Anda di halaman 1dari 11

AKAD AL - RAHN, AKAD JU’ALAH, CHARGE

CARD DAN SYARIAH CARD

Kelompok 12:

Gurfatil Amin
90400118057
Reski B
90400118068
Pengertian Rahn dan Landasan Hukumnya

1. Secara harfiah rahn adalah tetap, kekal, dan jaminan. Rahn merupakan perjanjian


penyerahan barang untuk menjadi agunan dan fasilitas pembiayaan yang diberikan.

2. Landasan hukum rahn dapat dijelaskna sebagai berikut:


a.QS. al-Baqarah: 283
b.Hadis
c.Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Gadai Islam (Rahn)
Rukun dan Syarat Rahn
1. Rukun rahn
a. Rahin (orang yang menggadaikan)
b. Murtahin (orang yang menerima gadai)
c. Marhun/rahn (objek/barang gadia)
d. Marhun bih (hutang)
e. Sighat (ijab kabul) 
2.  Syarat-syarat rahn
a.   Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b.  Objek yang digadaikan dapat dijual dan nilainya seimbang, harus bernilai dan dapat
dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik dan tidak terkait dengan
orang
lain (dalam hal kepemilikan).
Pengambilan Manfaat Barang Gadai

para ulama’ berbeda pendapat, diantara jumhur fuqaha dan


ahmad. Jumhur fuqoha berpendapat bahwa murtahin tidak boleh
mengambil suatu manfaat barang-barang gadaian tersebut, sekalipun
rahin mengizinkannya, karena hal ini termasuk kepada utang yang
terdapat menarik manfaat, sehingga bila dimanfaatkan termasuk riba.
Definisi dan Landasan Hukun Ju’alah

Secara terminologi bermakna komitmen untuk membayarkan upah dalam jumlah tertentu atas sebuah
pekerjaan tertentu atau umum. Sedangkan menurut Maliki bermakna ijarah atas manfaat yang zan
diperoleh. Sedangkan  menurut ulama Hambali ju`alah adalah sebutan bagi suatu upah yang dijanjikan
oleh pihak pertama atas pekerjaan mubah yang dilakukan walaupun perbuatan tersebut umum atau
pekerjaan yang membutuhkan waktu, walaupun waktu tersebut tidak dibatasi.

Landasan Hukum
Madzhab Maliki, Syaf’i dan Hanbali berpendapat, bahwa Ju’alah boleh dilakukan dengan alasan
firman Allah : “Penyeru-penyeru itu berkata : “kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin
terhadapnya” (Yusuf : 72)
Rukun dan Syarat Ju’alah

1.Rukun
a.  Ja’il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas pencapaian

hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan.


b.   Maj’ul lah adalah pihak yang melaksanakan Ju’alah.
c.   Sighat (ijab qabul)
d.    Objek
2. Syarat
a.  Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus baligh, berakal dan cerdas.
b.   Upah atau hadiah yang dijanjikan harus bernilai
c.   Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat
d.  Pekerja dapat menyelesaikan pekerjaan yang diminta
Pembatalan Ju’Alah 0 0 2

Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali memandang, bahwa Ju’alah


adalah perbuatan hukum yang bersifat suka rela. Dengan
demikian, pihak pertama yang menjanjikan upah atau hadiah,
dan pihak kedua yang melaksanakan pekerjaan dapat
melakukan pembatalan.Mengenai waktu pembatalan terjadi
perbedaan pendapat.

Madzhab Maliki berpendapat, bahwa Ju’alah hanya dapat


dibatalkan oleh pihak pertama sebelum pekerjaan dimulai oleh
pihak kedua. Madzhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat, bahwa
pembatalan itu dapat dilakukan oleh salah satu pihak setiap
waktu, selama pekerjaan itu belum selesai dilaiksanakan,
karena pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela.
Pengertian dan Landasan Hukum Syariah Charge Card

Syariah Charge Card atau Kartu kredit “bithaqah I’timan” biasa


disebut “bithaqah isti’man” artinya adalah memberikan hak kepada
orang lain atas hartanya dengan ikatan kepercayaan, sehingga orang
tersebut tidak bertanggung jawab kecuali bila ia melakukan
keteledoran atau pelanggaran.

Landasan Hukum
1.QS. al-Ma’idah [5]: 2
2.QS. al-Furqan [25]: 67
 3.QS. al-Isra’ [17]: 34
Ketentuan Operasional Syariah Charge Card

1.Ketentuan umum
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor :
54/DSN-MUI/X/2006
2.Ketentuan Hukum
Syari’ah Card dibolehkan, dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam fatwa Ketentuan Akad
3.Ketentuan dan batasan (dhawabith wal hudud)
Syariah Charge Card
4.Ketentuan Fee (Uang Administrasi)
5.Ketentuan Denda
Alternatif Mengatasi Keterlambatan Pembayaran

Ada sebagian alternatif untuk bunga-bunga riba dan denda-


denda keterlambatan pembayaran hutang, yaitu :
1.Memberikan kelonggaran kepada pihak yang berhutang,
kalau ia adalah orang miskin yang kesulitan
mengembalikan hutangnya.
2.Membatalkan keanggotaannya
3.Menarik kartu kreditnya kemudian mengadukan
persoalannya ke pengadilan, lalu melimpahkan kepadanya
semua biaya kemelut tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai