Anda di halaman 1dari 6

1.

Faktur penjualan salah jumlah sebesar


Rp.2.000.000,00

Kesalahan ada pada pembuatan faktur penjualan.


 Pengendalian intern kunci: harus ada verifikasi

intern atas pembuatan faktur penjualan.


Tujuan audit: akurasi.
 Prosedur audit: periksa akurasi matematis yang ada

pada faktur penjualan, cocokkan data yang ada pada


faktur penjualan dengan data yang ada pada bukti
pengiriman barang dan daftar harga yang berlaku.
2. Penjualan yang material secara tidak sengaja
tercatat dua kali pada hari terakhir suatu tahun
buku. Penjualan tersebut sebenarnya telah dicatat
dua hari sebelumnya.
 Kesalahan ada pada pencatatan.
 Pengendalian intern kunci:
 Harus ada kode/tanda pada faktur yang telah dicatat

kedalam jurnal, sehingga tidak ada faktur yang


tercatat dua kali.
 Pisahkan faktur yang telah dicatat dan yang belum

dicatat.
 Harus ada verifikasi intern yang dilakukan oleh orang

yang independen atas pencatatan faktur kedalam


jurnal
 Tujuan audit: keterjadian.
 Prosedur audit: periksa pencatatan yang ada pada jurnal

dan cocokkan dengan faktur sebagai dokumen sumber


pencatatan kedalam jurnal.
3. Penerimaan piutang usaha dicuri oleh
pegawai bagian penerimaan pada saat dia
menerima pembayaran.
 Kesalahan pada saat penerimaan kas.
 Pengendalian intern: harus ada pencocokkan oleh

orang yang independen atas jumlah kas yang diterima


dengan daftar penerimaan kas yang sudah disiapkan
sebelumnya.
 Tujuan audit: kelengkapan.

 Prosedur audit:

 Periksa daftar penerimaan kas yang sudah


disiapkan sebelumnya dengan penerimaan kas
pada hari tersebut.
 Periksa bukti penerimaan kas, telusuri ke
pencatatannya di dalam jurnal.
4. Penerimaaan piutang usaha yang telah dimuat
dalam daftar penerimaan oleh kasir dicuri oleh
pemegang buku yang bertugas melakukan
pencatatan penerimaan kas dan piutang usaha.
Dia tidak membukukan transaksi tersebut.
 Kesalahan ada pada saat pencatatan.
 Pengendalian intern: harus ada verifikasi intern atas
pencatatan yang dilakukan oleh pemegang buku,
sehingga dapat dicocokkan antara daftar penerimaan
yang dibuat oleh kasir dengan pencatatan yang
dilakukan oleh pemegang buku/petugas pencatat.
 Tujuan audit: kelengkapan.
 Prosedur audit: periksa daftar penerimaan kas yang
dibuat oleh kasir dan telusuri ke pencatatan yang
dibuat oleh pemegang buku
5. Pengiriman barang kepada pelanggan tidak
ditagih karena hilangnya konosemen.
 Kesalahan ada pada penyimpanan dokumen/bukti
transaksi.
 Pengendalian intern: seharusnya konosemen segera
diberikan kepada petugas yang membuat faktur, dan
petugas yang membuat faktur segera membuat faktur
begitu menerima konosemen untuk menghindari
hilangnya bukti transaksi.
 Tujuan audit: kelengkapan.
 Prosedur audit: periksa mutasi yang ada pada kartu
gudang dan telusuri ke faktur penjualan untuk
menemukan adanya pengeluaran barang yang tidak
dibuat fakturnya sebagai akibat dari hilangnya
konosemen.
6. Barang telah dikirimkan kepada pelanggan, tetapi
konosemen tidak tidak disiapkan. Karena tagihan disiapkan
berdasarkan konosemen, maka pelanggan tersebut tidak
ditagih.
 Kesalahan pada saat pengiriman barang.

 Pengendalian intern:

 Konosemen harus dibuatkan sebelum melakukan


pengiriman barang.
 Harus ada petugas yang melakukan verifikasi intern

sebelum pengiriman barang dilakukan, sehingga tidak ada


pengiriman tanpa disertai konosemen.
 Tujuan audit: kelengkapan.
 Prosedur audit:
 Periksa order penjualan.

 Periksa mutasi yang ada pada kartu persediaan.

 Cocokkan pengiriman barang yang tercatat pada kartu

persediaan dengan konosemen untuk meyakinkan bahwa


semua pengiriman telah dibuat konosemennya.

Anda mungkin juga menyukai