahan pasien cedera karena jatuh. 10
dalam mencegah pasien cedera 5
karena jatuh. 0

Ada bukti implementasi langkah- 1. Melaksanakan observasi bukti implementasi 10


langkah pencegahan pasien jatuh. pencegahan pasien jatuh. 5
2. Melaksanakan wawancara dengan petugas terkait 0
implementasi pencegahan pasien jatuh.
SKP 1 Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.
Identifikasi pasien dengan benar bertujuan untuk memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan dan
menyelaraskanlayana atau tidakan yang dibutuhkan
 Identifikasi dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah :
 nama lengkap,
 Tanggal lahir,
 nomor rekam medis,
 nomor induk kependudukan

 Salah identifikasi pasien dapat terjadi :


 akibat dari kondisi kesadaran pasien mis pasien koma.
 perpindahan ruang rawat, dan kondisi lain yang menyebabkan terjadinya salah identitas.

 Identifikasi pasien pada kondisi tertentu :


 Pasien tidak mempunyai identitas,
 Mempunyai nama sama,
 Pasien dengan penurunan kesadaran,
 Tidak dapat menyebutkan nama, dan
 Tidak memiliki kartu identitas

 Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat, dan
pemberian diit.
SKP 2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam pemberian
asuhan ditetapkan dan dilaksanakan

 Komunikasi efektif, merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi pelayanan yang dilakukan
dengan , tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahamioleh penerima, sehingga dapat
mengurangikesalahan dan menghasilkan perbaikanuntuk keselamatan pasien.

 Komunikasi efektif dapat dilakukan secara:


1. Verbal,
2. Tertulis,
3. Elektronik.

 Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi
yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien
 Komunikasi yang tidak efektif :
 saat perintah secara verbal /melalui telpon,
 penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang diagnosis,
 serah terima antar shift, dan pemindahan pasien dari unit yang satu ke unit yang lain.

 Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon antara lain dapat dilakukan
dengan menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Asessment,Recommendation)
SKP 3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai
 Kesalahan penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai (High alert) dapat menimbulkan cedera
pada pasien.

 Obat yang perlu diwaspadai (High alert) adalah obat-obat yang dalam penggunaannya sering
menyebabkan kesalahan dan/ atau kejadian sentinel, berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara
lain:
 obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit,
 insulin,
 antikoagulan,
 kemoterapi,
 elektrolit konsentrat
• potassium chloride (KCL) [equal to or greater than 2 mEq/mL concentration],
• potassium phosphate [equal to or greater than 3 mmol/mL concentration],
• sodium chloride (Nacl) [greater than 0.9% concentration], and
• magnesium sulfate (MgSO4) [equal to or greater than 50% concentration].
 obat-obatan psikoterapi, dan
 obat-obatan dengan nama dan rupa mirip (LASA)
 Kebijakan dan prosedur pengelolaan obat yang perlu diwaspadai meliputi:
 penyimpanan,
 penataan,
 peresepan,
 pelabelan,
 penyiapan,
 penggunaan,
 Evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk obat psikotropika,narkotika,dan
obat dengan nama atau rupa mirip (LASA)
SKP 4 Proses memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada pasien
yang menjalani operasi / tindakan medis

 Insiden dapat terjadi akibat Salah pasien, Salah prosedur, Salah sisi pada tindakan invasif atau
bedah minor
 FKTP menetapkan jenis Tindakan invasif yang ada di fasilitasnya dan mengidentifikasi area dimana
prosedur invasif dilakukan.
 Tindakan invasif : semua tindakan yang meliputi sayatan / insisi atau tusukan, termasuk, tetapi tidak
terbatas pada, pencabutan gigi, biopsi, dan artrosentesis,
 FKTP mengembangkan dan menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol) tdd:
1. Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
2. Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
3. Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
1. Proses pre verifikasi
1. Proses verifikasi sebelum tindakan bertujuan:
2. Verifikasi benar pasien,
3. Benar prosedur,
4. Benar sisi,
5. Memastikan semua dokumen : Informed consent, rekam medis, hasil pemeriksaan penunjang
tersedia dan diberi label,
6. Memastikan obat-obatan, cairan intravena, jika ada ada produk darah yang diperlukan,
7. Peralatan medis atau implant tersedia dan siap digunakan.

2. Penandaan sisi
 Melibatkan pasien jika memungkinkan dan dilakukan dengan tanda yang langsung dapat
dikenali dan tidak membingungkan.
 Tanda harus dilakukan secara seragam dan konsisten.
 Penandaan dilakukan pada semua organ yang mempunyai lateralitas:
 (kanan vs kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan,satu dari sepasang organ),
 Beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau
 Beberapa tingkat (tulang belakang).
 Untuk tindakan di poli gigi, seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu, menggunakan hasil rontgen gigi
atau diagram gigi.
 Penandaaan harus dilakukan oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan melakukan
seluruh prosedur dan tetap bersama pasien selama prosedur berlangsung
 Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai, selama pasien terlibat secara aktif
dalam penandaan sisi dan tanda tersebut terlihat setelah pasien disiapkan dan dipasang doek steril.
Adakalanya pasien tidak memungkinkan untuk berpartisipasi, misalnya: pasien anak-anak, atau ketika pasien
tidak kompeten membuat keputusan tentang perawatan kesehatan.

3. Time-out dilaksanakan secara aktif segera sebelum dimulai prosedur invasif, di tempat tindakan invasif
dilakukan, dengan tim lengkap yang akan melakukan tindakan invasif, memastikan benar pasien, benar
prosedur, dan benar sisi tindakan, dan didokumentasikan.
Penandaan (Mark site)

Penandaan daerah operasi/ tindakan invasif :


 Dilakukan oleh dokter operator untuk pasien :
1. Operasi elektif dilakukan di ruang rawat inap
2. Operasi cito IGD/ Rawat Inap
 Menggunakan spidol permanen
 Organ yang mempunyai lateralisasi
 Beberapa digit pada jari tangan atau kaki
 Tulang belakang bagian depan atau belakang pada tingkat: cervical, thoracal, lumbal dan sacrum.
CHECKLIST KESELAMATAN PASIEN DI RUANG OPERASI
(Surgical Safety Checklist)
SEBELUM ANASTESI SEBELUM INSISI SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN RUANG OPERASI

Masuk Ruang Operasi (Sign in) Time Out Keluar Ruang Operasi (Sign out)
Pasien sudah dipastikan: Pastikan semua anggota tim Memperkenalkan Paraf Paraf
Paraf nama dan perannya Perawat konfirmasi dgn tim:
• Identitas
• Sisi Operasi Dokter bedah, anestesi dan perawat
• Prosedur Konfirmasi secara verbal mengenai
• Pasien Nama prosedur yang tercatat
• Informed Consent
Tanda operasi ada/tidak • Sisi Kebenaran, jlh instrumen, kassa, jarum
Cek Keselamatan Anestesi • Prosedur
Oximeter siap dan berfungsi
Antisipasi keadaan kritis Dokter bedah review Bagaimana specimen diberi label
Apakah pasien alergi? keadaan kritis atau langkah-langkah yang tidak
diharapkan, lama operasi, antisipasi kehilangan (termasuk nama pasien)
Ya, alergi terhadap …..
Tidak darah Apakah ada masalah pada alat
Adakah risiko aspirasi?
Ya Tim anestesi review
Tidak apakah ada keadaan pasien yang perlu Dokter bedah, anestesi dan
Adakah risiko perdarahan? diperhatikan?
Tim perawat review Perawat review hal-hal penting untuk
500 ml (7ml/kg BB pd anak)
Tidak Sudah steril (termasuk indicator hasil)? Adakah pemulihan pasien
Ya, sudah disiapkan transfuse masalah alat?

Apakah antibiotic profil aksi setelah


diberikan
Ya
Tidak
Apakah ada hasil imaging?
Ya
Tidak
SKP 5 Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan risiko infeksi yang
didapat di fasilitas kesehatan.

 Klinik harus menerapkan kebersihan tangan Panduan kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan,
serta ditempel pada tempat yang mudah dibaca.
 Tenaga medis, tenaga kesehatan, dan karyawan puskesmas perlu diedukasi tentang kebersihan tangan.
 Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk pasien, keluarga pasien, anak sekolah, dan
masyarakat.
SKP 6 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh

 Cedera dapat terjadi karena jatuh di fasilitas kesehatan.


 Risiko jatuh pada pasien termasuk :
 Riwayat jatuh,
 Penggunaan obat,
 Minum minuman beralkohol,
 Gangguan keseimbangan,
 Gangguan visus,
 Gangguan mental, dan
 Sebab yang lain
 Penapisan (screening) secara umum dapat dilakukan dengan:
 Pertanyaan sederhana dengan jawaban Ya / Tidak misalnya apakah pasien pernah jatuh dalam kurun
waktu 6 (enam) bulan terakhir, apakah pasien mengalami vertigo, apakah pasien mengkonsumsi obat
yang mengganggu keseimbangan, apakah pasien perlu bantuan ketika berdiri/berjalan,
 Observasi dengan skor yang diberikan berdasarkan respons pasien. Misalnya modified time up and go
 Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan mempertimbangkan kriteria:
 Kondisi pasien, contoh: pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,
penggunaan obat, sedasi, status kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol
 Diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
 Situasi: Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring lama yang akan
dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
 Lokasi: hasil identifikasi area-area di puskesmas yang berisiko terjadi pasien jatuh, antara lain lokasi yang
dengan kendala penerangan atau mempunyai barrier/ penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan
fisioterapi, tangga.
 FKTP harus melakukan penapisan risiko jatuh pada pasien. Kriteria penapisan risiko jatuh harus ditetapkan, dan
dilakukan upaya untuk mencegah atau meminimalkan kejadian jatuh.
SKP 6 Menurunkan risiko cedera karena pasien jatuh

 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
 Penilaian risikojatuh pada Pasien Dewasa dengan Skala Jatuh Morse
 Penilaian risiko jatuh pada Pasien Anak dengan Skala Humpty Dumpty

Anda mungkin juga menyukai