Anda di halaman 1dari 81

TEORI HUKUM

PROGRAM S2 UBHARA
2022

Bernard L. Tanya
E-mail: tanya63bernard@gmail.com
HP: 081210168571

OLEH
BERNARD L. TANYA

Bernard L. Tanya 1
MEMAHAMI HUKUM

Lord Radcliffe: we cannot learn law by learning law. It is more than


just a technique, it is a part of history, a part of economics and
sociology, a part of ethics and philosophy of life”.

Bernard L. Tanya
2
CONTOH

HUKUM

Nilai Norma Jiwa Fusi Kepentingan Unit Utilitas Kebutuhan


Moral legal rakyat Kepentingan The haves dominasi

Legal Interessen
Positivism Jurisprudence CLT Utilitarianism

Legal
Natural Law Legal Marxism Socio-Legal
Historism

Bernard L. Tanya 3
BAGIAN I
HUKUM DAN NILAI

Bernard L. Tanya 4
Posisi Moral
Dalam Hukum

Model Aquinas Model Hart

Model Austin

Syarat Minimum
Syarat maximum
hukum Beda dan terpisah

Bernard L. Tanya 5
I
MORAL DI ATAS HUKUM
MORAL SYARAT MAKSIMUM

Bernard L. Tanya 6
KIBLAT ALIRAN

HUKUM KODRAT
Nilai/Moralitas: Syarat maximum hukum
Quid leges sine moribus
BANGUNAN NILAI-MORAL
honeste vivere, neminem non laedere, uniqum suum tribuere

HUKUM POSITIF

Identify a moral compass to guide the lawmaking power of the


state and to promote 'the good'. “An unjust law is no law at
all“

Bernard L. Tanya 7
NILAI DI ATAS HUKUM

Materi Hukum: Derivasi nilai


Struktur Hukum: Standar Moral Tinggi
Budaya Hukum: Budaya Tinggi
Ojo Dumeh
Aturan: Prima facie
Benar-baik-tepat
Pener
Ngono ya ngono neng ojo ngono, dst

Bernard L. Tanya 8
SKEMA IDEAL

NILAI/MORAL

NORMA HUKUM

DUNIA EMPIRIS

Bernard L. Tanya 9
Honeste vivere :
 Hidup terhormat: mampu menjaga integritas, setia pada tugas,
peka pada tanggungjawab, tidak korup, dsb
 Aristotelian: Amicus Plato sed magis amica veritas
 Menolak jargon: anything, but the truth
 Mengamini prinsip: nothing, but the truth
Ctt: Ancaman terhadap elit hrs beda dgn org biasa
Pejabat yg korupsi mestinya dihukum berat krn langgar UU,
khianati jabatan, khianati kepercayaan publik, tidak terhormat

Bernard L. Tanya 10
ESELON
MORALITAS
KOHLBERG

Pra Konvensional/Rendah Konvensional/Menengah Pasca Konvensional/Tinggi

Takut di Untung Aturan Aturan Hati


Akal Kritis
Hukum Rugi Parokhial Umum Nurani

4 .
TEORI AQUINAS

Lex Aeterna

Lex Naturalis Lex Devina

Lex Humane

Bernard L. Tanya 12
Syarat maksimum

Kata Kunci:

Equity follow the law


Crime doesn’t pay
Lex semper dabit remedium: Hukum selalu membawa pemulihan
Equum et bonum, est lex legum: Apa yang adil dan baik, adalah hukumnya hukum
Lex rejicit superflua: Hukum menolak hal yang tidak layak
Datae leges be fortior omina posset: Hukum dibuat agar orang kuat tidak
sewenang-wenang
Similia, similibus: Tidak pilih kasih

Bernard L. Tanya 13
II
HUKUM NETRAL SECARA MORAL

Bernard L. Tanya 14
KIBLAT ALIRAN

LEGAL POSITIVISM: There is no necessary connection between


law and morality and that the force of law comes from some basic
social facts.
Legal Positivism means that the law is something that is "posited”

JOHN AUSTIN, law is commands, backed by threat of sanctions,


from a sovereign, to whom people have a habit of obedience

Sumber hukum adalah kemauan yang berdaulat (the source of a


law is the will of the sovereign). Negara, adalah pembentuk hukum
dan sekaligus tuhan dunia hukum (the god of the world of law)

Bernard L. Tanya 15
LANJUTAN

Positivisme Comte

Evolusi ilmu
(Auguste Comte)
Teologis Metafisika Positivis

Bernard L. Tanya 16
ENAM MAKNA POSITIVISME

Enam makna 'positivisme' yang diterapkan dalam berbagai konteks


Pertama, Positivism in the definition of law, atau makna Positivisme
dalam konteks definisi hukum. Di sini, positivisme menunjuk pada hakikat
hukum sebagai ekspresi kehendak manusia, bukan kehendak Tuhan atau
dewa-dewi. Contoh paling eksplisit dari makna Positivisme dalam konteks
ini, adalah konsep John Austin: law is commands, backed by threat of
sanctions, from a sovereign, to whom people have a habit of obedience.
Kedua, Positivism as a theory of a form of legal study atau Positivisme
sebagai teori bentuk dalam studi hukum. Positivisme dalam konteks ini
menunjuk pada analytical jurisprudence, yang memusatkan perhatian pada
analysis or clarification of the meanings of legal concepts atau melakukan
analisis atau klarifikasi terhadap makna konsep-konsep hukum, seperti
hukum positif, hak dan kewajiban, kesalahan, melawan hukum, penipuan,
dan sebagainya. Konstruksi konsep-konsep tersebut memiliki makna
khusus dalam hukum yang berbeda dengan istilah yang digunakan kaum
awam pada umumnya.

Bernard L. Tanya 17
LANJUTAN

Ketiga, Positivism as a theory of the judicial process atau positivisme


sebagai teori proses peradilan. Dalam konteks ini, positivisme menunjuk
pada penggunaan secara ketat prosedur hukum acara dengan sistem
pembuktian yang ilmiah dan logis, di mana keputusan harus didasarkan
pada adanya kaitan logis antara fakta-fakta kasus dengan aturan hukum
tentang kasus tersebut. 
Keempat, Positivism as a theory of law and morals atau Positivisme
sebagai teori tentang hubungn hukum dan moral. Tesis dasar di sini adalah:
There is no necessary connection between law and morality and that the
force of law comes from some basic social facts. Jadi tidak ada keharusan
memaksa hukum untuk dikait-kaitkan dengan moral, karena basis
kekuatan hukum berasal dari berbagai fakta sosial, bukan dari imperatif
nilai atau moral. Inilah yang disebut Separability thesis atau tesis
pemisahan, yakni pemisahan antara hukum dan moral. Austin memisahkan
secara tegas antara Positive Law dan Positive Morality. Tesis separasi ini
juga tampak dalam Hans Kelsen ketika membahas teori hukum murni.
Bernard L. Tanya 18
LANJUTAN

Kelima, Positivism and non-cognitivism in ethics atau Positivisme dan


non-kognitifitivisme dalam etika. Dalam konteks ini, positivisme
mengritik kelemahan yang melekat dalam penilaian moral sebagai
penilaian yang tidak ilmiah karena tidak didasarkan pada argumen
rasional, serta tidak dibangun atas bukti dan fakta.
Keenam, Positivism and the obligation to obey the law atau Positivisme
dan kewajiban untuk mematuhi hukum. Di sini, positivisme menunjuk
pada keharusan mutlak mematuhi apa yang diperintahkan hukum, terlepas
anda setuju atau tidak dengan isi hukum itu. Dikatakan di sini, there is an
unconditional obligation to obey the law, no matter what the content.

Bernard L. Tanya 19
TEORI AUSTIN (1780)

KOSMOLOGI :, Rasionalisme/Aufklarung
Semboyan: 1. Sapere Aude, 2. Cogito, ergo sum/ Rene Descartes
-Res Cogitans, Res Extensa
-Dominium Terrae

Manusia merasa memiliki mandat untuk menguasai alam


Akal dan ilmu menentukan:
Ada tidaknya the others
Hitam-putihnya the universe
Berharga tidaknya orang lain dan barang sesuatu
Dll

Bernard L. Tanya 20
Dominium Terrae
(Gen.1:28; 9:1-2;
- Cogito, ergo sum!
- Res Cogitans, Res
Extensa Eccles. 1:13)

(Schlick, Carnap, Frank,


Neurath, cs)

Bernard L. Tanya 21
John Austin

HUKUM

Laws properly so called Laws improperly so called

Human Laws
Laws of God
Laws
Law by analogy
by metaphor
Produk non Negara
Produk Negara

Non Positive Laws


Positive Laws
Laws set or imposed by
general opinion

Positive Morality

Bernard L. Tanya 22
Hukum Netral scr moral

Kata Kunci:

La boucha de droit: Apa kata UU itulah hukumnya


Dura lex sed lex
Not knowing the law is harmful
Igorantia legis, non excusat

Bernard L. Tanya 23
III
MORAL SYARAT MINIMUM HUKUM

Bernard L. Tanya 24
TEORI H.L.A. HART/ Modern Legal Positivism
HUKUM: Sistem Aturan-Aturan

TEORI HART:

LAW: The System of Rules (of) Obligation


Bantahan Terhadap Teori Commands-nya Austin
JOHN AUSTIN, law is commands, backed by threat of sanctions, from a
sovereign, to whom people have a habit of obedience
Saya menaati hukum karena perintah yang bersanksi dari penguasa
yang biasanya saya taati
LAW: Bagian dari Obligation Rules
Saya menaati sesuatu karena memang terterima secara sosial sebagai
seharusnya.

Bernard L. Tanya 25
TEORI H.L.A. HART/ Modern Legal Positivism
HUKUM: Sistem Aturan-Aturan

Minimum content
SOCIAL RULES Of Natural Law

Non Obligation Obligation


Rules Rules

Tiap Lebaran Legal Rules Positive


Pulang Kampung Morality

Tentang kewajiban manusia untuk berbuat/tidak berbuat (rules of


obligation), yang berasal dari aturan sosial (social rules)/karena perintah
hukum

Bernard L. Tanya 26
TEORI HART-1
The union of
primary and secondary
rules is at the centre
of legal theory/
HUKUM a legal system
Sistem Aturan-aturan

Secundary Rules
Primary Rules
(Format Hukum)
(Bahan Baku Hukum)
Context of justification
Context of discovery

Saya menaati sesuatu


Rules of recognation Rules of change Rules of adjudication
Karena berlaku dlm
Masyarakat sy dan
Sy mengamininya

Bernard L. Tanya 27
Sebelum diintegrasikan dalam hukum positif, maka moralitas
positif : bersifat ex opere operantis, tidak bersifat serta-merta atau
ex opere operato (secara langsung dan otomatis).

Bernard L. Tanya 28
TEORI HART-2

Moral syarat minimum


Berbeda namun terkait, terutama menghadapi hard cases
MODERN LEGAL POSITIVISM
CASES

Routine Cases Hard Cases

Aturan legal/yuridis Aturan moral

Bernard L. Tanya 29
MORAL SYARAT MINIMUM
Moral syarat minimum Hukum
Mengapa?
Dua Keterbatasan

Manusia Hukum

Adanya open texture:


Hukum tdk mungkin
Rentan/mudah terancam
cover semua masalah
Good will terbatas ke lian
Hukum selalu tertinggal
Terbatas mengontrol diri
Reaktif
Sumber daya terbatas
Antisipasi terbatas

Dua keterbatasan itu memunculkan Hard Cases

Bernard L. Tanya 30
HARD CASES

Neil MacCormick: hard cases menunjuk pada kasus-kasus di mana hukum mempunyai dampak
yang sulit bagi seseorang yang situasinya menimbulkan simpati.
Misalnya penerapan pasal pembunuhan. Bagaimana misalnya seorang pengidap penyakit yang
secara medis belum mungkin disembuhkan dan yang bersangkutan dalam keadaan amat menderita
sehingga ia tidak mampu lagi untuk bertahan hidup, bolehkah keluarga menghentikan asupan
makanan, agar dalam waktu singkat yang bersangkutan meninggal dunia demi mengakhiri
penderitaannya? Atau seorang pasien yang sudah berada dalam keadaan comotose (tidak sadar),
yang secara medis hampir mustahil untuk sadar kembali, dan sekarang hidupnya hanya dapat
dipertahankan melalui pemasangan alat-alat buatan? Bolehkah alat-alat itu dicabut saja, sehingga
orang itu dapat meninggal dengan wajar?
Bagaimana pula tentang seorang penderita yang sudah dalam keadaan koma, secara medis tidak
mungkin disembuhkan, dan pemasangan alat-alat buatan itu sedemikian mahalnya sehingga berada
di luar kemampuan pihak keluarga untuk membayarnya, apalagi pengorbanan itu berarti
mengorbankan seluruh masa depan keluarga demi seorang yang menurut perhitungan medis tidak
mungkin pulih kembali?
Terhadap kasus-kasus seperti itu, ada keharusan yang tak terhindarkan untuk memberi
penafsiran yang sedikit banyak beyond the rules untuk menghindari kerumitan yang
eksesif

Bernard L. Tanya 31
Syarat minimum

Hard case seperti di atas, butuh interpretasi konstruktif berdasarkan aturan moral.
Persoalan yang dialami orang-orang di atas, adalah persoalan kenyataan yang
konkret, dan hanya merekalah yang merasakan sistem situasi yang dihadapi. Ia tidak
mungkin perdebatkan secara sambil lalu di belakang meja. Ia hanya dapat dipahami
melalui pengalaman, konteks, dan situasi unik yang dihadapi orang-orang tersebut.
Di sini pasal pembunuhan perlu dibaca secara moral (moral reading). Secara moral,
kejadian di atas adalah necessary evil. Ketika orang-orang itu memilih yang jahat
dari yang jahat, mereka memilih yang kadar dan akibatnya lebih kecil (the lesser
evil).

Bernard L. Tanya 32
LANJUTAN

Hart berbicara tentang diskresi yudisial. Diskresi dilakukan hakim, dalam


pandangan Hart, untuk menciptakan pilihan di antara alternatif-
alternatif yang terbuka. Hakim, dengan demikian, terlibat dalam
suatu laku kreatif. Diskresi menunjuk pada: Penggunaan otoritas
yang ada pada hakim berdasarkan aturan-aturan resmi sebagai dasar
untuk menempuh cara yang bijaksana dalam menghampiri
kenyataan tugasnya berdasarkan pendekatan moral dari pada
ketentuan-ketentuan formal. Di situ ada selection of the best, the
most practical or satisfactory course of action.

Bernard L. Tanya 33
MODEL DWORKIN
Argument of principles

Versi Dworkin

Tatkala aturan-aturan di tingkat teknis tidak tersedia ataupun tidak memadai


menyelesaikan suatu kasus rumit, maka hakim harus mencari dan menemukan prinsip-
prinsip hukum untuk dijadikan pedoman penyelesaian.
Menurut Dworkin, dalam menyelesaikan hard cases, kita tidak boleh terjebak pada the
semantic sting (sengatan semantik).
Begitu juga tidak boleh melompat ke pertimbangan-pertimbangan pragmatis politis.
Sebailknya harus lebih mengandalkan prinsip-prinsip hukum. Salah satu contoh prinsip
dimaksud adalah: “Prinsip bahwa seseorang tidak boleh mengambil manfaat dari
tindakan kriminalnya”.

Bernard L. Tanya 34
Lanjutan

Versi Dworkin
Earl Warren: Law floats in a sea of ethics
Pasal-pasal hukum, sejatinya, merupakan perintah-perintah moral dalam
wujud legal. Pasal 362 KUHP, misalnya, perintah moral di situ adalah “jangan
merampas milik orang lain”. Perintah yang lebih umum, adalah: neminem
laedere. Lebih umum lagi, hormati hak orang lain! Lebih-lebih umum lagi,
honeste vivere (hidup terhormat).
Membaca teks hukum harus sekaligus membaca teks moral di baliknya. Cara
baca seperti ini, disebut Ronald Dworkin sebagai moral reading
Melalui cara ini, hukum dan penegakannya diperlakukan sebagai art, yaitu seni
mempertahankan nilai-nilai dan/atau prinsip-prinsip. Itulah mengapa
penegakan hukum tidak boleh dilakukan serampangan, tetapi harus
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

Bernard L. Tanya 35
Syarat minimum

Kata Kunci:

Hard cases made bad law


Necessary evil
The lesser evil

Bernard L. Tanya 36
BAGIAN III
HUKUM SEBAGAI NORMA YURIDIS

Bernard L. Tanya 37
HUKUM-NORMA YURIDIS
Neo-Kantian/Kelsen
Hukum Murni

HUKUM
Tata Hukum positif

Separability thesis LEGAL NORM Normativity thesis

Bukan nilai/norma
CLOSED SYSTEM Norma Yuridis
moral yang dikehendaki

Memisahkan norma yuridis


dengan norma lain Terbatas pada: Bukan Fakta
Norma2 Yuridis
Hukum Positif
Anti tesis trhdp
Penalaran Yuridis Anti tesis trhdp
Hukum Kodrat
Susunan norma, bkn efektivtas Empirisme Hukum
(yg berbasis perintah moral)
Bentuk, bukan isi (yg kedepankan fakta)

Bernard L. Tanya 38
BAGIAN IV
HUKUM SEBAGAI HUBUNGAN NORMA-NORMA

Bernard L. Tanya 39
Neo-Kantian/Kelsen
Sifat Normatif

HUKUM:
Hub Norma-norma

not created in
GRUNDNORM Validitasnya
Premis awal a legal procedure
Sumber normatif Ditrm begitu saja
by a law creating organ

Aturan Dasar
Yg dibuat organ
Pencipta hkm

Lebih konkret

Lebih-lebih konkret

Bernard L. Tanya 40
BAGIAN V
ASPEK HUKUM

Bernard L. Tanya 41
TIGA ASPEK HUKUM
Gustav Radbruch

HUKUM

Keadilan Kepastian Manfaat

Bernard L. Tanya 42
PASTI/KEPASTIAN

ADIL

Merit System
Korektif
Honeste Vivere
Neminem Non Laedere
Uniqum sum Tribuere
Afirmatif
Harmoni
Model Salomo
Model Lain
Dll

Bernard L. Tanya 43
PASTI/KEPASTIAN

KEPASTIAN
HUKUM

 Tidak berlaku surut


 Tidak boleh ambigiu
 Tidak kontradiktif
 Tidak mudah berubah
 Kasus yang sama diputuskan dgn cara yang sama
 Mudah dimengerti
 Diskresi minimal
 Norma dan Penegakan hrs konsisten

Bernard L. Tanya 44
AJARAN KEPASTIAN HUKUM

KEPASTIAN
HUKUM

Joseph Raz Peczenik Fuller

 Prinsip legalitas
 Tidak berlaku surut  Teks hukum harus jelas dan tepat  Norma harus berlaku umum
 Tidak boleh ambigiu  Tidak berlaku surut  Harus diundangkan
 Tidak kontradiktif  Larangan analogi  Tidak boleh berlaku surut
 Tidak mudah berubah  Kasus yang sama diputuskan dgn  Mudah dimengerti
 Imparsialitas peradilan Cara yang sama  Tidak saling bertentangan
 Tidak melangkahi  Due Process  Tidak melampaui kemampuan
norma keadilan  Pengadilan yg merdeka dan  Tidak mudah berubah-ubah
 Diskresi minimal  Norma dan penegakan
Tidak memihak
harus konsisten
 Tidak sewenang-wenang

Bernard L. Tanya 45
TEORI UTILITARIAN

HUKUM DAN
MANFAAT

Model Bentham Model Mills Model Rawls

Individu Umum Kaum tersingkir

The greatest good for


the greatest happiness The greatest good for The greatest good for
the greatest number the have not

Bernard L. Tanya 46
5 TEORI ELEMEN UTILITARIANSM

Total utilitarianism. Dikatakan total utilitarianism, karena target


manfaat yang hendak dicapai adalah manfaat bagi semua.
Menurut teori ini, manusia seharusnya mengupayakan
sebesar-besarnya kebaikan untuk semua manusia, bahkan
untuk semua lingkungan hidup yang merasakan dampaknya.
Jadi suatu sistem hukum, atau institusi sosial dianggap
bernilai, jika dan hanya jika mampu menghasilkan hasil
terbaik bagi semua manusia bahkan lingkungan hidup yang
terdampak.
Average utilitarianism. Sedikit berbeda dengan model total
utilitarianism yang menargetkan kebahagiaan bagi semua
manusia bahkan lingkungan hidup yang terdampak, maka
model average lebih mengarah ke kesejahteraan rata-rata
penduduk per kapita atau serves to maximise average
happiness or welfare per capita. Karena itu uangkapan yang
khas dalam teori ini adalah the greatest good for the greatest
number.
Bernard L. Tanya 47
LANJUTAN

Actual Rule utilitarianism. Bagi teori ini, mutu sebuah aturan


ditentukan oleh kebaikan atau manfaat yang dihasilkan jika
aturan itu diikuti pada situasi aktual tertentu. Misalnya aturan
mengenai social dan physical distancing terkait virus Corona.
Manakah yang lebih bermanfaat mencegah penularan
Corona, aturan yang membolehkan beribadah di rumah
ibadah yang melibatkan banyak orang, atau aturan yang
mengharuskan beribadah di rumah tanpa libatkan banyak
orang sehingga jarak sosial bisa terjaga. Sudah tentu aturan
yang disebut terakhirlah yang jauh lebih bermanfaat
mencegah penularan corona dibandingkan aturan yang
disebut pertama.

Bernard L. Tanya 48
LANJUTAN

Act utilitarianism. Teori ini menekankan pada tindakan yang


bermanfaat. Sebuah tindakan dapat dibenarkan jika ia
menghasilkan lebih banyak kebaikan dibandingkan tindakan
yang mungkin diambil dalam situasi dan kondisi yang sama.
Kriteria yang dipakai dalam menentukan kenormalan suatu
tindakan adalah kriteria yang dapat diterima dan dibenarkan
oleh rata-rata orang waras jika menghadapi situasi yang
sama. Misalnya, menyelamatkan nyawa orang yang tidak
bersalah dari amukan massa dengan menyembunyikannya di
kamar, jauh lebih bermanfaat daripada menyatakan
sejujurnya keberadaan orang itu di kamar tersebut.

Bernard L. Tanya 49
LANJUTAN

Ideal Rule utilitarianism. Utilitarian jenis ini berpendapat bahwa


mengikuti aturan yang cenderung mengarah pada kebaikan
terbesar akan memiliki konsekuensi yang lebih baik secara
keseluruhan daripada mengikuti aturan lain yang mengatur
tindakan yang sama. Misalnya bagi seorang pejabat negara
yang berlatarbelakang politisi, akan jauh lebih bermanfaat jika
ia patuh pada Quezon Rules, yakni: “My loyalty to my party
ends when my loyalty to my country begins.“ Menaati aturan
ini akan jauh lebih baik bagi kepentingan bangsa dan negara
ketimbang sang pejabat bertindak sebagai orang partai,
sebab kepentingan rakyat, kepentingan negara, dan
kepentingan bangsa tidak selalu sama dengan kepentingan
partai. Apalagi seluruh fasilitas jabatannya dibiayai oleh
negara. Aturan ideal itu diungkapkan pertama kali Manuel L
Quezon, Presiden Persemakmuran Filipina (1935-1944), yang
kemudian diucapkan kembali oleh Presiden AS; John F
Kennedy tiga puluhan tahun kemudian.
Bernard L. Tanya 50
BAGIAN VI
TEORI MARX

Bernard L. Tanya 51
Teori Marx

SUPRA-STRUKTUR
Budaya, politik, hukum, agama,

INFRA-STRUKTUR
Hubungan2 produksi

Bernard L. Tanya 52
BAGIAN VII
TEORI MAINE

Bernard L. Tanya 53
HUKUM: Dari Status ke Kontrak
Henry Maine

HUKUM

Status Masyarakat Kontrak

Bawaan Primordial Prestasi dan kemampuan


Ningrat, tua, ras,dll

Privilese menurut
Kontrak prestasi
status

Masyarakat statis Masyarakat maju

Bernard L. Tanya 54
BAGIAN VIII
TEORI WEBER

Bernard L. Tanya 55
HUKUM DAN TINGKAT RASIONALITAS
Max Weber

HUKUM

Kharismatik Tradisional Rasional

Intuisi, tanpa aturan Aturan umum Aturan rinci/kodifikasi

Substantif, sedikit
Substabtif-irasional rasional Formal-rasional

KARISMATIK: BERTUMPU PADA KESETIAAN TERHADAP ORANG YANG DIANGGAP MEMILIKI KEISTIMEWAAN SPRIRITUAL ATAU
TRANSEDENTAL
TRADISIONAL: BERTUMPU PADA KEPERCAYAAN MENURUT TRADISI TERHADAP ORANG YANG DIANGGAP LAYAK MEMIMPIN
MASYARAKAT (TUA ADAT DLL).
RASIONAL: BERTUMPU PADA OTORITAS FORMAL UNTUK BERKUASA BERDASARKAN KESAHIHAN POLA PROSEDUR-FORMAL YANG
BERPOROS PADA NEGARA

Bernard L. Tanya 56
BAGIAN IX
TEORI POUND

Bernard L. Tanya 57
TEORI ROSCOE POUND
Law as a tool of social engineering

Law as a tool
of social engineering

Menyerang dua kubu


- Kubu Normatif
- Kubu Sejarah

Mengemban
Tugas Sosial
MEMANDU PERUBAHAN

Bernard L. Tanya 58
LANJUTAN

Rekayasa
Sosial

Kondisi awal Hukum Hasil


Tidak Produktif Regulasi-Putusan Beradab

Sarat konflik, boros, Balancing of interest: Minim konflik, hemat,


Tidak produktif Individu, sosial, umum produktif

UNCIVILIZED
JURAL POSTULATE
Suka menyerang org lain scr semena2
Tidak menyerang org lain
Tidak hargai hak milik org lain
Penghormatan hak milik org lain
Suka bertindak dgn niat buruk
Tiap org bertindak dgn itikad baik
Suka bertindak semau gue
Tiap org bertindak hati2 agar tdk rugikan org lain
Main hakim sendiri
Tiap kerugian diganti sepadan

Bernard L. Tanya 59
DUA SIKAP

UNCIVILIZED
Suka menyerang org lain scr semena2
Tidak hargai hak milik org lain
Hukum Suka bertindak dgn niat buruk Law as a tool
Konvensional Suka bertindak semau gue of social engineering
Main hakim sendiri

Menghukum Merubah
Keadaan

Bernard L. Tanya 60
LANJUTAN

BUTUH HAKIM
NEGARAWAN

Posner dan Kronman

Tidak hanya menampilkan kemampuan


teknis (technical competence),
melainkan juga kemampuan social engineering,
civic virtue, dan practical wisdom

Bernard L. Tanya 61
BAGIAN X
TEORI NONET-SELZNICK

Bernard L. Tanya 62
TIGA TIPE HUKUM
Nonet-Selznick

Model Hukum

Hukum
Hukum Represif Otonom Hukum Responsif

Mengabdi dan dikendali- Due Process, anti Akomodatif pada keadaan


kan penguasa Intervensi kekuasaan dan kebutuhan

Bernard L. Tanya 63
HUKUM PROGRESIF

HUKUM PROGRESIF

Progresivisme: Kehendak berbuat yang terbaik


 Hukum untuk manusia
 Pro-rakyat dan pro-keadilan
 Hidup baik sebagai dasar hukum yang baik
 Watak responsif
 Berhukum dengan nurani
 Kecerdasan spiritual
 Menolak status quo

Menjadi manusia sebelum jadi lawyer

Bernard L. Tanya 64
BAGIAN XI
PERILAKU HUKUM
DONALD BLACK

Bernard L. Tanya 65
BAGAIMANA HUKUM BERPERILAKU?

PERILAKU HUKUM DOPENGARUHI OLEH LIMA FAKTOR SOSIAL, YAITU:


• STRATIFIKASI SOSIAL.
• MORPOLOGI SOSIAL.
• KULTUR/BUDAYA.
• ORGANISASI.
• KONTROL SOSIAL LAIN.
PERILAKU HUKUM YANG DIPENGARUHI STRATIFIKASI SOSIAL

STRATIFIKASI SOSIAL:
PELAPISAN ATAU PENJENJANGAN YANG ADA DALAM MASYARAKAT
DISEBABKAN OLEH PERBEDAAN STATUS, KEDUDUKAN, KETURUNAN
DAN HARTA KEKAYAAN.
 ORANG-ORANG BERKEDUDUKAN TINGGI MEMILIKI HUKUM YANG
LEBIH BANYAK DIBANDINGKAN ORANG-ORANG BERKEDUDUKAN
RENDAH.
 PERSELISIHAN ANTARA ORANG BERKEDUDUKAN TINGGI LEBIH
BANYAK SAMPAI KE POLISI/PENGADILAN DARIPADA PERSELISIHAN
ORANG-ORANG BERKEDUDUKAN RENDAH.
 JIKA ORANG BERKEDUDUKAN RENDAH MENCEDERAI ORANG
BERKEDUDUKAN RENDAH HUKUMANNYA TIDAK SEBERAT JIKA
ORANG BERKEDUDUKAN TINGGI MENCEDERAI ORANG
BERKEDUDUKAN TINGGI.
 HUKUM DALAM BERBAGAI BENTUK: UU, LARANGAN-LARANGAN
DAN PERINTAH, PELAPORAN, PENAHANAN, PENUNTUTAN DAN
PENGHUKUMAN LEBIH BANYAK DIARAHKAN KEPADA ORANG-
ORANG YANG BERSTATUS RENDAH DALAM MASYARAKAT.
PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI OLEH MORPOLOGI SOSIAL

MORPOLOGI SOSIAL: PERBEDAAN HORIZONTAL DALAM MASYARAKAT


ANTARA LAIN KARENA PERBEDAAN PROFESI/PEKERJAAN DAN
KEDEKATAN/INTIMASI DAN INTEGRASI.
 JENIS KONTRAK LEBIH BANYAK TERJADI DALAM MASYARAKAT
DENGAN VARIASI MORPOLOGI TINGGI DARIPADA MASYARAKAT
DENGAN MORPOLOGI SEDIKIT.
 HUKUM TIDAK BERLAKU DI ANTARA ORANG-ORANG YANG
BERHUBUNGAN DEKAT. HUKUM SEMAKIN MENINGKAT BERSAMAAN
DENGAN JARAK ATAU KERENGGANGAN.
 ORANG-ORANG YANG BERADA DALAM PUSAT LINGKARAN SOSIAL
LEBIH MEMILIKI HUKUM DIBANDINGKAN ORANG-ORANG BERADA
PADA BAGIAN TERLUAR LINGKARAN SOSIAL(MARGINAL).
PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI OLEH BUDAYA

BUDAYA: ASPEK SIMBOLIS DALAM MASYARAKAT SEPERTI APA YANG BAIK


DAN BURUK, APA YANG INDAH DAN BURUK, TERMASUK KARYA SENI
DAN BAHASA.
 DITEMUKAN LEBIH BANYAK HUKUM DALAM MASYARAKAT DENGAN
KEBUDAYAAN TINGGI. SUKU NOMADEN TIDAK MEMILIKI HUKUM
SEBANYAK MASYARAKAT DENGAN KEBUDAYAAN TINGGI.
 KEJAHATAN YG DILAKUKAN OLEH ORANG-ORANG YG WARNA
KULITNYA/ PENAMPILAN FISIKNYA BERBEDA DARI PENDUDUK
MAYORITAS DAN KORBANNYA ADALAH DARI KALANGAN MAYORITAS,
MAKA HUKUMAN LEBIH BERAT DIBANDINGKAN SEBALIKNYA.
 KEJAHATAN OLEH ORANG YG TIDAK BERBUDAYA/BERPENDIDIKAN RENDAH
THD ORANG YANG BERBUDAYA/BERPENDIDIKAN TINGGI, HUKUMAN
DIJATUHKAN LEBIH BERAT DIBANDINGKAN JIKA PELAKU BERPENDIDIKAN
TINGGI, SEDANGKAN KORBAN DARI KALANGAN TIDAK BERBUDAYA/TIDAK
BERPENDIDIKAN.
 TINDAK PIDANA OLEH SEORANG MARGINAL/PENGANGGURAN THD ORANG
DARI PUSAT LINGKARAN SOSIAL/BERKEDUDUKAN TERPANDANG, HUKUMAN
AKAN LEBIH BERAT DIBANDINGKAN KASUS SEBALIKNYA.
PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI OLEH ORGNASISASI

ORGNAISASI:
NEGARA, ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERUSAHAAN,
LEMBAGA-LEMBAGA LAIN.
 SEMAKIN BANYAK INTERVENSI OLEH NEGARA THD MASYARAKAT
SEMAKIN BANYAK PULA HUKUM.
 HUKUM LEBIH BANYAK DIARAHKAN KEPADA ORANG DARIPADA
ORGANISASI.
 ORGANISASI/PERUSAHAAN LEBIH CENDERUNG MELAPORKAN
INDIVIDU KEPADA POLISI DARI PADA ORANG MELAPORKAN
PERUSAHAAN KE POLISI.
 DI AMERIKA SERIKAT: SEBAGIAN BESAR PENGGUGAT PERKARA
PERDATA ADALAH ORGANISASI, SEDANGKAN TERGUGAT ADALAH
INDIVIDU.
 ORGANISASI LEBIH SERING MENANG DALAM BERPERKARA DARIPADA
INDIVIDU.
PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI KONTROL SOSIAL LAIN

KONTROL SOSIAL LAIN: NORMA ADAT, AGAMA, ETIKA, ATAU MORAL.

 JIKA KONTROL SOSIAL KUAT, KONTROL HUKUM MELEMAH DAN


SEBALIKNYA PULA.
 HUKUM LEBIH BANYAK DITEMUKAN KALANGAN ORANG TERHORMAT
DIBANDINGKAN DI KALANGAN ORANG-ORANG TIDAK TERHORMAT
SEPERTI PENJAHAT, RESIDIVIS, PELACUR, GELANDANGAN.
 ORANG-ORANG TIDAK TERHORMAT LEBIH BANYAK/SERING DIJADIKAN
SASARAN HUKUM DAN ORANG-ORANG TIDAK TERHORMAT CENDERUNG
TIDAK MEMPEROLEH MANFAAT DARI HUKUM ITU
SOSIOLOGI ATURAN/UU

• PROBLEM DAN KONTEKS DIBUATNYA ATURAN A QUO


• GOLONGAN/KELOMPOK KEPENTINGAN YG MENDORONG
LAHIRNYA ATURAN A QUO
• PETA PENDAPAT UMUM DAN KELOMPOK PENEKAN
• KEPENTINGAN YANG HENDAK DILINDUNGI
• TRANSAKSI POL DI LEGISLATIF
• PERSAINGAN KEPENTINGAN DI PARLEMEN
• KELOMPOK YANG DIUNTUNGKAN
• CARA PERUMUSAN
• TUJUAN ATAU SASARAN YANG INGIN DICAPAI

Bernard L. Tanya 75
SOSIOLOGI LEMBAGA

• SARANA DAN PRASARANA


• MANAGEMEN
• ADMINSTRASI
• SUMBER DAYA
• KEPEMIMPINAN
• TUJUAN
• HARAPAN MASYARAKAT
SOSIOLOGI APARAT (POLISI, JAKSA, HAKIM)

• LATARBELAKANG SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI


• PERSONALITAS
• KEDUDUKAN DALAM TUGAS
• HUBUNGAN FORMAL/INFORMAL DALAM STRUKTUR
• RESIKO KERJA
• DUKUNGAN KEBIJAKAN, SARANA DAN PRASARANA
• KESEJAHTERAAN
• HARAPAN-HARAPAN/KARIER
SOSIOLOGI TUGAS POLISI

• MEMEGANG BARA API


• TARUHAN JIWA DAN RAGA
• RENTAN POLITISASI
• ANCAMAN EKSTERNAL, BESAR
• PEMAHAMAN HUKUM
• KETIDAKPASTIAN KARIER
• GAJI
• KEGAGALAN, RESIKO SENDIRI. PRESTASI, JASA INSTITUSI
• KEWENANGAN BESAR
• PALU: SEMUA JADI PAKU
• MANAJEMEN KURSI GOYANG?
• TERLALU BERSIH, TERSINGKIR
SOSIOLOGI TUGAS JAKSA

• MENGHADAPI BERKAS
• KERJA DI BELAKANG MEJA
• ANCAMAN EKSTERNAL, TERBATAS
• LUASNYA KEWENANGAN SUBYEKTIF
• AKUNTABILITAS
• RELATIF MENGUASAI PERATURAN
• GAJI RENDAH
• HUBUNGAN PRIMORDIAL
• TERLALU BERSIH, TERSINGKIR
SOSIOLOGI PENANGKAPAN

• LATARBELAKANG TERSANGKA
(SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, POLITIK)
• RESIKO
• SARANA DAN PRASARANA
• POLICY PIMPINAN/LEMBAGA
• INTERVENSI
• PELUANG-PELUANG NEGOSIASI
SOSIOLOGI PENAHANAN

• POSISI SOS-POL-EK TERSANGKA/TERDAKWA


• PRASANGKA POL-SOS-EK-MOR
• ALASAN YANG DIGUNAKAN
• POLICY PIMPINAN/LEMBAGA
• DASAR HUKUM

SOSIOLOGI PENGHUKUMAN

Anda mungkin juga menyukai