Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS

MANAJEMEN
PENGELOLAAN OBAT
DI PUSKESMAS
WOLAANG
Pengelolaan obat merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan obat.
Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat di
Puskesmas Wolaang di simpan
di dalam gudang obat dengan
menggunakan sitem FEFO dan
FIFO dan di susun
menggunakan abjad, obat yang
cair di pisahakan dengan obat
padat, untuk obat yang akan di
letakan dilantai diberi alas
menggunakan pallet.

Penyimpanan obat merupakan salah satu kegiatan


pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin sesuai
dengan persyaratan yang telah di tetapkan. Tujuan
dari penyimpanan obat adalah agar mutu obat yang
tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
• FIFO (First In First Out) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih dulu dan
dikeluarkan lebih dulu. Penyimpanan dengan cara FIFO dilakukan dengan menempatkan obat pada rak
paling depan, artinya jika dalam 1 rak tersebut terdapat 5 obat dengan nama dan sediaan yang sama maka
obat yang datang lebih dahulu ditempatkan paling luar dari susunan, dan obat yang baru datang dari
pembelian ditempatkan pada bagian terdalam susunan, atau dengan kata lain obat yang lebih dahulu
datang dikeluarkan duluan.

• FEFO (First Expired First Out) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal
kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu, sehingga kita dapat menentukan apakah obat yang
pertama masuk ke apotek memiliki tanggal ED yang juga lebih cepat atau bahkan sebaliknya bisa saja obat
yang baru saja kita beli dari distributor justru memiliki tanggal ED yang jauh lebih dekat/cepat daripada
obat yang sama yang sudah kita beli sebelumnya.

• Pemisahan jenis obat juga dilakukan di Puskesmas Wolaang ini.


Obat cair dipisahkan dengan obat padat. Obat yang diletakkan di
lantai diberi alas menggunakan pallet.
Menurut pengamatan dari peneliti bahwa gudang
penyimpanan obat di Puskesmas Wolaang tidak memiliki
fentilasi dan jendela, ruangan yang digunakan hanya
berukuran 2x2 pencahayaan di gudang hanya menggunakan
lampu karena cahaya matahari tidak dapat masuk ke
gudang.
Obat kedaluwarsa merupakan limbah B3 yang diatur pengelolaannya termasuk
penyimpanannya. Penyimpanan Limbah B3 (LB3) dilakukan dengan cara
menyimpan di fasilitas Penyimpanan LB3, menggunakan wadah sesuai
kelompok Limbah B3, penggunaan warna pada setiap kemasan dan/ atau wadah
Limbah sesuai karakteristik Limbah B3; dan pemberian simbol dan label Limbah
B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah
B3. Wadah untuk obat Kedaluwarsa menurut aturan adalah warna cokelat.

Penyimpanan obat Kedaluwarsa sebaiknya di simpan di ruang atau tempat khusus terpisah
dari obat yang belum kadaluarsa, diruang yang terkunci agar terjamin keamanannya. Limbah
bahan kimia atau Limbah farmasi dalam jumlah sedikit dapat dikumpulkan bersama dengan
Limbah infeksius. Limbah farmasi Kedaluwarsa/tidak digunakan dalam jumlah besar yang
tersimpan di unit pelayanan farmasi harus dikembalikan ke pemasok (penyuplai) atau pihak
pengelola Limbah B3 yang telah memiliki izin untuk pemusnahan.
Hasil penelitian di Puskesmas Wolaang, informan mengatakan bahwa
semua obat yang di terima puskesmas sudah memenuhi syarat, namun
informan lain menyatakan bahwa ada beberapa obat yang tidak
terpakai namun sudah expire masih di biarkan di gudang obat dan
belum melakukan pemusnahan atau pengembalian obat di Dinas
Kesehatan. Pada pertanyaan selanjutnya informan menyatakan bahwa
puskesmas dapat melakukan pemusnahan sendiri obat yang telah
kadaluarsa dengan membuat berita acara pemusnahan dan disaksikan
oleh pemerintah dan dinas kesehatan Kabupaten.
Pendistribusian
Obat

Mekanisme pendistribusian obat merupakan cara atau langkah dalam


menyalurkan obat ke unit-unit bawah puskesmas dengan tujuan yang
sama yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kegiatan distribusi obat yang perlu dilakukan di Puskesmas, yaitu
menentukan frekuensi distribusi, menentukan jumlah jenis obat yang
diberikan, dan melaksanakan penyerahan obat.
Kegiatan pendistribusian obat di Puskesmas
Wolaang diatur oleh petugas farmasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
sub unit. Jadi semua dari gudang obat masuk ke
apotik, ada juga gudang obat di apotik, resep dari
poli, poli ambil ke apotik Puskesmas. Kalaupun
ada perawatan keluar gedung juga diminta obat
untuk di bawa ke perawatan luar gedung di minta
ke pengurus apotik.
Hasil penelitian pada pendistribuasian
obat di Puskesmas Wolaang adalah
dengan sistim anfrak yaitu obat yang
sudah ada di apotik didistribusikan pada
masing-masing sub unit pelayanan
puskesmas seperti KIA, imunisasi, rawat
inap, dan Posyandu.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai