Anda di halaman 1dari 4

ILMU KEDOKTERAN GIGI MASYARAKAT

Identifikasi Manajemen Keuangan dari Jurnal Berjudul Kajian Pola


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Puskesmas
Pekalongan Dengan Sistem Holding

REVIEW JURNAL

Oleh :
Dina Kurniasari (181611101007)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020
Jurnal yang telah saya baca berjudul Kajian Pola Pengelolaan Keuangan B
adan Layanan Umum Daerah Puskesmas Pekalongan dengan Sistem Holding. Beb
erapa hal yang melatar belakangi transformasi Puskesmas di Kota Pekalongan me
njadi Badan Layanan Umum Daerah diantaranya adalah :

1. Adanya kebijakan jaminan kesehatan nasional BPJS Kesehatan


2. Semangat baru dalam pengelolaan keuangan yang lebih efektif dan efisien
dengan melakukan uji coba penggabungan manajemen PPK-BLUD Puske
smas
3. Adanya kebutuhan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Pusk
esmas
4. Adanya status dua puskesma baru di wilayah Kota Pekalongan yang belum
mampu melakukan pengelolaan secara mandiri serta semangat untuk mew
ujudkan percepatan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan melalui pr
insip gotong royong dengan melakukan subsidi silang berdasarkan priorita
s masing-masing puskesmas
5. Akses yang berdekatan antar puskesmas meliputi kondisi demografi dan k
ondisi kesehatan sosial masyarakat yang hampir sama.

Penilaian kondisi terkini dan analisis keberlangsungan Puskesmas


BLUD merupakan hal penting yang memerlukan kajian lanjut guna meru
muskan identifikasi masalah dan menemukan akar masalah yang ada dala
m pengelolaan PPK-BLUD Holding Puskesmas Kota Pekalongan. Sehingg
a selanjutnya dapat mencari solusi dari permasalahan tersebut. Badan Laya
nan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan ol
eh satuan kerja perangkat daerah atau unit satuan kerja perangkat daerah p
ada satuan kerja perangkat daerah dalam memberikan pelayanan kepada m
asyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan
sebagai pengecualian dari ketentuan Pengelolaan Keuangan. BLUD Puske
smas Kota Pekalongan untuk mendukung dalam penyelenggaraan operasio
nal kegiatan Puskesmas Kota Pekalongan berasal dari:

a. Jasa Layanan
b. Hibah
c. Hasil Kerjasama
d. APBD
e. APBN
f. Pendapatan lain lain BLUD yang sah

Puskesmas di Kota Pekalongan berstatus BLUD dimulai pada tahu


n 2014. Sistem tata kelola Puskesmas BLUD di Kota Pekalongan dilaksan
akan secara Holding, dimana BLUD Holding merupakan sistem tata kelola
yang menaungi beberapa SKPD di bawahnya. BLUD Kota Pekalongan
berperan dalam hal perencanaan pemenuhan SDM non PNS, dan arus
keuangan pengelolaan pendapatan Puskesmas, pembiayaan operasional Pu
skesmas dan pembagian remunerasi atau jasa pelayanan yang disesuaikan
dengan Perwal terkait. Berdasarkan data sekunder yang disajikan oleh Pen
gelola Puskesmas BLUD Kota Pekalongan, didapatkan deskripsi umum ba
hwa penggabungan Puskesmas (sistem holding), memiliki beberapa manfa
at diantaranya adalah : Memudahkan pengawasan dan pembinaan, mengat
asi kesenjangan pendapatan, memudahkan penyetaraan mutu pelayanan, m
emudahkan praktek efisiensi dan efektivitas anggaran dan sistem holding s
esuai dengan lokasi geografis dan sifat kebersamaan antar Puskesmas. Hal
lain yang menjadi pertimbangan diterapkannya penggabungan tata kelola
PPK-BLUD adanya pembentukan dua puskesmas baru yang belum memp
unyai kepesertaan anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga P
uskesmas tersebut tidak dapat beroperasi secara maksimal terkait dengan p
endapatan. Pola tata kelola Badan Layanan Umum Daerah ini diatur dalam
Peraturan Walikota Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pola Tata Kelola Bada
n Layanan Umum Daerah Kota Pekalongan. Prinsip gotong royong, subsid
i silang berdasarkan prioritas sebagai suatu keluarga besar menjadi pertim
bangan lain diterapkannya sistem holding Puskesmas Kota Pekalongan, se
hingga dalam pengelolaannya lebih efektif dan terkoordinir.

Menurut pendapat saya, keputusan Dinas Kesehatan Kota


Pekalongan dengan membentuk dua puskesmas baru sangat baik. Dua
puskesmas baru yang terbentuk akan menambah jumlah pusat pelayanan
kesehatan, sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih mudah
menjangkau puskesmas tersebut jika membutuhkan pelayanan kesehatan.
Pembentukan dua puskesmas baru tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kota Pekalongan.

Kemudian untuk masalah pengelolaan pada dua puskesmas baru


ini, pada jurnal disebutkan jika akan diterapkan sistem holding. Sistem
holding yaitu penggabungan. Saya kurang setuju dengan wacana pada
jurnal ini. Karena menurut saya, walaupun kondisi demografis dan
masalah kesehatan masyarakat yang hampir sama, dua puskesmas tetap
tidak bisa digabung. Karena tidak mungkin akan sama persis kebutuhan
pelayanan kesehatan antara desa satu dengan lainnya. Ada beberapa
bagian yang berbeda, sehingga dikhawatirkan ada puskesmas yang tidak
bisa memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya.

Masalah SDM untuk puskesmas yang baru, pada jurnal disebutkan


bahwa SDM masih sangat terbatas. Ada beberapa tanggung jawab yang
dibebankan pada satu orang, sehingga diharapkan dengan adanya sistem
holding ini dapat membantu dalam pemenuhan tugas. Menurut saya,
dengan adanya sistem holding ini, tidak akan membantu mengatasi
masalah tersebut. Jika satu puskesmas bekerja sama dengan puskesmas
lain dalam hal organisasi, dikhawatirkan akan terjadi kurangnya
koordinasi karena terlalu banyak orang yang terlibat. Jadi menurut saya,
dinas kesehatan harus melakukan penambahan SDM yang memadai,
sesuai dengan jabatan-jabatan yang akan diberikan. Tidak perlu
menggunakan sistem gotong royong seperti yang disampaikan pada jurnal.
Jadi yang saya maksud, pihak dinas kesehatan harus menambah jumlah
SDM untuk tiap puskesmas yang kekurangan pegawai, sehingga tidak
perlu satu pegawai bekerja dalam dua puskesmas.

Pada jurnal ini juga disebutkan, prinsip gotong royong dan subsidi
silang berdasarkan prioritas sebagai satu keluarga besar menjadi
pertimbangan lain diterapkannya sistem holding pada Puskesmas Kota
Pekalongan, sehingga dalam pengelolaannya lebih efektif dan terkoordinir.
Menurut saya, subsidi silang dan prinsip gotong royong tidak perlu
dilakukan. Karena saya yakin setiap puskesmas memiliki anggaran dana
dan cara pengelolaan dana masing-masing. Jika tujuannya untuk lebih
efektif dan terkoordinir, menurut saya hal ini akan menambah masalah
baru. Karena tiap puskesmas pasti memiliki cara berbeda untuk
pengelolaan dana masing-masing tergantung pada kebutuhan pelayanan
masyarakatnya. Tidak bisa disamaratakan. Misalnya di Desa X untuk
pasien penderita TBC lebih tinggi dari Desa Y. Kemudian dengan adanya
kebijakan holding ini, Desa X dan Desa Y mendapatkan obat TBC dengan
jumlah yang sama, padahal masyarakat Desa X banyak yang terkena TBC.
Kemudian Puskesmas Desa X harus menghubungi Puskesmas Desa Y
terlebih dahulu untuk meminta kekurangan obat yang dibutuhkan.
Menurut saya hal ini menjadi semakin tidak efektif. Seharusnya setiap
puskesmas ketika menerima anggaran dana, sudah melakukan pemilihan
hal-hal apa saja yang harus diprioritaskan untuk terpenuhi, jadi tidak perlu
menunggu subsidi silang dari puskesmas lain.

Hal lain yang menjadi pertimbangan diterapkannya penggabungan


tata kelola PPK-BLUD adanya pembentukan 2 (dua) Puskesmas baru yang
belum mempunyai kepesertaan anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JK
N) sehingga Puskesmas tersebut tidak dapat beroperasi secara maksimal te
rkait dengan pendapatan. Menurut saya, dua puskesmas baru tersebut
harus mengurus semua persyaratan untuk menjadi anggota JKN terlebih
dahulu. Karena hal ini berkaitan dengan tingkat pendapatan di puskesmas
tersebut. Jika pendapatan tidak maksimal, dikhawatirkan untuk
pemenuhan pelayanan kesehatan pun menjadi kurang maksimal. Selain itu,
puskesmas baru tersebut bisa mencontoh sistem pengelolaan keuangan
pada puskesmas yang sudah berdiri lama, sehingga puskesmas baru bisa
lebih mandiri untuk mengatur keuangan di puskesmasnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai