OLEH :
IR. AMMAR ASOF, MT.
STT-PLN JAKARTA 1
PENDAHULUAN
Ketergantungan ummat manusia pada kesejahteraan yang
bersumber dari mekanisasi dan otomatisasi tinggi; bertambah
lama bertambah dalam. Diantaranya adalah ketergantungan pada
tenaga listrik yang sangat andal atau kereta api yang tepat waktu.
Pada gilirannya kita amat tergantung pada keandalan aset fisik.
Bila aset mengalami kegagalan (gangguan), bukan hanya
kesejahteraan yang terasa merosot; tetapi bahkan kelangsungan
hidup kita terancam (chernobyl, bhopal). Oleh karena itu proses
yang menyebabkan kerusakan dan apa yang harus dikerjakan
untuk mengelolanya dengan sangat cepat berubah menjadi
prioritas yang sangat tinggi adalah perawatan/pemeliharaan.
STT-PLN JAKARTA 2
KERUSAKAN / GANGGUAN INSTALASI
Menurut naskah kuliah manajemen perawatan olek Dr. Rachmat
Kertardjo Bachrum, dari jurusan Mesin ITB Bandung; kerusakan
gangguan dapat diakibatkan karena :
1. Kesalahan rancangan
2. Kesalahan pembuatan
3. Kesalahan pemasangan
4. Kurang teliti saat komissioning
5. Karena operasi dan perawatan
STT-PLN JAKARTA 3
Kesalahan
Rancangan
Kerusakan
Kesalahan
Komisioning Pemasangan
STT-PLN JAKARTA 4
KOMPONEN KRITIS
KOMPONEN KRITIS adalah Komponen yang bila terjadi
kegagalan operasinya dapat menyebabkan :
STT-PLN JAKARTA 5
KOMPONEN KRITIS PADA TURBIN UAP
Membutuhkan perhatian yang sangat teliti
Korosi
Kelelahan
Kepanasan
Pembebanan melebihi batas
Perubahan ukuran, keausan & kebocoran
STT-PLN JAKARTA 6
KOMPONEN KRITIS PADA BOILER
Berdinding Tipis :
Superheater
Reheater
Water wall
Berdinding Tebal :
Steam Drums
Headers
Karena fungsi, konstruksi dan cara pengoperasian dari kedua jenis komponen
tersebut, akan memiliki jenis kerusakan yang berbeda.
Unit berhenti
STT-PLN JAKARTA 8
PEMANTAUAN KONDISI BOILER
Unit berhenti
Melakukan pengujian tak merusak, terutama pada
komponen-komponen kritis
STT-PLN JAKARTA 9
PEMELIHARAAN (PERAWATAN)
STT-PLN JAKARTA 10
Perawatan
Reparasi Besar
Reparasi Kecil
Terencana
Perawatan Dengan
Lihat Rasakan
Membongkar dan Alat
Dengar
Tidak Beroperasi
Perawatan Pada
Saat Beroperasi
SKEMA DEFINISI PEMELIHARAAN
STT-PLN JAKARTA 11
JENIS-JENIS PEMELIHARAAN
• PREDICTIVE MAINTENANCE
• PREVENTIVE MAINTENANCE
• CORRECTIVE MAINTENANCE
• SPECIAL MAINTENANCE
• BREAKDOWN MAINTENANCE
STT-PLN JAKARTA 12
DEFINISI
0. PEMELIHARAAN
adalah semua usaha yang dilakukan terhadap suatu instalasi / peralatan agar
senantiasa dapat beroperasi dengan aman, handal, efesien, unjuk kerjanya baik serta
dapat mencapai umur yang direncanakan.
1. PREDICTIVE MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang ditentukan berdasarkan hasil analisa pemantauan kondisi
operasi (Condition Base Maint.) untuk mengetahui kelainan secara dini.
2. PREVENTIVE MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang ditentukan berdasarkan waktu / jam operasi (Time Base
Maintenance) sesuai Instruction Manual dari Pabrik.
3. CORRECTIVE MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang bersifat perbaikan akibat timbulnya kerusakan pada saat
beroperasi agar tidak terulang lagi.
4. SPECIAL MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang bersifat modifikasi dan rehabilitasi dari suatu instalasi agar
mendapatkan unjuk kerja yang lebih baik.
5. BREAKDOWN MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang dilakukan sebagai akibat timbulnya kerusakan suatu
peralatan, dimana kerusakan tersebut akibat pengoperasian secara terus menerus
karena suatu pertimbangan teknik dan eknomi.
STT-PLN JAKARTA 13
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN YANG BAIK
BERARTI :
STT-PLN JAKARTA 14
Kesalahan
Rancangan
Lingkungan Karakteristik
FAKTOR YANG
PERLU
DIPERHATIKAN Konstruksi
Biaya DALAM & Filsafat
PERAWATAN Perancangan
INSTALASI
Personel Bahan/Fluida
Kerja
Energi
STT-PLN JAKARTA 15
MANFAAT JENIS-JENIS PEMELIHARAAN
MUTU /
METODA KONSEP LINGKUP PEKERJAAN PRODUKSI BIAYA
KEANDALAN
STT-PLN JAKARTA 16
KEBIASAAN PEMELIHARAAN / OVERHAUL DI PLN
WAKTU
NO. ITEM PEKERJAAN OKTOBER NOPEMBER DESEMBER KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Shut Down (Seluruh Unit) Test Individu Sebelum Shut Down dicatat semua
2 Turbine Turning Gear 2 kondisi unit dan keadaan beroperasi.
3 Buka Padestal - Periksa Setelah itu distop untuk pendinginan
4 Buka Tutup Kondensor, Periksa ke Kotoran, Setiap pagi diadakan meeting
Kondisi Tube-tube, dibersihkan dipimpin oleh Koordinator
4' CWP + Intake
5 Pompa-pompa Pelumas, Compressor, Katup-katup
Utama Uap, Katup Extraction, dll.
6 Casing (Tutup) Turbin / Sd. Pengarah 6
7 Main Hole Boiler Buka, Periksa Deposit, Pipa-pipa 7
Superheater, Wall, Main Drug dan Furnace
8 Economizer, Airheater, FDF, BFP, Burner, Pompa,
Bahan Bakar, Stack
9 Tank Bahan Bakar, Pipa-pipa Bahan Bahar
10 Listrik dst
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Instrument dst
20
21
22
23
24
25
26
27 Perbekalan
STT-PLN JAKARTA 18
JADWAL PERAWATAN YANG TIDAK
EFISIEN & TIDAK EFEKTIF
WAKTU
NO. ITEM PEKERJAAN OKTOBER NOPEMBER DESEMBER KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Shut Down (Seluruh Unit) Test Individu Sebelum Shut Down dicatat semua
2 Turbine Turning Gear 2 kondisi unit dan keadaan beroperasi.
3 Buka Padestal - Periksa Setelah itu distop untuk pendinginan
4 Buka Tutup Kondensor, Periksa ke Kotoran, Setiap pagi diadakan meeting
Kondisi Tube-tube, dibersihkan dipimpin oleh Koordinator
4' CWP + Intake
5 Pompa-pompa Pelumas, Compressor, Katup-katup
Utama Uap, Katup Extraction, dll.
6 Casing (Tutup) Turbin / Sd. Pengarah 6
7 Main Hole Boiler Buka, Periksa Deposit, Pipa-pipa 7
Superheater, Wall, Main Drug dan Furnace
8 Economizer, Airheater, FDF, BFP, Burner, Pompa,
Bahan Bakar, Stack
9 Tank Bahan Bakar, Pipa-pipa Bahan Bahar
10 Listrik dst
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Instrument dst
20
21
22
23
24
25
26
27 Perbekalan
1 Shut Down (Seluruh Unit) Test Individu Sebelum Shut Down dicatat semua
2 Turbine Turning Gear 2 kondisi unit dan keadaan beroperasi.
3 Buka Padestal - Periksa Setelah itu distop untuk pendinginan
4 Buka Tutup Kondensor, Periksa ke Kotoran, Setiap pagi diadakan meeting
Kondisi Tube-tube, dibersihkan dipimpin oleh Koordinator
4' CWP + Intake
5 Pompa-pompa Pelumas, Compressor, Katup-katup
Utama Uap, Katup Extraction, dll.
6 Casing (Tutup) Turbin / Sd. Pengarah 6
7 Main Hole Boiler Buka, Periksa Deposit, Pipa-pipa 7
Superheater, Wall, Main Drug dan Furnace
8 Economizer, Airheater, FDF, BFP, Burner, Pompa,
Bahan Bakar, Stack
9 Tank Bahan Bakar, Pipa-pipa Bahan Bahar
10 Listrik dst
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Instrument dst
20
21
22
23
24
25
26
27 Perbekalan
STT-PLN JAKARTA 20
Logsheet I PT. PLN PEMBANGKITAN TENAGA UNIT :
LISTRIK JAWA BALI II TURBIN - LOKAL (I)
UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG TANGGAL :
LOGSHEET No. 06/1 (4&5)
SHIFT MALAM SHIFT PAGI SHIFT SIANG
ITEM SATUAN BATAS KETERANGAN
00.00 05.00 09.00 14.00 17.00 20.00
Turbin Utama - - - - - - -
Beban MW
Suhu Uap masuk Throttle Valve 'C
Tekanan Uap masuk Throttle Valve kg/cm2
Tekanan Uap pda Tingkat Pertama kg/cm2
Tekanan Uap pada Steam Chest kg/cm2
Suhu Uap Hot Reheat masuk IP Turbine 'C
Tekanan Uap Hot Reheat masuk IP Turbine kg/cm2
Tekanan Uap pada IP Turbine Inlet Bowl kg/cm2
Tekanan LP Turbine Exhaust mmHg
Suhu Uap LP Turbine Exhaust 'C
Sistem Supervisory Turbine - - - - - - -
Vibrasi Bantalan Tertinggi *) mm/det
Posisi Pembukaan Katup Governor %
Posisi Rotor mm
Pemuaian Turbine Cashing mm
Beda Pemuaian 'Rotor-Cashing' mm
Putaran Turbin rpm
Sistem Kontrol dan Minyak Pelumas - - - - - - -
Tekanan Minyak High Pressure Oil kg/cm2
Tekanan Minyak Kontrol Throttle Valve kg/cm2
Tekanan Minyak Kontrol Governor Valve kg/cm2
Tekanan Minyak Load Limit kg/cm2
Tekanan Minyak Autostop Oil kg/cm2
Tekanan Minyak Kontrol Main Governor kg/cm2
Tekanan Minyak Keluar Governor Impeler kg/cm2
Tekanan Minyak Auxiliary Governor kg/cm2
Tekanan Minyak Main Oil Po. Suction kg/cm2
Tekanan Minyak Main Oil Pump Discharge kg/cm2
Tekanan Thrust Bearing Wear Trip kg/cm2
Tekanan Minyak Pelumas Bantalan kg/cm2
Tekanan Minyak Emergency Trip rpm
Tekanan Minyak Protective Device Trip kg/cm2
Tekanan Minyak Initial Press Regulator kg/cm2
Tekanan Thrust Bearing Wear Trip kg/cm2
Suhu Pelumas keluar Thrust Bearing 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 1 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 2 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 3 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 4 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 5 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 6 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 7 'C
Suhu Pelumas Bantalan Exciter 'C
CATATAN :
*) Selain besarnya harga vibrasi diisi juga nomor bantalannya
STT-PLN JAKARTA 22
SEKILAS PERAWATAN DI PT PLN (PERSERO)
COST
STT-PLN JAKARTA 23
YEAR
EVALUASI
PEMELIHARAAN
DALAM SISTEM
STT-PLN JAKARTA 24
Keandalan operasi sistem sesungguhnya tidak semata-mata tergantung kepada
Cadangan Daya Tersedia dalam sistem tetapi juga kepada besar kecilnya
Forced Outage Hours per tahun dari unit-unit pembangkit yang beroperasi.
Keandalan operasi sistem akan makin tinggi apabila Daya Tersedia dalam
sistem makin terjamin.
Hal ini perlu dirumuskan secara lebih konkrit, dengan memandang butir a
sebagai ukuran kwantitatif dan butir b sebagai ukuran kwalitatif.
Seperti telah disebut diatas besarnya cadangan daya tersedia merupakan
ukuran kwantitatif tingkat jaminan penyediaan tenaga listrik dalam sistem.
Secara kwalitatif hal ini perlu ditelaah lebih mendalam karena kwalitas unit
pembangkit yang menyediakan cadangan daya tersedia ini, yaitu apakah unit
pembangkitnya sering mengalami gangguan atau tidak, merupakan faktor utama
dalam menentukan kwalitas cadangan daya tersedia.
STT-PLN JAKARTA 25
Ukuran sering tidaknya pembangkit mengalami gangguan dinyatakan dengan
Forced Outage Rate (F.O.R) yaitu :
Dengan demikian maka besarnya cadangan daya tersedia yang bisa diandalkan
tergantung juga kepada F.O.R dari unit-unit pembangkit jadi juga tingkat jaminan
operasi sistem tergantung kepada F.O.R unit-unit pembangkit.
Makin kecil F.O.R nya makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya makin
besar F.O.R nya makin kecil jaminan yang didapat.
Apabila sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa Pusat Listrik jadi juga terdiri
dari beberapa unit pembangkit maka tingkat jaminan tersedianya daya dalam
sistem tergantung kepada komposisi unit-unit pembangkit yang ada dalam
sistem, tergantung kepada F.O.R dari unit-unit pembangkit yang ada dalam
sistem.
STT-PLN JAKARTA 26
Kendala-kendala Operasi pada PLTU
PLTU dalam sistem yang relatif besar pada umumnya merupakan Pusat Listrik
yang dominan baik secara teknis operasional maupun ditinjau dari segi biaya
operasi.
Dari segi operasional PLTU paling banyak kendalanya khususnya dalam kondisi
dinamis. Hal ini disebabkan banyaknya komponen dalam PLTU yang harus
diatur.
Kendala Operasi yang terdapat pada PLTU adalah :
a. Starting time (waktu yang diperlukan untuk men-start) yang relatif lama,
bisa mencapai 6 sampai 8 jam apabila start dilakukan dalam keadaan
dingin.
b. Perubahan daya per satuan waktu ( MW per menit) yang terbatas, kira-
kira 5% per menit.
Hal ini disebabkan karena proses start maupun perubahan daya dalam PLTU
menyangkut pula berbagai perubahan suhu yang selanjutnya menyebabkan
pemuaian atau pengkerutan.
STT-PLN JAKARTA 27
Pemuaian-pemuaian atau pengkerutan-pengkerutan sedapat mungkin harus
berlangsung merata dan tidak terlalu cepat untuk menghindarkan tegangan
mekanis maupun pergeseran antara bagian-bagian yang berputar dan bagian-
bagian yang statis misalnya antara rotor dan stator.
Untuk meratakan suhu terutama pada PLTU-PLTU yang besar misalnya pada
unit
PLTU yang mempunyai turbin uap yang menggunakan sistem reheat diperlukan
waktu yang relatif lama, oleh karenanya maka timbul kendala-kendala seperti
tersebut diatas.
Jika kita perhatikan gambarnya maka tampak bahwa PLTU terdapat :
A. Sirkit bahan bakar
B. Sirkit udara untuk pembakaran
C. Sirkit air bersih dan uap
D. Sirkit air pendingin
STT-PLN JAKARTA 28
Faktor Beban
Faktor Beban bisa mencakup Faktor Beban Harian, Mingguan, Bulanan atau
Tahunan.
Apabila yang dimaksud adalah Faktor Beban Harian, maka Beban Rata-rata
tersebut adalah produksi KWH dalam satu hari (24 jam) dibagi 24 jam.
Sedangkan Beban Puncak adalah beban tertinggi yang terjadi dalam 24 jam.
Faktor Beban menggambarkan karateristik beban sistem, makin besar Faktor
Beban sistem, makin efesien pemanfaatan instalasi sistem.
Sebaliknya makin kecil Faktor Beban, makin tidak efesien pembebanan instalasi
sistem, karena instalasi harus dibangun agar mampu melayani beban puncak,
tetapi pembebanannya kebanyakan lebih rendah dari pada Beban Puncak.
STT-PLN JAKARTA 29
Faktor Kesediaan
Daya tersedia
Faktor Kesediaan didefinisi kan
Daya terpasang
STT-PLN JAKARTA 30
Faktor Penggunaan
Beban puncak
Faktor Penggunaan didefinisi kan
Daya terpasang
Faktor Penggunaan menggambarkan sampai berapa jauh kemampuan yang
terpasang (daya terpasang) dalam instalasi dimanfaatkan dari segi pembebanan.
Apabila Faktor Penggunaan telah mencapai nilai yang tinggi maka perlu ada
langkah-langkah pengembangan instalasi agar instalasi tidak mengalami beban
lebih (over loaded).
Sebaliknya Faktor Penggunaan yang rendah juga harus dihindarkan karena hal
yang demikian merupakan pemborosan modal.
Capacity Factor
Capacity Factor yang bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai
Faktor Kapasitas didefinisikan bagi unit pembangkit =
Produksi KWH dalam satu tahun
Daya terpasang dalam KW x 8760 jam
Capacity Factor yang rendah dari unit pembangkit bisa disebabkan karena unit
tersebut sering tidak siap operasi, tetapi bisa juga karena tedak begitu diperlukan
dalam sistem, sehingga sering hanya menjadi unit cadangan walaupun dalam
keadaan siap operasi.
STT-PLN JAKARTA 31
Forced Outage Rate (F.O.R) = Angka Keluar Paksa
F.O.R menggambarkan andal tidaknya suatu peralatan, misalnya unit
pembangkit.
Besarnya F.O.R disebabkan oleh hal-hal yang serupa dengan rendahnya Faktor
Kesediaan sebagai yang diuraikan dalam Faktor Kesediaan.
Forced Outage Rate diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai Angka
Keluar Paksa.
STT-PLN JAKARTA 32
Analisa dan Evaluasi Hasil Operasi
Karena operasi sistem tenaga listrik menelan biaya yang tidak sedikit, maka hasil
operasi perlu dianalisa dan dievaluasi untuk selanjutnya menentukan langkah-
langkah perbaikan yang harus dilakukan.
Hasil-hasil operasi yang dilaporkan perlu dianalisa dan dievaluasi. Misalnya
laporan gangguan perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-sebab gangguan
agar bisa dilakukan langkah perbaikan untuk mengurangi jumlah gangguan. Hal
yang sama bisa juga dilakukan atas laporan mengenai angka-angka F.O.R dan
SFC. Semua laporan operasi perlu dianalisa kebenarannya, dipelajari angka-
angkanya apakah masuk akal atau tidak. Kemudian apabila secara statistik
terlihat adanya perubahan yang menyolok, maka perubahan ini harus dianalisa
sebab-sebabnya.
Jika laporan-laporan hasil operasi telah dianalisa kebenarannya dan juga sebab-
sebabnya yang menyangkut perubahan-perubahan telah dianalisa seperti
tersebut diatas maka kemudian perlu dilakukan evaluasi atas hasil operasi.
Untuk dapat melakukan evaluasi hasil operasi, harus ada angka yang
menggambarkan hasil operasi, secara keseluruhan.
STT-PLN JAKARTA 33
Karena sasaran utama dari operasi sistem tenaga listrik adalah memproduksi
tenaga listrik yang semurah mungkin dengan memperhatikan mutu dan
keandalan, maka evaluasi hasil operasi harus didasarkan atas berapa biaya
operasi sistem secara keseluruhan dalam rupiah per KWH dengan
memperhatikan angka-angka gangguan serta laporan tegangan dalam sistem.
Tidaklah tepat apabila dicapai biaya operasi dalam rupiah per KWH yang rendah
tetapi mutu dan keandalan operasi juga rendah. Mutu dan keandalan operasi
digambarkan dengan angka-angka gangguan dan laporan mengenai tegangan
dalam sistem, khususnya yang tegangannya rendah. Harus selalu ada
keseimbangan antara biaya operasi dengan mutu dan keandalan.
Untuk dapat melakukan evaluasi seperti tersebut diatas, perlu dilakukan
penggabungan laporan-laporan operasi dengan laporan-laporan keuangan,
misalnya dengan laporan Laba-Rugi dan Neraca Perusahaan.
STT-PLN JAKARTA 34
PETUNJUK CARA PENGAWETAN / PEMELIHARAAN
PLTU YANG BERHENTI LAMA
1. UMUM
Tujuan pengawetan untuk PLTU-PLTU yang berhenti
lama, adalah untuk menjaga agar peralatan-
peralatannya tidak rusak baik karena korosi maupun
kerusakan lainnya.
2. Bagian-bagian peralatan yang perlu diawetkan /
presentative terutama adalah sebagai berikut :
STT-PLN JAKARTA 35
LIHAT MAKALAH
PENGAWETAN / PEMELIHARAAN
STT-PLN JAKARTA 36
SEKIAN
TERIMA KASIH
STT-PLN JAKARTA 37