Anda di halaman 1dari 71

GANGGUAN KULIT DAN

DEKUBITUS

PEMBIMBING :
dr. Tony Setiabudhi, Sp.KJ.Ph.D

Oleh :
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
 Kulit organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia.
 Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serat
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
 Warna kulit berbada-beda, berwarna terang (fair skin),
pirang dan hitam, serta warna hitam kecoklatan pada
genitalia orang dewasa.
 Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis & tebalnya:
- Kulit yang elastis dan longgar : palpebra, bibir dan
preputium.
- Kulit yang tebal dan tegang : telapak kaki &tangan
- Kulit yang tipis : muka,
- Yang lembut : leher dan badan
- Yang berambut kasar terdapat pada kepala.
Amerika Serikat 660 dari 1000 orang
usia lanjut > 65

Masalah dermatosis

Bantuan medis

Lanjut usia kurang memperhatikan estetika


penampilan Perawatan kulit, rambut &
kuku tetap diperlukan
1. Lapisan Epidermis
 Stratum korneum (lapisan tanduk)
 Stratum lusidum
 Stratum granulosum ( lapisan keratohialin)
 Stratum spinosum (stratum Malphigi)
 Stratum basale
2. Lapisan Dermis
 Pars papilare
 Pars retikulare
3. Lapisan subkutis
1. Kelenjar kulit
a. Kelenjar keringat ( glandula sudorifera)
b. Kelenjar Palit ( glandula sebasea)
2. Kuku
3. Rambut
1. Fungsi proteksi
2. Fungsi absorpsi
3. Fungsi ekskresi
4. Fungsi persepsi
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi)
6. Fungsi pembentukan pigmen
7. Fungsi keratinisasi
8. Fungsi pembentukan vitamin D

  
GAMBARAN MORFOLOGIS DARI KULIT YANG MENUA
 Penuaan kulit tdd dua fenomena yaitu :
1. Proses penuaan secara alamiah (proses menua
intrinsik) : faktor keturunan, ras, hormonal,
penyakit sistemik, malnutrisi, psikis dan sistem
imun
2. Photoaging (proses menua ekstrinsik): lingkungan
(sinar matahari, suhu, kelembaban udara, arus
angin, CO2, lapisan ozon, berbagai polusi di
darat/laut/udara), kontak dengan bahan-bahan
kimia, stres, merokok, olahraga, diet, bahan kimia
dalam makanan, obat-obatan, pengobatan kulit
dengan sinar ultraviolet jangka panjang dan
radioterapi.
gejala umum kulit menua :
1) Kulit kering
2) Permukaan kulit menjadi kasar
3)Kulit kendor/menggelantung + kerutan-
kerutan dan garis-garis kulit lebih jelas
4) Gangguan pigmentasi pada kulit
GAMBARAN HISTOLOGIS DARI KULIT PADA USIA TUA

1. Perubahan-perubahan yang terjadi pada epidermis berupa :


- menipisnya dermo epidermal junction
- Perbedaan dalam besar dan bentuk dari sel-sel
- Jumlah melanosit & sel-sel langerhans yang berkurang
2. Perubahan-perubahan pada dermis antara lain:
- Atropi, berkurangnya fibroblas. Mast cells, pembuluh darah.
- memendeknya capillary loops, dan terjadinya pada ujung-ujung saraf.
3. Perubahan-perubahan pada appendiks berupa :
- Hilangnya pigmen rambut dan menipisnya rambut. Pada pria terjadi
penipisan rambut terutama kepala, sedangkan pada wanita dapat terjadi
sedangkan pada wanita timbulnya di rambut halus di daerah muka.
- Lempeng-lempeng kuku yang abnormal
- Berkurang ya fungsi kelenjar urap.
-berkurangnya kelenjar-kelenjar ekrin
  1. Kulit menua
a. Penurunan epidermal turn over rate antara 30-50% serta kecepatan
pergantian stratum korneum 2 kali lebih lama dibandingkan orang muda.
b. Menurunnya respon terhadap trauma
c. Mekanisme proteksi kulit menurun
d. Daya pembersihan terhadap bahan-bahan kimia yang terabropsi
perkutan menurun
e. Persepsi sensorik menurun
f. respon vaskuler menurun
g. Respon imun menurun
h. Penurunan produksi vitamin D
i. Produksi sebum menurun
j. Jumlah sel melanosit yang aktif serta kemampuan tanning berkurang
k. Menurunnya kemampuan termoregulasi
l. Produksi kelenjar keringat menurun
2. Rambut pada Lansia
a. Pertumbuhan menjadi lambat. Lebih halus dan
jumlahnya lebih sedikit
b. Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering
tumbuh lebih panjang
c. Rambut memutih
d. Rambut banyak yang rontok

3. Kuku pada Lansia


a. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kecepatan
pertumbuhan menurun 30-50% dari orang dewasa.
b. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan rapuh
c. Warna kuku agak kekuningan
d. Kuku menjadi tebal dan keras
e. Garis-garis kuku longitudinal tampak lebih
III. Kelainan-kelainan kulit pada lansia
 Proliferasi jinak

1. Acrochordon (fibroma molle, skin tag).


- Tumor jinak kulit dijumpai dlm bentuk : papul
multipel lunak, filiformis, seperti kantong
solider, atau bertangkai. Berukuran 1-5 mm, dapat
> 1 cm, berwarna seperti kulit normal sampai
coklat muda.
- di daerah aksila, leher, muka/pelupuk mata, dada
bagian atas, tubuh dan ekstremitas.
- sering ditemukan pada orang tua yang agak
gemuk dan wanita lebih banyak daripada pria.
-Tidak pernah menjadi ganas, tetapi kadang-
kadang dirasakan mengganggu. Kalau timbulnya
banyak dan besar akan mengganggu kosmetik.
 Degenerasi maligna
1. Lentigo maligna
- Lentigo maligna perlu dibedakan dari lentigo senilis, pada
golongan kulit putih terdapat kecenderungan lebih banyak
timbulnya lentigo maligna.
- Usia penderita biasanya diatas 50 tahun.
- Merupakan kelainan kulit prakanker dengan gambaran klinis
berupa bercak hiperpigmentasi, berwarna coklat sampai hitam,
dengan pigmentasi tidak merata, permukaan kadang berbenjol,
batas tepi kabur, berukuran 2 cm sampai beberapa cm,
membesar secara lambat. Lebih kurang 5% dari lesi ini akan
berdegenerasi menjadi ganas.
- Biasanya terdapat pada daerah wajah-pipi dan hidung, leher,
ekstensor lengan bawah dan tungkai bawah dan tempat lain
yang terpajan sinar matahari.
- Lebih sering ditemukan pada wanita.
- Kelainan ini dapat berkembang menjadi melanoma maligna.
2. Karsinoma sel skuamosa
- Gambaran klinisnya berupa nodul soliter dengan dasar yang
meradang dan tepi tidak jelas.
- Kelainan ini akan berkembang menjadi ulsera yang dangkal
dikelilingi oleh batas yang tegas, meninggi dengan permukaan
yang tertutup skuama dan penonjol verukosa.
- Ulsera tidak dapat menyembuh, dapat timbul dari kulit yang
rusak oleh karena pajanan sinar matahari, keratosis aktinik, lesi
prakanker atau karsinoma intradermal.
3. Karsinoma sel basal
- Mempunyai sifat destruktif terhadap jaringan kulit setempat,
tetapi sel-sel kanker tidak masuk ke pembuluh darah atau limfe
dan tidak menyebar kebagian lain dari tubuh serta
pertumbuhannya lambat.
- Karsinoma ini berhubungan erat dengan pemaparan sinar
matahari.
- Bentuknya seperti benjolan kecil di daerah yang terpajan sinar
matahari (dahi, hidung, telinga, pipi), berwarna merah muda,
padat, permukaan licin, kadang-kadang disertai pelebaran
pembuluh darah yang kemudian terbentuk ulkus yang mudah
berdarah dengan tepi meninggi.
 Penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada lansia
1. Pruritus Senilis
- Pruritus senilis merupakan kelainan yang paling sering
terjadi pada lansia, teruatama pada lansia yang berusia lebih
dari 80 tahun.
- Kelainan ini sering timbul tanpa sebab-sebab yang jelas.
kekeringan udara, terlalu sering mandi dengan sabun, sering
berendam dalam air dan memakai baju dari bahan yang
kasar, semua ini dapat mencetuskan rasa gatal.
- Selain itu pada lansia nilai ambang rasa gatalnya juga
sudah rendah.
- Bila rasa gatalnya terus menerus dan sering digaruk akan
menimbulkan eksemitisasi dan memudahkan bahan-bahan
iritan serta kuman masuk dengan akibat timbulnya
peradangan an infeksi kulit.
2. Dermatitis statis – ulkus statis
- Sering ditemukan pada lansia, akibat ggn peradangan darah vena, terutama
tungkai bawah (daerah pergelangan kaki)
- Bila berlangsung kronis, maka kulit akan mengalami kekurangan oksigen dan
akan menimbulkan kerusakan kulit.
- di dahului timbulnya perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan,
kemudian coklat kehitaman (hiperpigmentasi),skuama, likenifikasi dan eksudat.
- Rasa gatal garukan yang berulang-ulang kerusakan kulit diikuti
peradangan, udem dan infeksi sekunder.
- Kadang terjadi luka ulkus yang kadang sukar sembuh, dan bila sembuh
mudah kambuh terutama setelah digaruk-garuk.
- Kulit sekitar ulkus udem berwana coklat kehitaman, kalau ditekan teraba keras
dan disertai rasa gatal.
- pengobatan inadekuat ulkus menjadi kronis, sering infeksi dan nyeri.
- Ulkus paling sering ditemukan pada tungkai bawah bagian distal sebelah
medial. Tepi ulkus seperti cawan terutama bila terkena infeksi.
- Bila eksudat dan debris sudah tidak apa maka akan tampak jaringan granulasi
pada dasar ulkus.
- Penyakit ini terjadi terutama disebabkan karena insufisiensi kronis vena-vena
bagian dalam (deep venous) dan jarang penyebab utamanya karena adanya
varises, dan penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk diturunkan
(herediter).
3. a. Dermatitis eksematosa
- Sering ditemukan pada lansia kebanyakan ringan dan mudah
diobati.
- Sering timbul dengan bertambahnya usia.
- Pada daerah kulit yang berminyak seperti muka, kepala, dada
bagian atas, dan mempunyai kecenderungan meluas ke seluruh
tubuh.
- Gambaran klinisnya berupa papul, eritem diikuti terbentuknya
skuama yang berminyak berwarna kekuningan.
- Bila mengenai kepala dikenal dengan nama ketombe, dan skuama
yang berminyak itu mudah lepas, dan biasanya berhubungan dengan
rambut yang berminyak, dikulit tepi batas rambut tampak
kemerahan.
- Kemungkinan ada hubungannya dengan keadaan
neurologik, karena dianggap ada hubungannya antara dermatitis
seboroik dengan retardasi mental dan penyakit Parkinson
b. Dermatitis kontak
a. Dermatitis kontak iritan maupun dermatitis kontak alergika
dapat menumpangi pada keadaan kulit kering dan eksema
asteatotika.
 Keadaan ini dapat mengenai semua bagian tubuh yang
terbuka yang mudah terkena bahan iritan, akan tetapi
tangan merupakan tempat yang paling sering, tetapi
bahan-bahan kimia lainnya seperti pelarut, pemutih dan
obat topikal seperti linimen yang kuat dapat menimbulkan
reaksi iritasi.
 Demikian pula trauma fisik seperti pada waktu berkebun,
berburu, memancing dan lainnya dapat sebagai penyebab.
c. Dermatitis kontak alergika
 Erupsi kulit biasanya kurang meradang dibandingkan penderita
muda, dan reaksi gatal lebih kurang akan tetapi berlangsung
lama.
 karena respon imun seluler menurun dgn bertambahnya usia.
 Sebagai penyebab terjadinya banyak sekali. Obat-obatan topikal
benzokain, tetrakain, neomisin, krim anti jamur,
antihistamin dan merkuri amoniata. Selain itu bahan kosmetik,
kontaktan berasal dari lingkungan kerja dan sekitar kita dan
tumbuh-tumbuhan dapat pula sebagai penyebab.
 Dermatitis kontak dapat mudah dikenali bila daerah yang terkena
diskrit dan mengenai daerah yang terbatas, misalnya kaki, tangan
atau pinggang.
 Membedakan dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergika sering sulit, Secara umum, dermatitis primer ditandai
oleh kering, fisur dan lesi skuama, sedangkan kontak alergika
lesi lebih eritematus, dengan papul dan vesikel.
 Pada lansia, karena menurunnya respon inflamasi menyebabkan
hal ini sulit dibedakan.
Dermatitis Alergi Dermatitis atopik
d. Liken simpleks kronis
- Kelainan ini ditandai oleh plaket yang menebal, gatal, lokasinya
terbatas dan perjalanan penyakit kronis.
- Paling sering ditemukan pada daerah pergelangan kaki, tetapi
dapat juaga timbul di bagian lain.
- Kelainan ini disebabkan oleh kebiasaan menggaruk dan
menggosok kulit.
- Paling sering ditemukan pada usia diatas 60 tahun.
- Biasanya lesi hanya satu dan daerah predileksinya pada wanita
di daerah oksipital dan leher belakang/tengkuk sedangkan pria
daerah perineum dan skrotum.
-Daerah lain sering terkena adalah pergelangan tangan dan
tungkai bawah.
- Faktor predisposisinya adalah atopi dan kulit xerotik dimana
kelainan ini berhubungan dengan gatal yang kemudian berlanjut
dengan siklus gatal-garuk.
4. Herpes zoster
- Dengan menurunnya imunitas atau adanya keganasan pada lansia
mungkin berpengaruh terhadap timbulnya herpes zoster.
- Penyakit ini merupakan reaktivasi dari virus penyebab varisela, akan
tetapi disini yang terkena ganglion saraf sensoris.
- Gambarannya : vesikel & bula yang berkelompok diatas kulit yang
eritematus, timbul secara segmental di kulit, sering didahului rasa nyeri
beberapa hari sebelum munculnya erupsi.
- Nyeri biasanya digambarkan sebagai rasa terbakar, tertusuk-tusuk,
tertikam yang dapat menetap atau hilang timbul.
- Vesikel dalam beberapa hari menjadi keruh, lesi ini kemudian
mengering, menjadi krusta dan akhirnya mengelupas dan bersih.
- Lesi-lesi ini bersifat destruktif dan tidak jarang disertai terjadinya
jaringan parut. Bila lesi timbul di dekat mata, perlu dikonsulkan ke
bagian mata.
- Beratnya penyakit bertambah sesuai dengan bertambahnya usia.
- Komplikasi yang paling sering dari herpes zoster ini adalah neuralgia
pasca herpetika.
5. Pemfigoid bulosa
- Penyakit ini juga dinamakan pemfigus pada lansia dan pemfigoid
senilis oleh karena kebanyakan muncul pada dekade 7 dan 8.
- 60% penderita mempunyai awitan penyakit > 60 tahun.
- ditandai oleh terbentuknya bula yang tegang, besar, tidak mudah
pecah dengan trauma yang ringan.
- Bula dapat timbul diatas kulit yang normal ataupun kulit eritematus.
Rupturnya bula menyebabkan erosi yang menyembuh secara lambat
dan terjadinya infeksi sekunder.
- Lokasi bula dapat berada di setiap tubuh, akan tetapi paling sering
ada didaerah lipatan-lipatan, tungkai bawah, paha, perut bagian
bawah dan daerah fleksor lengan bawah.
- Oleh karena pemfigoid dapat berhubungan dengan keganasan organ
dalam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan yang diteliti akan adanya
keganasan pada paru, payudara dan usus besar.
- Pengangkatan tumor akan menyebabkan sembuhnya pemfigoid.
6. Kelainan pada kaki dan kuku kaki
a. Hiperkeratosis
- Hiperkeratosis merupakan istilah umum, termasuk disini penebalan
kulit yang dicetuskan oleh karena penekanan seperti klavus atau
kalus, dan penebalan yang bukan disebabkan tekanan seperti
keratosis atau keratoderma.
a.1. Hiperkeratosis jari-jari kaki.
- Artritis yang disertai melebarnya sendi 2 interphalangeal mybbkan
hiperkeratosis pd kulit didaerah tsb (kalus)
- Dengan adanya trauma penekanan yang intermitten dan berlarut-
larut daerah sentral hiperkeratosis akan menjadi padat membentuk
inti berwarna keputihan dan keras disebut klavus.
a. 2. Hiperkeratosis plantaris
- Hiperkeratosis kulit dibawah tulang metatrsal bagian depan dapat
oleh banyak faktor termasuk adanya atrofi jaringan lemak daerah
plantar, latihan fisik dan ada atau tidaknya artritis.
- Massa hiperkeratotik yang besar dalam halus dibawah tulang
metatarsal sama keadaannya dengan klavus di jari-jari kaki.
b. Ulkus
- Beberapa macam ulkus dapat timbul pada lansia
diantaranya ulkus kecil pada jari kaki yang mengalami
hiperkeratosis oleh karena trauma dari luar, ulkus
neurotropik atau ulkus diabetikum dan ulkus mal
perforans.
c. Kelainan kuku kaki
- Lansia biasanya sering mengeluh tentang
ketidakmampuannya memotong kukunya yang tebal dan
keras. Masalah kecil ini dapat diperbesar dengan adanya
kondisi penglihatan yang kurang, anestesi dan
ketidakmampuan untuk membengkokan serta menjangkau
kaki.
- Kelainan-kelainan pada kuku kaki dapat berupa
onychauxiz, onychocryptosis, subungual heloma,
onycholysis, onychogryphosis dan onychophosis.
7. Ulkus kutan
- Ulkus dekubitus sebenarnya merupakan ulkus yang
disebabkan oleh posisi terlentang, tengkurap atau miring
yang terlalu lama.
- 70% penderita dengan ulkus dekubitus berusia 70 tahun
ketas.
- Faktor resiko untuk terjadinya selain ketuaan adalah
imobilisasi dan penyakit yang menimbulkan kelemahan.
Tonjolan-tonjolan tulang akan menerima tekanan yang
lebih besar sehubungan dengan tidak adanya lemak
sebagai bantalan.
- Ulkus dekubitus merupakan kelainan yang serius,
memerlukan perhatian khusus pada stadium dini yaitu
pada waktu baru terjadi eritem.   
8. Infeksi pada kulit
- Perubahan-perubahan pada kulit berhubungan
proses penuaan seperti penipisan epidermis dan
kekeringan akan menurunkan integritas kulit
berupa pertahanan mekanik (mechanical barriei)
terhadap infeksi bakteri dan jamur.
- Adanya penyakit-penyakit sistemik, ulkus
dekubitus, keganasan, diabetes melitus dan
kondisi-kondisi lain juga memudahkan
terjadinya infeksi kulit lansia dengan organisme
spektrum luas.
a. infeksi bakteri
 Infeksi bakterial primer pada kulit atau sekunder.
 Infeksi kulit primer berasal dari kulit yang tampak
normal, biasanya disebabkan organisme tunggal dan
mempunyai gambaran morfologik yang khas.
Sedangkan infeksi bakteri sekunder berkembang
dari bermacam-macam kelainan kulit yang sudah
ada sebelumnya seperti luka iris, luka bakar,
inflammatory dermatose, gigitan serangga, erupsi
obat dan penyakit virus atau jamur. D
 Dapat melibatkan beberapa organisme yang
berbeda, dan gambaran morfologik lesi bervariasi.
 Hal ini lebih banyak tergantung dari penyakit yang
mendasari daripada invasi bakterinya.
 Yang termasuk infeksi bakteri primer disini adalah
impetigo, eritrasma. Sedangkan yang lebih sering
mengalami infeksi bakteri sekunder adalah
dermatitis eksematoid infeksiosa dan intertrigo.
b. Infeksi jamur
 Infeksi jamur dapat disebabkan bermacam-macam
spesies dermatofit.
 Manifestasi klinisnya dapat berupa tinea korporis,
tinea kruris, tinea pedis dan onikomikosis.
 Selain oleh karena dermatofit, infeksi jamur dapat
pula disebabkan kandida. Infeksi kandida sering
mengenai daerah intertrigo misalnya lipat paha,
aksila, lipatan glutea, daerah bawah payudara.
 Kandidiasis intertriginosa lebih sering ditemukan
pada lansia yang mengalami kelemahan, selalu
tiduran atau febris, demikian juga diabetes.
9. Infestasi
 ada 2 bentuk host parasite relationship yaitu pertama
tungau hidup pada atau dibawah apendiks kulit dan
memperbanyak diri disana sebagai komensal,
menyebabkan kelainan tidak spesifik pada pejamu dan
kedua tungau merupakan ektoparasit yang menggigit,
menyengat atau kontak dengan kulit akan tetapi bukan
merupakan residen yang permanen pada kulit.
 Insiden infestasi parasit ini paling tinggi pada usia antara
15 – 44 tahun, tetapi dapat juga timbul pada kelompok
umur lainnya, khusunya pada lansia di rumah sakit,
pantiwerda, atau institusi lainnya dimana kontak
langsung secara kebetulan tak dapat dihindarkan
( misalnya bersalaman, tidur bersama) dan kontak
langsung melalui alat-alat yang dipergunakan di rumah
seperti selimut, pakaian, handuk dan seprei akan
menyebabkan menyebarnya parasit. 
a. Skabies
- Infestasi parasit pada kulit paling sering disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei, kira-kira 2-4% dari penderita yang berobat ke
spesialis kulit di Amerika Serikat. Sedangkan di negara sedang
berkembang prevalensinya 6-27% dari populasi umum.
- Gambaran klinis yang patognomonik yaitu dengan
ditemukannya terowongan, berupa garis yang kotor, pendek,
berkelok dan eritematus. Pada Skabies yang klasik, lesinya
hampir simetris dan mengenai pergelangan tangan, sela-sela jari
tangan, umbilikus, puting susu dan areola mamae, penis, paha
bagian atas dan glutea.
- Infeksi sekunder terjadi oleh karena garukan.
- Gatal terutama pada malam hari
- Lesi dapat berkembang menjadi eksema sekunder dan infeksi.
b. Pedikulosis
- Ada 2 spesies parasit ini pada manusia yaitu Phitirus pubis
yang menyebabkan pedikulosis pubis dan Pediculus
humanus yang menyebabkan pedikulus kapitis.
b.1. Pedikulosis pubis
- Gejalanya yaitu adanya iritasi yang terus-menerus,
selanjutnya berkembang menjadi eksema dan pioderma.
Makula berwarna abu-abu kebiruan (macula cerulaea)
tampak pada perut bagian bawah disebabkan perubahan
pigmen darah pada daera gigitan.
b.2. Pedikulosis kapitis
- Secara klinis gejalanya adalah rasa gatal dan gambarannya
berupa makula eritem dan urtika yang kecil, ekskoriasi,
hiperpigmentasi sekunder dan pioderma.
IV. DEKUBITUS pada lansia
 Pressure sores, disebut juga ulkus
dekubitus, bed sores atau pressure
ulcers tersebar sebanyak 3 - 8,5 % di
seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit.

 Ulkus dekubitus biasa terjadi pada:


 Orang-orang tua dengan tetraplegi
 Pasien -pasien orthopedic terutama yang
menderita fraktur panggul
 Sedangkan pasien-pasien ICU adalah orang-
orang yang paling berisiko terkena ulkus ini.
 Dekubitus adalah kerusakan / kematian
kulit sampai jaringan di bawah kulit yang
menembus otot sampai mengenai tulang
karena penekanan terus-menerus pada
suatu area sehingga timbul gangguan
sirkulasi darah setempat.

 Dekubitus biasa terjadi di atas tonjolan


tulang dan pada tempat-tempat yang tidak
cukup dilindungi lemak subkutan
 ±70 % penderita dekubitus biasanya terjadi
pada minggu I atau minggu II dalam
perawatan di Rumah Sakit.
 Dekubitus dapat dihindari dengan
tindakan pencegahan yang cukup dan
respon terapi yang baik pada pendahuluan.
 Pergantian posisi beberapa kali dalam 1
jam dapat mencegah terjadinya dekubitus
karena dengan pergantian posisi ini,
walaupun hanya bergeser, sudah cukup
untuk mengganti bagian tubuh yang kontak
dengan tempat tidur.
FAKTOR PREDISPOSISI DEKUBITUS

 Tekanan
 Peregangan dan lipatan kulit
 Gesekan kulit
 Beberapa faktor predisposisi.
Berdasarkan karakteristik pembagian klinis, menurut National
Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP), dekubitus terbagi atas
:

 Derajat 1. kulit yang kemerahan atau kulit yang berubah warna


menjadi lebih gelap.
Kulit belum rusak tapi meradang dan mungkin sakit serta panas
saat disentuh.
Didapati juga tekstur kulit yang mengeras seperti bunga karang
yang menetap.
Perbedaan warna dari kulit, panas dan edema, indurasi atau lecet
dan mengeras menjadi tanda - tanda awal dari dekubitus.
Derajat 2. Terlihat tanda-tanda pertama dimana
kulit mulai terpecah dan sebagian kulit yang
tipis menghilang mulai dari epidermis, dermis
atau keduanya. Ulcus masih superficial
memperlihatkan gambaran yang abrasi,
melepuh dan lubang yang dangkal dengan tepi
ulcus jelas. Jaringan sekitar mungkin berbatas
merah, membengkak serta terasa perih.
Derajat 3. Lapisan kulit hilang seluruhnya oleh
karena kerusakan yang meluas atau nekrosis dari
jaringan subkutan serta melebar ke bawah tetapi
tidak mencapai batas fascia (pembungkus otot).
Ulcus sekarang memiliki gambaran klinis
sebagai lubang atau kawah yang dalam dan
menggaung dengan atau tanpa merusak jaringan
yang berdekatan
 Pada orang yang duduk dikursi roda:
Ulkus dekubitus pertama terbentuk dari tekanan dan
berat badan seseorang menekan kulit dan
jaringan lain diantara tulang orang tersebut dengan
dasar yang keras.

 Lokasi tersering pada pasien yang berbaring:


samping atau belakang kepala, siku, punggung,
panggul, lutut, atau di mana pun bagian yang
bersentuhan dengan tempat tidur dengan jangka
waktu lama.
 D : Delirium, dementia, dependence.
 E : Elderly.
 K : Kontraktur.
 U : Urinary incontinence.
 B : Bowel incontinence.
 I : Immobility.
 T : Tension oxygen low.
 U : under nourishment.
 S : Spastic.
 1. Jaga keadaan kulit
 2. Hindari kulit dari luka
 3. Gizi yang baik
 4. Meningkatkan kondisi pasien agar dapat
berpindah tempat
 Sepsis merupakan komplikasi yang paling
sering
 Infeksi lokal, selulitis dan osteomielitis.
 Pyoarthrosis atau ulkus yang berpenetrasi ke
rongga sendi. Hal ini terjadi pada dekubitus
yang terinfeksi sangat dalam.
 Amyloidosis terjadi pada dekubitus kronik.
Hal ini juga menjadi sumber penularan
nosokomial di rumah sakit karena resistensi
dari antibiotik.
PREVENTIF( Terutama pada pasien- pasien dengan resiko
tinggi, dengan cara) :
 Menggunakan matras khusus
 Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
 Mencegah gesekan dengan cara pasien dibaringkan dalam
keadaan telentang atau setengah duduk, hindari posisi
membentuk sudut 300 .
 Menghindari gesekan dengan cara mengangkat dan bukan
menyeret pasien saat memindahkannya. Memindahkan
dapat menggunakan balok penyangga atau pasien dapat
memakai pelindung lutut dan tumit.
 Mencegah maserasi dengan cara menjaga kulit
tetap kering, seperti :
 Menggunakan pakaian dalam yang dapat
menyerap air / keringat dengan cepat pada
pasien-pasien yang menderita inkontinensia.
 Mengoleskan pelembab / lotion setelah mandi atau
setelah pasien buang air kecil.
 Menggunakan kasa pelindung pada kulit yang
sudah memerah dan diganti setiap 5-7 hari.
Umum:
Untuk semua derajat dekubitus, dilakukan :
 Menghindari gesekan, tekanan dan maserasi.
 Meningkatkan penyembuhan luka dengan pemberian nutrisi
yang baik, pemberian suplemen tinggi kalori dan protein
dengan diet TKTP maupun pemberian kalori intravena
(aminosteril).
 Meningkatkan respon terhadap pengobatan dengan
menyingkirkan infeksi sekunder atau penyakit lain seperti
diabetes mellitus.
 Skin graft (tandur alih kulit) pada insufisiensi vaskuler
Khusus
 menghilangkan tekanan
 ganti balutan yang tepat, merupakan terapi yang harus
dilakukan, pembalutan yang tepat tergantung dari
tingkat derajat dekubitus dan banyaknya eksudat /
nanah.
Derajat 1 :
 Menghilangkan tekanan.
 Observasi perkembangan pasien.
 Pembalutan dibutuhkan untuk melindungi kulit
dari gesekan.
 Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati
dengan air hangat dan sabun, diberi lotion
kemudian dimasase 2-3 x / hari.
Derajat 2 :
 Menghilangkan tekanan.
 Melindungi luka dari infeksi dan trauma, cuci
dengan NaCl dan balut.
 Daerah yang luka digesek dengan es dan
dihembus dengan udara hangat secara
bergantian untuk merangsang sirkulasi.
 Dapat diberikan salep topical untuk
merangsang tumbuhnya jaringan muda /
granulasi.
 Penggantian salep dan pembalut jangan terlalu
sering karena dapt merusak pertumbuhan
jaringan yang diharapkan.
Derajat 3 :
 Debridement.
 Balutan transparan dan jangan terlalu tebal
sehingga permeable untuk masuknya udara
dan penguapan.
 Kelembaban luka dijaga tetap basah untuk
mempermudah regenerasi sel-sel kulit.
 Luka yang kotor dapat dicuci dengan
larutan NaCl fisiologis.
 Antibiotik sistemik mengkin diperlukan.
Derajat 4 :
 Tetap melaksanakan langkah-langkah di
atas.
 Dapat memberikan beberapa preparat
enzim untukmengurangi perdarahan.
 Memberikan oksigenisasi pada daerah
luka, ultrasono untuk membuka sumbatan-
sumbatan pembuluh darah setempat
sebagai usaha mempercepat penyembuhan.
 Dapat dilakukan transplantasi
kulitsetempat (alih tandur kulit).
 Matrass khusus untuk menjaga
kelembaban mungkin dibutuhkan.
4. Pakaian
a. Gunakan pakaian katun yang lembut
b. Pakaian wool biasanya tidak dapat dipakai dan memperburuk
keadaan karena iritasi. Penderita lebih merasa enak dengan
memakai piyama tipis.
5. Lingkungan
a. Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan
jagalah kelembaban ruang tidur atau ruangan lain di rumah
dengan memasang hunidifier.
b. Perubahan temperatur secara tiba-tiba harus dihindarkan.
6. Memilih bentuk kosmetika sama seperti kulit kering yaitu :
a. Pembersih dengan bahan dasar minyak (cleansing cream, cold
cream), sabun lunak misalnya Oilatum dua kali seminggu.
2. Kebersihan tubuh dijaga
- Walaupun mandi setiap hari tidak diperlukan, menggosok daerah-daerah
tertentu seperti wajah, sela paha, ketiak dan lipatan-lipatad tubuh lainnya
perlu dibersihkan secara teratur dan dirawat.
- Lansia cenderung sensitif terhadap deodoran, maka hati-hati dalam
penggunaannya.
- gunakan sabun yang lunak untuk mencegah kekeringan kulit dan iritasi.
- Pada daerah kulit yang ada kelainan dilakukan pengusapan secara hati-
hati.
- Mandi sabun akan membersihkan kulit akan tetapi memberikan aktifitas
yang pasif bagi lansia, oleh karenanya mandi di kamar mandi diperlukan
sekali atau tiga kali seminggu untuk mengaktifkan lansia.
- Faktor-faktor keamanan secara umum dan keterbatasan fisik lansia harus
dipertimbangkan sebelum dilakukan mandi di kamar mandi.
- Mandi whirlpool dapat memperbaiki dan merangsang sirkulasi. - Mandi
air hangat akan menurunkan sirkulasi di otak, yang sering menyebabkan
pelupa/kebingungan.
3. Istirahat yang teratur
4. Olahraga yang teratur.
PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA
Perawatan rambut pada lansia dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut. :
1. Rambut dicuci dengan menggunakan shampo pada
umumnya setiap 3 hari sekali.
2. Rambut yang kering dan berketombe dapat dilakukan
perawatan dengan sampo yang mengandung bahan seperti seng,
selenium sulfid resorsin, asam salisilat dan sebagainya diikuti
pemberian conditioner rambut. Paling baik dipilih conditioner
ringan. Minyak rambut berguna untuk rambut kering.
3. Rambut dikeringkan dengan hair dryer agar lebih
cepat kering dan juga menghindari lansia kedinginan.
4. Uban dapat diatasi dengan pengecatan rambut secara
permanen dan mencuci rambut dengan pemberian warna rambut
temporer.
5. Kerontokan rambut dapat diatasi dengan bermacam obat-
obatan :
a. bahan-bahan untuk merangsang sirkulasi darah antara
lain :
1. Derivat-derivat asam nikotinat : asam nikotinat,
garam-garaman dan alkohol-alkoholnya, berfungsi sebagai
rubefasien, menstimulasi sirkulasi darah dan
mempermudah penetrasi senyawa-senyawa lain.
2. Iritan-iritan seperti capsium cantharides dan
camphor.
3. Minyak esensial atau ekstrak tanaman tertentu :
crucifera thyme, garlic, cinnamon, pala, dll.
b. Zat-zat makanan
Asam amino yang kaya akan sulfur serta derivat-
derivatnya metionin, sistein, sistin.
c.Vitamin-vitamin :
1. Kelompok vitamin B (B1, B2, B6 dan B12)
2. Faktor vitamin B (p-amino-benzoic, garam kalsium dari
Panthothenic acid, panthenol)
3. Vitamin A, E, H (biotin)
4. Ekstrak kaya vitamin misalnya kecambah gandum
5. Vitamin F (asam lemak esensial)
d. lain-lain :
1. Ekstrak plasenta, digunakan untuk memberikan nutrisi dan
metabolisme pada papil rambut
2. Sericine, diekstrakkan dari serat-serat sutera yang belum diolah,
memiliki daya tonik dan anti sebborhea.
3. Berbagai tonik lain, misalnya ginseng pilocarpine dan guinine.
4. Bahan-bahan penguat rambut misalnya senyawa-senyawa
dikarbonil
5. Bahan penghambat mikroflora.
PERAWATAN KUKU PADA LANSIA
1. Perawatan kuku dapat dilakukan dengan cara-cara antara lain:
a. Untuk mengurangi kerapuhan kuku yang disebabkan
menurunnya kandungan air, dapat diatasi dengan merendam
kuku dalam air selama 15 menit atau lebih akan menjadikan
kuku lebih lentur. Kemudian kuku diolesi krim atau direndam
minyak zaitun untuk melunakkan permukaan kuku dan juga
mencegah penguapan air. Baru-baru ini dilaporkan penggunaan
pelembab yang menggunakan pelembab yang mengandung
fosfolipid dapat lebih efektif.
b. Untuk menambah kekuatan kuku, dapat diberikan
pembungkus kuku dan cairan penguat kuku yang mengandung
serat-serat nilon.
c. Kuku dibersihkan dengan cara merendam tangan/kaki dalam
air hangat bersabun lebih kurang 10 menit, kemudian disikat
dengan sikat lunak dan keringkan secara hati-hati dengan
handuk.
d. Potong kuku-kuku jari sama panjang dan dikikir mengikuti
bentuk ujung jari (oval). Hati-hati jangan sampai membuat
trauma pada sudut-sudut kuku oleh karena dapat menyebabkan
infeksi. Kuku yang pendek lebih mudah merawatnya selain itu
juga untuk mencegah patahnya kuku.
2. Perawatan khusus untuk tangan dan kaki :
a. Gunakan sarung tangan untuk mengurangi
kontak dengan sabun cuci dan sabun mandi.
b. Kebersihan kaki dilakukan rutin setiap hari,
dalam hal ini kaki dicuci dan kemudian
dikeringkan serta ditaburi sedikit bedak agar
kaki tetap kering. Bersamaan itu dilakukan pula
pengamatan atas adanya kelainan.
 Pencegahan Penyakit Paru-Paru Pada
Lanjut Usia

Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan


dengan cara yang lazim.
Usaha pencegahan infeksi paru-paru/ saluran napas
Usaha mencegah timbulnya tuberkulosis paru
Usaha pencegahan timbulnya PPOK atau karsinoma paru
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai