Anda di halaman 1dari 15

Pityriasis versicolor/

Tinea versicolor

Anis fadilah (p3.73.34.1.19.049)


Aprilisia widya yosinta (p3.73.34.1.19.050)
Deri eka febriyanto (p3.73.34.1.19.055)
Eva khaerunisa (p3.73.34.1.19.059)
Hesty murdiani (p3.73.34.1.19.062)
Sri wati utami (p3.73.34.1.19.070)
DEFINISI
• Sebuah infeksi kronis ringan dari kulit yang
disebabkan oleh jamur Malassezia, dan ditandai
dengan discrete atau confluent, bersisik,
berubah warna atau depigmentasi, terutama
pada bagian tubuh atas (Hay and ashbee, 2010),
meliputi badan dan kadang-kadang dapat
menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai
atas, leher, muka dan kulit kepala yang
berambut (Budimulja U, 2011)
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia, tinea versicolor merupakan
penyakit dermatomikosis terbanyak kedua di
antara dermatofitosis lain. Lingkungan yang
hangat dan lembap diperkirakan menjadi salah
satu faktor pencetus. Indonesia terletak pada
garis ekuator dengan temperatur sepanjang
tahun sekitar 30 C dan kelembapan 70%.
• Data epidemiologi lainnya dalam kurun waktu
antara 2003-2005 pada RSUD Dr. Soetomo,
didapatkan kasus baru mikosis superfisialis
didivisi mikologi URJ penyakit kulit dan
kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun
2003 sebesar 12,7%, tahun 2004 sebesar 14,1 %,
dan tahun 2005 sebesar 13,3% dengan kasus
yang paling banyak dijumpai ialah pityriasis
versicolor (Hidayati et al, 2009).
ETIOLOGI
PATOGENESIS
Pemeriksaan Penunjang

Lampu Wood Mikroskopis langsung

• Tampak gambaran bercak • Kerokan + KOH 10-20% 


dengan warna kuning spagetti meat ball
keemasan
Pytiriasis Alba
- Pada anak usia 3-16 th
- Lokasi tersering ialah
daerah wajah : dagu,
mulut, pipi, dahi
- Pemeriksaan mikroskop
elektron : penurunan
jumlah serta
berkurangnya ukuran
melanosom
- Mikroskopis langsung
dengan KOH : tidak ada
spagetti meatball
aperence
Vitiligo

• Dapat mengenai daerah


yang mengandung
melanosit selain kulit
seperti mata dan rambut
• Histologi dengan
pewarnaan hematoxilin
eosin  sel melanosit
tidak ada
• Tanpa skuama
• Awitan terbanyak
sebelum 20 th
• Tidak gatal saat
berkeringat
Morbus Hansen Tipe
tuberculoid

- Hipoestesi pada
daerah lesi
- Zhielnielsen (+)
- Woods lamp :
tidak kuning
keemasan
- Tidak gatal saat
berkeringat
TERAPI
1.Menghilangkan faktor-faktor predisposisi
2. Pengobatan : menyeluruh, tekun dan teratur, obat topical atau sistemik

a. Obat topikal (digunakan bila lesi tidak terlalu luas)


- Mikonazole cream 2%, dioleskan sehari 2 kali selama 3-4 minggu
- Solusio natrium thiosulfate 25 % dioleskan sehari 2 kali selama 2 minggu (kurang
dianjurkan oleh karena dapat mengakibatkan iritasi, berbau tidak enak dan tidak
boleh untuk daerah wajah dan leher)
- Krim tretinoin 0.05 % - 1 % untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan sehari 2
kaliselama 2 minggu
- Shampo ketokonazol 1-2% diolekan pada lesi selama 10-15 menit sebelum mandi,
seminggu 2 kali selama 2-4 minggu
- Larutan propylene glycol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh sehari 2 kali
selama 2 minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif, kosmetik bagus,
memberikan hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi kulitnya.

b. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal, sering
kambuh)
- Ketoconazole : dosis anak: 3,3-6,6 mg/ kgBB/ hari; dosis dewasa: 200 mg/hari.
Diberikan sehari sekali sesudah sarapan selama 10 hari (Ervianti et al, 2005).
Kesimpulan
• Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas
dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep
mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis
yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis,
tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae,
tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non
dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris,
kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis
adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada
stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh
dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis
jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna
keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar
(Boel T, 2003).
• Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai
gatal pada keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya
mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik.
Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan
atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia (Wolff ,
2008)
• Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa
makula, berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang
bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan dengan Wood's
Lamp. Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka
pengobatan topikal sangat efektif. Ketokonazol termasuk kelas
antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan memperlambat
pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Prognosis baik
bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif
dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negative
(Ervianti et ql, 2009).
SEKIAN DAN TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai