Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 31 Maret 1969
Umur : 50 tahun 3 bulan
Agama : Islam
MR : 841370
Tanggal masuk : 16 Juli 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak napas
Autoanamnesis :
Pasien masuk rumah sakit keluhan sesak napas sejak 2 minggu terakhir, memberat sejak 1 minggu
terakhir, sesak tidak dipengaruhi aktivitas fisik atau cuaca. Batuk ada 1 minggu terakhir, lendir sulit
dikeluarkan, hilang timbul. Nyeri dada tidak ada. Demam tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada.
Keringat malam tidak ada. Nafsu makan baik. Mual muntah tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada. Buang air
kecil lancar. Buang air besar biasa.
Riwayat menderita penyakit tuberculosis paru 25 tahun yang lalu. Riwayat terapi OAT ada 25
tahun yang lalu (tuntas). Riwayat kontak penderita TB tidak ada. Riwayat merokok tidak ada, riwayat
perokok pasif ada (± 15 tahun). Riwayat asma disangkal. Riwayat alergi tidak ada. Riwayat hipertensi
ada, baru diketahui saat masuk ke rumah sakit, terkontrol. Riwayat DM tidak ada. Riwayat penyakit jantung
dan pembuluh darah tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIS
STATUS PASIEN
• KU : Sakit sedang/ Gizi normal/ Compos mentis (GCS E4M6V5)
• BB : 50 kg
• TB : 155 cm
• IMT : 20,8
TANDA VITAL
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 61 kali per menit
• Pernapasan : 22 kali per menit, SpO2 : 96% dengan modalitas 4L/menit via nasal kanul
• Suhu : 36,7%
PEMERIKSAAN FISIS
Kepala Telinga
• Bentuk : Normocephal • Pendengaran : dalam batas normal
• Deformitas : Tidak ada • Nyeri tekan : (-)
• Rambut : Hitam, sukar dicabut Hidung
Mata • Perdarahan : (-)
• Eksoptalmus/ : (-) • Sekret : (-)
Enoptalmus
Mulut
• Gerakan : Dalam batas normal
• Bibir : Pucat (-), Kering (-)
• Kelopak mata : Edema(-)
• Gigi geligi : Caries (-)
• Konjungtiva : Pucat (-/-)
• Gusi : Perdarahan gusi (-)
• Sklera : Ikterik (-/-)
• Lidah : Kotor (-), tremor (-), hiperemis(-),
bercak putih(-)
PEMERIKSAAN FISIS
Leher Thorax
• Kelenjar getah : Tidak ada pembesaran • Inspeksi : Asimetris, tampak hemithorax kiri
bening tertinggal pada saat statis maupun dinamis,
• Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran tidak terlihat massa, tidak terlihat sikatrik,
tidak terlihat venektasis
• Trakea : Tidak ada deviasi
• Palpasi : vocal fremitus menurun pada hemithorax
• Pembuluh darah : Dalam batas normal sinistra, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba
• Kaku kuduk : Negatif massa, tidak ada krepitasi
• Tumor : Tidak ada • Perkusi : Redup pada hemithorax sinistra setinggi
ICS II
• Nodul : Tidak ada
• Auskultasi : Bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi dan
wheezing tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
Jantung
Abdomen
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Inspeksi : Datar, ikut gerak napas,
• Perkusi : Thrill tidak teraba • Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
• Palpasi : Batas atas jantung ICS II sinistra, • Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), Hepar
Batas kanan jantung ICS III linea tidak teraba, Lien tidak teraba
parasternalis dextra, Batas kiri
jantung ICS V linea
• Perkusi : Timpani, undulasi (-)
midclavicularis sinistra
• Lain-lain : Ascites (-)
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular,
bising tidak ada Extremitas : tidak ada Perdarahan (-), palmar eritem
(-), akral hangat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 8.46 x 103 4 - 10 x 103/uL
RBC 5.58 x 106 4 - 6x106/uL
HGB 16.2 12 - 16 g/dl
HCT 45.5 37 - 48 %
PLT 280 x 103 150 - 400 x 103/uL
DARAH RUTIN NEUT 58.1% 52.0 - 75,0
(12/7/2019)
LYMPH 31.6% 20,0 - 40,0
MONO 5.1% 2,00 - 8,00
EOS 2.0% 1,00 - 3,00
BASO 0.8% 0,00 - 0,10
GDS 91 <140
RADIOLOGI
Foto MSCT scan thorax dengan kontras: 18/7/2019 Tampak densitas cairan pada cavum pleura kiri
Tampak patchy opacities disertai garis-garis fibrosis Hepar, lien dan gaster yang terscan baik
pada lobus superior paru kanan Tulang-tulang intak
Tampak konsolidasi homogen pada lobus superior dan Kesan :
lobus inferior paru kiri yang meretraksi trachea dan
organ mediastinum ke arah kiri TB paru lama aktif
Main bronchus kanan baik Atelectasis paru sinistra
Tidak tampak pembesaran KGB paratrachea, parahilar Efusi pleura sinistra
dan peribronchial
Cor: ukuran dalam batas normal, aorta dan pembuluh
darah besar lainnya baik
ASSESSMENT
Rabu Sesak nafas ada dirasakan terus menerus, batuk ada, lender tidak Thorax - Suspek TB − Sputum BTA 3x - Oksigen 2-3 liter /
17/7/2019 ada I: asimetris, kiri tertinggal Paru Relaps (SPS) menit via nasal kanul
08.00 WITA P: vocal fremitus menurun - − Tes GeneXpert
Efusi Pleura - IVFD Nacl 0,9%
(IC LT 1) kiri ICS II MTB
Sinistri et − Bronkoskopi
20 tetes/ menit
P: redup pada ICS II causa Suspek - N. Acetyl sistein
A: Bronkovesikuler. − USG Thorax
Infeksi 200mg/8jam/oral
Ronki tidak ada, wheezing
tidak ada.
- Luluh Paru
Sinistra
WAKTU SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESSMENT PLANNING TERAPI
Kamis Sesak ada dan dirasakan terus menerus, batuk Thorax - Suspek TB Paru − Sputum BTA 3x - Oksigen 2-3 liter / menit
18/7/2019 ada, lender tidak ada I: asimetris, kiri tertinggal Relaps (SPS) via nasal kanul
07.00 WITA P: vocal fremitus menurun kiri - Efusi Pleura − Tes GeneXpert MTB
- IVFD Nacl 0,9% 20
(IC LT 1) ICS II Sinistri et causa − Bronkoskopi
Suspek Infeksi − USG Thorax tetes/ menit
P: redup pada ICS II - N. Acetyl sistein
- Luluh Paru Sinistra
A: Bronkovesikuler. Ronki tidak 200mg/8jam/oral
ada, wheezing tidak ada.
Jumat Sesak nafas berkurang, batuk ada, lender tidak Thorax - Suspek TB Paru − Sputum BTA 3x -- Oksigen 2-3 liter / menit
19/7/2019 ada, nafsu makan baik I: asimetris, kiri tertinggal Relaps (SPS) via nasal kanul
07.15 WITA P: vocal fremitus menurun kiri - Efusi Pleura − Tes GeneXpert MTB
- IVFD Nacl 0,9% 20
(IC LT 1) ICS II Sinistri et causa − Bronkoskopi
Suspek Infeksi − USG Thorax tetes/ menit
P: redup pada ICS II - N. Acetyl sistein
- Luluh Paru Sinistra
A: Bronkovesikuler. Ronki tidak 200mg/8jam/oral
ada, wheezing tidak ada. -Vit B kompleks
( Neurodex ) 1 tab / 24
jam/ oral
TUBERKULOSIS PARU
ATELEKTASIS PARU
Pulmonar Extrapulmonar
(di jaringan paru) (menyerang selain dari paru)
Hasil Pemeriksaan dahak Tipe Pasien
TB Klinis • Kasus baru
• Gejala klinis TB (+) • Kasus relaps
• Foto toraks (+) • Kasus drop out
• Sputum BTA (-) • Kasus gagal
• Kasus kronik
TB Bakteriologis • Kasus bekas TB
• Sputum BTA 3x (+)
• Biakan kultur (+)
• Gene expert (+)
DIAGNOSIS
Riwayat
Lokasi Pengobatan Status HIV
Paru Uji kepekaan obat HIV (+)
BTA (+)
BTA (-) HIV (-)
Belum Kasus baru TB MR
diperiksa Pernah diobati TB PR Status HIV
TB TB MDR tidak
Ekstra paru Relaps TB XDR diketahui
Tuntas TB RR
Putus berobat Belum di-
Gagal berobat lakukan
Kasus :
Riwayat terapi OAT ada 25
tahun yang lalu (tuntas)
GEJALA KLINIK
KASUS:
Sesak napas sejak 2 minggu terakhir, Demam tidak ada. Penurunan berat badan
memberat sejak 1 minggu terakhir, sesak tidak tidak ada. Keringat malam tidak ada. Nafsu
dipengaruhi aktivitas fisik atau cuaca. Batuk makan baik. Mual muntah tidak ada. Nyeri ulu
ada 1 minggu terakhir, lender dirasa sulit hati tidak ada. Buang air kecil lancar. Buang
dikeluarkan, hilang timbul. Nyeri dada tidak air besar biasa.
ada.
FAKTOR RISIKO
Thorax
• Inspeksi : Asimetris, tampak hemithorax kiri tertinggal
TB Paru (Tidak khas) pada saat statis maupun dinamis, tidak terlihat
massa, tidak terlihat sikatrik, tidak terlihat
• Amforik
venektasis
• Suara napas melemah
KASUS: • Palpasi : vocal fremitus menurun pada hemithorax
• Ronkhi basah sinistra, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa,
• Tanda penarikan paru, diafragma, tidak ada krepitasi
mediastinum
• Perkusi : Redup pada hemithorax sinistra setinggi ICS
II
• Auskultasi : Bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi dan
wheezing tidak ada
PEMERIKSAAN SPUTUM BTA
Bahan Pemeriksaan
Sputum
Cairan pleura (menolak)
Liquor cerebrospinalis
Bilasan bronkus
Bilasan lambung
SPUTUM BTA
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
2. Pagi (keesokan harinya )
3. Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Skala IUATLD
(International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease)
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi: foto top-lordotik, oblik, CT-scan.
Pirazinamid (Z) bakterisidal gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout artritis
Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
Berat Badan S RH (150/150) + E(400)
Definisi : Luluh paru adalah kerosakan total paru sekunder yang berulang atau infeksi paru kronis.
umumnya disebabkan Tuberkulosis. antara penyebab lainnya bronkietasis fase akhir dan gejala
pneumonia nekrotikans.
Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis
disebut luluh paru .
Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari
atelektasis,
ektasis/ multikaviti
fibrosis parenkim paru.
Paru-paru yang hancur tuberkulosis pada seorang pria berusia 49 tahun. (A) Rontgen dada menunjukkan penurunan volume yang
ditandai pada paru kiri dengan bronkus melebar. (B) CT scan dada menunjukkan dilatasi bronkus di dalam lobus kiri bawah yang
runtuh. CT: computed tomograpy.
Ravimohan S. et al, 2018. Tuberculosis Lung Damage: from epidemiology to pathophysiology. NCBI
Ravimohan S. et al, 2018. Tuberculosis Lung Damage: from epidemiology to pathophysiology. NCBI Journal
ATELEKTASIS
DEFINISI KLASIFIKASI
Atelektasis Paru ialah suatu kondisi di mana 1. Obstruksi
paru tidak mengembang akibat obstruksi jalan 2. Kompresi
nafas atau kompressi terhadap kantung alveoli
3. Fibrosis
4. Kekurangan surfaktan
ETIOLOGI
1. Obstruksi (corpus alieum, penimbunan mukus, keganasan paru)
2. Kompresi (efusi pleura, pembesaran kelenjar getah bening, tumor)
3. Defisiensi (neonatal respiratory distress syndrome, adult respiratory distress
syndrome)
PATOFISIOLOGI
Atelektasis obstruktif
Obstruksi pada bronkus, sirkulasi darah menyerap udara dalam alveoli perifer, terjadi retraksi pada paru-paru dan
berkurangnya udara di alveolus dalam beberapa jam. Pada tahap awal, darah mengalirkan udara dengan volume yang
rendah pada paru-paru, menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi serta hipoksemia
arteri.
Atelektasis Non-Obstruktif
Tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan
atelektasis pasif. Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan. Kerusakan parenkim paru
pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru
kolaps,
DIAGNOSIS
Efusi pleura merupakan manifestasi dari penyakit lain yang mendasari, predileksi
ras dan usia juga dapat terjadi tergantung pada penyakit dasar tersebut
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan eksudatif :
Transudatif meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah atau rendahnya kadar
protein dalam darah (non-inflamasi).
Eksudatif oleh peradangan, cedera pada paru-paru, tumor, dan penyumbatan
pembuluh darah atau pembuluh getah bening (inflamasi).
• Normal :
Rongga pleura berisi sedikit cairan (10-20 ml)
Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan
pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Jumlah cairan tersebut dipertahankan karena adanya keseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan pleura
Gambar :
Foto Toraks Efusi Pleura Dextra
Dinding Rongga pleura
Paru
toraks
Kapiler Kapiler
sistimik pulmonal
Tek negatif
intrapleura
Pleura Pleura
parietalis viseralis
Pleura Pleura
parietalis viseralis
Kapiler
Kapiler paru
sistimik
limfatik
limfatik Cairan
pleura
Jadi akumulasi cairan pleura bisa
terjadi karena :
Tekanan osmotik koloid menurun
(misal : hipoalbuminemia)
Meningkatnya / bertambahnya :
Permeabilitas kapiler ( mis : keradangan, neoplasma)
Tekanan hidrostatik (mis : gagal jantung)
GEJALA KLINIS