Anda di halaman 1dari 14

Mola hidatidosa

Fitria
Definisi
• Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh
villi korialisnya mengalami perubahan hidropik. (Kapita. Selekta
Kedokteran, 2001: 265).
• Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri stroma
villus korialis langka vaskularisasi dan edematus. ( 11mu
Kandungan 2005: 262).
• Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot karion (chorionic villi) yang
tumbuh berganda berupa, gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai bush anggur.
(Sinopsis Obstetri 2002:238)
• Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi
hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi
proliferasi dari villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik.
(Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002: 156
Manifestasi Klinik

• Amenore dan tanda-tanda kehamilan muda yang lebih


hebat dari kehamilan biasa.
• perdarahan sedikit atau banyak, tidak teratur,warna
tengguli tua dan kecoklatan seperti bumbu rujak, kadang
keluar gelembung mola seperti anggur.
• Uterus lebih besar dibandingkan dengan usia kehamilan
dan teraba lembek.
• Tidak ada gerakan ataupun denyut jantung janin.
• Kadang-kadang disertai hipermesis gravidarum sebelum
kehamilan 24 minggu.
Patofisiologi

• Jonjot-jonjot karion tumbuh berganda dan mengandung


cairan merupakan kista-kista kecil seperti anggur.
Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Bisa juga
terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu janin tumbuh
dan satu lagi menjadi mola hidatidosa. mola parsialis
adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung
mola.
Secara mikroskopik terlihat trias:
• Proliferasi dari trofoblas
• Degenerasi hidropik dari stoma villi
• Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Etiologi

• Penyebabnya belum diketahui secara


pasti. Namun terdapat beberapa faktor
predisposisi terjadinya mola hidatidosa,
yaitu
• Paritas tinggi
• Keadaan sosio-ekonomi rendah
• Kekurangan protein
• Infeksi virus
Diagnosa
• Anamnesis
• Perdarahan pervaginam
• Gejala toksemia pada TM I - II
• Hipermesis gravidarum
• Pemeriksaan fisik
– Palpasi
– Auskultasi: DJJ (-)
• Pemeriksaan penunjang
- HCG >>
- USG = gambaran khas badai salju
• Diagnosa Banding
• Gemeli
• Hidramnion
• Abortus
Komplikasi

• Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau


tidak segera ditolong dapai berakibat fatal.
• Perdarahan berulang-ulang yang dapat
menyebabkan anemia
• Infeksi Sekunder
• Perforasi karena, keganasan dan karena
tindakan
• Kira-kira 18-20% kasus mola akan berubah jadi
ganas.
Prinsip tindakan
• Perbaikan KU(trsnfusi darah, hilangkan
penyulit)
• Pengeluaran jaringan (vakum kuretase
dan histerektomi)
• Th profilaksis (sitostatistik)
• Follow up
Tindakan

• Bila perdarahan banyak dan keluar jaringan mola:


• Atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita .
• Pasang O2 dengan kecepatan aliran 1-2 L/menit
• Siapkan darah atau donor darah
• Bila perdarahan tak banyak dan penderita tidak dalam
keadaan syok:
- Pertahankan keadaan umum penderita
- Perhatikan tanda-tanda vital kehidupan
- Pasang infuse dan 02
Prognosis

• Hampir 20% mola hidatidosa komplet


berlanjut menjadi keganasan, sedangkan
parsial jarang. Mola yang terjadi berulang
disertai tirotoksikosis/kista laten memiliki
kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi.
Follow up
• 1 – 2 tahun
• Dianjurkan tidak hamil dl
• Berkala dilakukan px ginekologi
• HCG
• Radiologi
• Pemeriksaan HCG dilakukan setiap 2
minggu selama setengah hingga satu
tahun.
• Selama masa pemantauan ini, penderita
mola dianjurkan menunda kehamilan
dengan kontrasepsi hormonal.
• Pilihan utamanya adalah kontrasepsi oral,
yaitu pil KB.
• Hal ini dikarenakan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan insidensi penyakit
trofoblastik gestasional, juga tidak
mengganggu pola regresi kadar hormon
HCG selama masa pemantauan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai