Anda di halaman 1dari 57

SUSPEK TB PARU RELAPS

Supervisor Pembimbing : dr. Sitti Nurisyah, Sp.P Residen


Pembimbing : dr. Muhammad Arif

Nor Syahirah Binti Mohamad Johari C014182177


Siti Nur Wahidah Binti Shuib C014182178
Nur Syuhadah Binti Ahmad Khairil Anwar C014182179
Fakhriyah Dwi Amirah Khalid C014182181
Iman Mariam Binti Masrom C014182182
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. M
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal lahir : 31 Maret 1969
 Umur : 50 tahun 3 bulan
 Agama : Islam
 MR : 841370
 Tanggal masuk : 16 Juli 2019
ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Sesak napas
 Autoanamnesis :
Pasien masuk rumah sakit keluhan sesak napas sejak 2 minggu terakhir, memberat sejak 1 minggu
terakhir, sesak tidak dipengaruhi aktivitas fisik atau cuaca. Batuk ada 1 minggu terakhir, lendir sulit
dikeluarkan, hilang timbul. Nyeri dada tidak ada. Demam tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada.
Keringat malam tidak ada. Nafsu makan baik. Mual muntah tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada. Buang air
kecil lancar. Buang air besar biasa.
Riwayat menderita penyakit tuberculosis paru 25 tahun yang lalu. Riwayat terapi OAT ada 25
tahun yang lalu (tuntas). Riwayat kontak penderita TB tidak ada. Riwayat merokok tidak ada, riwayat
perokok pasif ada (± 15 tahun). Riwayat asma disangkal. Riwayat alergi tidak ada. Riwayat hipertensi
ada, baru diketahui saat masuk ke rumah sakit, terkontrol. Riwayat DM tidak ada. Riwayat penyakit jantung
dan pembuluh darah tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIS

 STATUS PASIEN
• KU : Sakit sedang/ Gizi normal/ Compos mentis (GCS E4M6V5)
• BB : 50 kg
• TB : 155 cm
• IMT : 20,8
 TANDA VITAL
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 61 kali per menit
• Pernapasan : 22 kali per menit, SpO2 : 96% dengan modalitas 4L/menit via nasal kanul
• Suhu : 36,7%
PEMERIKSAAN FISIS

 Kepala  Telinga
• Bentuk : Normocephal • Pendengaran : dalam batas normal
• Deformitas : Tidak ada • Nyeri tekan : (-)
• Rambut : Hitam, sukar dicabut  Hidung
 Mata • Perdarahan : (-)
• Eksoptalmus/ : (-) • Sekret : (-)
Enoptalmus
 Mulut
• Gerakan : Dalam batas normal
• Bibir : Pucat (-), Kering (-)
• Kelopak mata : Edema(-)
• Gigi geligi : Caries (-)
• Konjungtiva : Pucat (-/-)
• Gusi : Perdarahan gusi (-)
• Sklera : Ikterik (-/-)
• Lidah : Kotor (-), tremor (-), hiperemis(-),
bercak putih(-)
PEMERIKSAAN FISIS

 Leher  Thorax
• Kelenjar getah : Tidak ada pembesaran • Inspeksi : Asimetris, tampak hemithorax kiri
bening tertinggal pada saat statis maupun dinamis,
• Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran tidak terlihat massa, tidak terlihat sikatrik,
tidak terlihat venektasis
• Trakea : Tidak ada deviasi
• Palpasi : vocal fremitus menurun pada hemithorax
• Pembuluh darah : Dalam batas normal sinistra, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba
• Kaku kuduk : Negatif massa, tidak ada krepitasi
• Tumor : Tidak ada • Perkusi : Redup pada hemithorax sinistra setinggi
ICS II
• Nodul : Tidak ada
• Auskultasi : Bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi dan
wheezing tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS

 Jantung
 Abdomen
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Inspeksi : Datar, ikut gerak napas,
• Perkusi : Thrill tidak teraba • Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
• Palpasi : Batas atas jantung ICS II sinistra, • Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), Hepar
Batas kanan jantung ICS III linea tidak teraba, Lien tidak teraba
parasternalis dextra, Batas kiri
jantung ICS V linea
• Perkusi : Timpani, undulasi (-)
midclavicularis sinistra
• Lain-lain : Ascites (-)
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular,
bising tidak ada  Extremitas : tidak ada Perdarahan (-), palmar eritem
(-), akral hangat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 8.46 x 103 4 - 10 x 103/uL
RBC 5.58 x 106 4 - 6x106/uL
HGB 16.2 12 - 16 g/dl
HCT 45.5 37 - 48 %
PLT 280 x 103 150 - 400 x 103/uL
DARAH RUTIN NEUT 58.1% 52.0 - 75,0
(12/7/2019)
LYMPH 31.6% 20,0 - 40,0
MONO 5.1% 2,00 - 8,00
EOS 2.0% 1,00 - 3,00
BASO 0.8% 0,00 - 0,10
GDS 91 <140
RADIOLOGI

Foto thorax AP (12/7/2019)


 Konsolidasi pada paru kiri disertai organ-organ
mediastinum shift ke kiri
 Cor dan aorta sulit dinilai
 Sinus dan diafragma kanan baik, sinus dan diafragma
kiri sulit dinilai
 Tulang-tulang intak
 Jaringan lunak sekitar baik
 Kesan:
 Atelektasis paru kiri
RADIOLOGI

Foto MSCT scan thorax dengan kontras: 18/7/2019  Tampak densitas cairan pada cavum pleura kiri
 Tampak patchy opacities disertai garis-garis fibrosis  Hepar, lien dan gaster yang terscan baik
pada lobus superior paru kanan  Tulang-tulang intak
 Tampak konsolidasi homogen pada lobus superior dan  Kesan :
lobus inferior paru kiri yang meretraksi trachea dan
organ mediastinum ke arah kiri  TB paru lama aktif
 Main bronchus kanan baik  Atelectasis paru sinistra
 Tidak tampak pembesaran KGB paratrachea, parahilar  Efusi pleura sinistra
dan peribronchial
 Cor: ukuran dalam batas normal, aorta dan pembuluh
darah besar lainnya baik
ASSESSMENT

 Suspek TB Paru Relaps


 Efusi Pleura Sinistri et causa Suspek Infeksi
 Luluh Paru Sinistra
PLANNING

 Sputum BTA 3x (SPS)


 Tes GeneXpert MTB
 Bronkoskopi
 USG Thorax
TATALAKSANA

 Oksigen 2-3 liter / menit via nasal kanul


 IVFD Nacl 0,9% 20 tetes/ menit
 N. Acetyl sistein 200mg/8jam/oral
TABLE ASSESSMENT
NO ASSESSMENT OBJEKTIF PLANNING TERAPI
1. Terduga TB paru relaps Inspeksi: Asimetris, tampak hemithorax kiri - Sputum BTA -Oksigen 2-3 liter /
S : sesak napas sejak 2 minggu terakhir, tertinggal pada saat statis maupun dinamis 3x (SPS) menit via nasal
memberat sejak 1 minggu terakhir, sesak Palpasi: Vocal fremitus menurun pada hemithorax - Tes GeneXpert kanul
tidak dipengaruhi aktivitas fisik atau sinistra. MTB -IVFD Nacl 0,9% 20
cuaca. Batuk ada 1 minggu Perkusi: Redup pada hemithorax sinistra setinggi tetes/ menit
terakhir,dahak sulit dikeluarkan, hilang ICS II - N acetylcystein
timbul. Riwayat menderita penyakit Auskultasi: Bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi 200mg/8jam/oral
tuberculosis paru 25 tahun yang lalu. dan wheezing tidak ada
Riwayat terapi OAT ada 25 tahun yang
lalu (tuntas). Riwayat perokok pasif ada CT scan (18/7/2019)
(± 15 tahun). - Tampak patchy opacities disertai garis-garis
fibrosis pada lobus superior paru kanan
Kesan :
- TB paru lama aktif
TABLE ASSESSMENT
NO ASSESSMENT OBJEKTIF PLANNING TERAPI
2. Efusi pleura sinistra et kausa suspek infeksi CT Scan (18/7/2019) : USG tThorax
S : sesak napas sejak 2 minggu terakhir, memberat - Tampak densitas cairan pada
sejak 1 minggu terakhir, sesak tidak dipengaruhi cavum pleura kiri
aktivitas fisik atau cuaca. Kesan :
- Efusi pleura sinistra
3. Luluh Paru Sinistra Foto Thorax AP (12/7/2019) : - Bronkoskopi -Oksigen 2-3 liter /
S : sesak napas sejak 2 minggu terakhir, memberat - Konsolidasi pada paru kiri disertai menit via nasal
sejak 1 minggu terakhir, sesak tidak dipengaruhi organ-organ mediastinum shift ke kanul
aktivitas fisik atau cuaca. Batuk ada 1 minggu kiri -IVFD Nacl 0,9% 20
terakhir,dahak sulit dikeluarkan, hilang timbul. Kesan : tetes/ menit
- Atelektasis paru sinistra - N acetylcystein
200mg/8jam/oral
CT Scan (18/7/2019) :
- Tampak konsolidasi homogen
pada lobus superior dan lobus
inferior paru kiri yang meretraksi
trachea dan organ mediastinum ke
arah kiri
Kesan :
- Atelektasis paru sinistra
FOLLOW UP
WAKTU SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESSMENT PLANNING TERAPI
Selasa Pasien masuk rumah sakit keluhan sesak napas sejak 2 minggu Thorax - Suspek TB − Sputum BTA - Oksigen 2-3 liter /
16/7/2019 terakhir, memberat sejak 1 minggu terakhir, sesak tidak I: asimetris, kiri tertinggal Paru Relaps 3x (SPS) menit via nasal kanul
19.00 WITA dipengaruhi aktivitas fisik atau cuaca. Batuk ada 1 minggu P: vocal fremitus menurun - Efusi Pleura − Tes GeneXpert - IVFD Nacl 0,9%
(IC LT 1) terakhir, tidak ada dahak, hilang timbul. Nyeri dada tidak ada. kiri ICS II Sinistri et MTB 20 tetes/ menit
Demam tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada. Keringat P: redup pada ICS II causa Suspek − Bronkoskopi - N. Acetyl sistein
malam tidak ada. Napsu makan baik. Mual muntah tidak ada. A: Bronkovesikuler. 200mg/8jam/oral
Infeksi − USG Thorax
Nyeri ulu hati tidak ada. Buang air kecil lancar. Buang air besar Ronki tidak ada, wheezing
biasa. tidak ada.
- Luluh Paru
Riwayat menderita penyakit tuberculosis paru 25 tahun yang Sinistra
lalu. Riwayat terapi OAT ada 25 tahun yang lalu (tuntas).
Riwayat kontak penderita TB tidak ada. Riwayat merokok tidak
ada, riwayat perokok pasif ada (± 15 tahun). Riwayat asma
disangkal. Riwayat alergi tidak ada. Riwayat hipertensi ada,
baru diketahui saat masuk ke rumah sakit, terkontrol. Riwayat
DM tidak ada. Riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah
tidak ada.

Rabu Sesak nafas ada dirasakan terus menerus, batuk ada, lender tidak Thorax - Suspek TB − Sputum BTA 3x - Oksigen 2-3 liter /
17/7/2019 ada I: asimetris, kiri tertinggal Paru Relaps (SPS) menit via nasal kanul
08.00 WITA P: vocal fremitus menurun - − Tes GeneXpert
Efusi Pleura - IVFD Nacl 0,9%
(IC LT 1) kiri ICS II MTB
Sinistri et − Bronkoskopi
20 tetes/ menit
P: redup pada ICS II causa Suspek - N. Acetyl sistein
A: Bronkovesikuler. − USG Thorax
Infeksi 200mg/8jam/oral
Ronki tidak ada, wheezing
tidak ada.
- Luluh Paru
Sinistra
WAKTU SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESSMENT PLANNING TERAPI
Kamis Sesak ada dan dirasakan terus menerus, batuk Thorax - Suspek TB Paru − Sputum BTA 3x - Oksigen 2-3 liter / menit
18/7/2019 ada, lender tidak ada I: asimetris, kiri tertinggal Relaps (SPS) via nasal kanul
07.00 WITA P: vocal fremitus menurun kiri - Efusi Pleura − Tes GeneXpert MTB
- IVFD Nacl 0,9% 20
(IC LT 1) ICS II Sinistri et causa − Bronkoskopi
Suspek Infeksi − USG Thorax tetes/ menit
P: redup pada ICS II - N. Acetyl sistein
- Luluh Paru Sinistra
A: Bronkovesikuler. Ronki tidak 200mg/8jam/oral
ada, wheezing tidak ada.

Jumat Sesak nafas berkurang, batuk ada, lender tidak Thorax - Suspek TB Paru − Sputum BTA 3x -- Oksigen 2-3 liter / menit
19/7/2019 ada, nafsu makan baik I: asimetris, kiri tertinggal Relaps (SPS) via nasal kanul
07.15 WITA P: vocal fremitus menurun kiri - Efusi Pleura − Tes GeneXpert MTB
- IVFD Nacl 0,9% 20
(IC LT 1) ICS II Sinistri et causa − Bronkoskopi
Suspek Infeksi − USG Thorax tetes/ menit
P: redup pada ICS II - N. Acetyl sistein
- Luluh Paru Sinistra
A: Bronkovesikuler. Ronki tidak 200mg/8jam/oral
ada, wheezing tidak ada. -Vit B kompleks
( Neurodex ) 1 tab / 24
jam/ oral
 TUBERKULOSIS PARU
 ATELEKTASIS PARU

DISKUSI  EFUSI PLEURA


 FAKTOR RESIKO
TERJADINYA RELAPS
TUBERKULOSIS PARU
DEFINISI

 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberkulosis kompleks.
 Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberkulosa merupakan bakteri batang
aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar UV dengan ukuran 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
KLASIFIKASI

Pulmonar Extrapulmonar
(di jaringan paru) (menyerang selain dari paru)
Hasil Pemeriksaan dahak Tipe Pasien
TB Klinis • Kasus baru
• Gejala klinis TB (+) • Kasus relaps
• Foto toraks (+) • Kasus drop out
• Sputum BTA (-) • Kasus gagal
• Kasus kronik
TB Bakteriologis • Kasus bekas TB
• Sputum BTA 3x (+)
• Biakan kultur (+)
• Gene expert (+)
DIAGNOSIS

Riwayat
Lokasi Pengobatan Status HIV
 Paru Uji kepekaan obat  HIV (+)
 BTA (+)
 BTA (-)  HIV (-)
 Belum  Kasus baru  TB MR
diperiksa  Pernah diobati  TB PR  Status HIV
TB  TB MDR tidak
 Ekstra paru  Relaps  TB XDR diketahui
 Tuntas  TB RR
 Putus berobat  Belum di-
 Gagal berobat lakukan

Kasus :
Riwayat terapi OAT ada 25
tahun yang lalu (tuntas)
GEJALA KLINIK

Gejala Respiratorik Gejala Sistemik


Batuk ≥ 2 minggu Demam
Batuk darah (hemoptisis) Malaise
Sesak napas Keringat malam
Nyeri dada Berat badan menurun
Penurunan nafsu makan

KASUS:

Sesak napas sejak 2 minggu terakhir, Demam tidak ada. Penurunan berat badan
memberat sejak 1 minggu terakhir, sesak tidak tidak ada. Keringat malam tidak ada. Nafsu
dipengaruhi aktivitas fisik atau cuaca. Batuk makan baik. Mual muntah tidak ada. Nyeri ulu
ada 1 minggu terakhir, lender dirasa sulit hati tidak ada. Buang air kecil lancar. Buang
dikeluarkan, hilang timbul. Nyeri dada tidak air besar biasa.
ada.
FAKTOR RISIKO

Riwayat kontak penderita TB tidak ada.


 Riwayat kontak
Riwayat merokok tidak ada, riwayat
KASUS:
 Status Gizi
perokok pasif ada (± 15 tahun). Riwayat
 asma disangkal. Riwayat alergi tidak ada.
Usia

Riwayat hipertensi ada, baru diketahui saat
Faktor-faktor toksis
masuk ke rumah sakit, terkontrol. Riwayat
DM tidak ada. Riwayat penyakit jantung
dan pembuluh darah tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIS

Thorax
• Inspeksi : Asimetris, tampak hemithorax kiri tertinggal
TB Paru (Tidak khas) pada saat statis maupun dinamis, tidak terlihat
massa, tidak terlihat sikatrik, tidak terlihat
• Amforik
venektasis
• Suara napas melemah
KASUS: • Palpasi : vocal fremitus menurun pada hemithorax
• Ronkhi basah sinistra, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa,
• Tanda penarikan paru, diafragma, tidak ada krepitasi
mediastinum
• Perkusi : Redup pada hemithorax sinistra setinggi ICS
II
• Auskultasi : Bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi dan
wheezing tidak ada
PEMERIKSAAN SPUTUM BTA

Bahan Pemeriksaan
 Sputum
 Cairan pleura (menolak)
 Liquor cerebrospinalis
 Bilasan bronkus
 Bilasan lambung

SPUTUM BTA
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
2. Pagi (keesokan harinya )
3. Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Skala IUATLD
(International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease)

• Tidak ditemukan BTA dalam 100


lapang pandang : (-)
• 1-9 BTA dalam 100 lapang
pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan (scanty)
• 10-99 BTA dalam 100 lapang
pandang : (1+)
• 1-10 BTA dalam 1 lapang
pandang : (2+)
• >10 BTA dalam 1 lapang
pandang : (3+)

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


PEMERIKSAAN RADIOLOGI

 Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
 Pemeriksaan lain atas indikasi: foto top-lordotik, oblik, CT-scan.

CURIGA LESI AKTIF TB CURIGA LESI INAKTIF TB


 Bayangan berawan/ nodular di segmen  Fibrotik
apikal dan posterior lobus atas paru dan  Kalsifikasi
segmen superior lobus bawah.
 Kavitas, terutama lebih dari satu,  Kompleks ranke
dikelilingi oleh bayangan opak berawan  Penebalan Pleura
atau nodular.
 Bayangan bercak milier.
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau
bilateral (jarang) Lesi luas : lesi yang berukuran lebih dari
2 costa, lesi pada kedua hemithoraks.

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


ALUR
DIAGNOSIS
TB PARU
TATALAKSANA TUBERKULOSIS
OAT lini pertama
Dosis
Harian 3x/minggu
OAT
Dosis Maksimum Dosis Maksimum/ hari
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (35-40) -
Etambutol 15( 15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-18) 1000
Obat lini pertama
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hati, kejang

Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urine berwarna merah,


Rifampisin (R) bakterisidal gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak
napas, anemia hemolitik.

Pirazinamid (Z) bakterisidal gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout artritis

Nyeri ditampal suntukan, gangguan keseimbangan dan pendengaran,


Streptomisin (S) bakterisidal
renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, trombositopeni

Etambutol (E) bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer


Paduan pengobatan OAT-FDC

Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR)3


 Penderita baru TBC Paru BTA positif
 Penderita baru TBC Paru BTA negatif/Rontgen positif (ringan atau berat)
 Penderita TBC Ekstra Paru (ringan atau berat).
 Pemeriksaan dahak harus tetap dilakukan karena penting untuk evaluasi pelaksanaan program
penanggulangan tuberkulosis.
Kategori 2 : 2(HRZE)S /1(HRZE) / 5(HR)3E3
 penderita TBC BTA positif yang kambuh
 penderita TBC BTA positif yang gagal
 penderita TBC yang putus OAT (treatment after default)
4FDC (4-Fixed-Drugs Combination)
• Isoniazid 75mg
• Rifampicin 150mg
• Pirazinamid 400mg
• Ethambutol 275mg

2FDC (2-Fixed-Drugs Combination)


 Isoniazid 75mg
 Rifampicin 150mg
OAT Kategori 1

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat badan tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama
RHZE (150/75/400/275) 16 minggu RH (150/150)

30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT


38-54 kg 3 Tab 4 KDT 3 tab 2KDT
55-70 kg 4 Tab 4 KDT 4 tab 2KDT
≥71 kg 5 Tab 4 KDT 5 tab 2KDT
OAT Kategori 2

Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
Berat Badan S RH (150/150) + E(400)

Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu


2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
30-37 kg 2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol
3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
38-54 kg 3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol
4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
55-70 kg 4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tab Etambutol
5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
≥71 kg 5 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 5 tab Etambutol
KOMPLIKASI

Batuk darah Pneumotoraks Luluh Paru

Gagal Napas Gagal Jantung Efusi Pleura


 TUBERKULOSIS PARU
 LULUH PARU

DISKUSI  EFUSI PLEURA


 FAKTOR RESIKO
TERJADINYA RELAPS
TUBERKULOSIS PARU
DESTROYED LUNG (LULUH PARU)

 Definisi : Luluh paru adalah kerosakan total paru sekunder yang berulang atau infeksi paru kronis.
 umumnya disebabkan Tuberkulosis. antara penyebab lainnya bronkietasis fase akhir dan gejala
pneumonia nekrotikans.
 Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis
disebut luluh paru .
 Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari
 atelektasis,
 ektasis/ multikaviti
 fibrosis parenkim paru.
Paru-paru yang hancur tuberkulosis pada seorang pria berusia 49 tahun. (A) Rontgen dada menunjukkan penurunan volume yang
ditandai pada paru kiri dengan bronkus melebar. (B) CT scan dada menunjukkan dilatasi bronkus di dalam lobus kiri bawah yang
runtuh. CT: computed tomograpy.
Ravimohan S. et al, 2018. Tuberculosis Lung Damage: from epidemiology to pathophysiology. NCBI
Ravimohan S. et al, 2018. Tuberculosis Lung Damage: from epidemiology to pathophysiology. NCBI Journal
ATELEKTASIS
DEFINISI KLASIFIKASI
Atelektasis Paru ialah suatu kondisi di mana 1. Obstruksi
paru tidak mengembang akibat obstruksi jalan 2. Kompresi
nafas atau kompressi terhadap kantung alveoli
3. Fibrosis
4. Kekurangan surfaktan

ETIOLOGI
1. Obstruksi (corpus alieum, penimbunan mukus, keganasan paru)
2. Kompresi (efusi pleura, pembesaran kelenjar getah bening, tumor)
3. Defisiensi (neonatal respiratory distress syndrome, adult respiratory distress
syndrome)
PATOFISIOLOGI
 Atelektasis obstruktif
Obstruksi pada bronkus, sirkulasi darah menyerap udara dalam alveoli perifer, terjadi retraksi pada paru-paru dan
berkurangnya udara di alveolus dalam beberapa jam. Pada tahap awal, darah mengalirkan udara dengan volume yang
rendah pada paru-paru, menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi serta hipoksemia
arteri.

 Atelektasis Non-Obstruktif
Tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan
atelektasis pasif. Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan. Kerusakan parenkim paru
pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru
kolaps,
DIAGNOSIS

MANIFESTASI PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


KLINIS FISIS PENUNJANG
Atelektasis tidak menunjukkan  Bunyi redup hingga bisa juga  Foto polos thoraks
sebarang gejala klinis jika bagian paru bunyi yang minimal pada perkusi  Bronkoskopi
yang lesi adalah kecil dan minimal dinding toraks sisi yang
dan lesi luas atelektasis dapat mengalami kelainan.  CT scan
menunjukkan beberapa gejala klinis  Ultrasonografi
 Trakea dan jantung bisa deviasi ke
yaitu
arah lesi.
 sesak
 pernapasan dangkal, ataupun
 batuk.
 TUBERKULOSIS PARU
 ATELEKTASIS PARU
DISKUSI  EFUSI PLEURA
 FAKTOR RESIKO TERJADINYA
TUBERKULOSIS PARU RELAPS
DEFINISI

“Suatu keadaan di mana terdapatnya


cairan yang berlebih jumlahnya di
dalam cavum pleura, yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan reabsorbsi
(penyerapan) cairan pleura ataupun
adanya cairan di cavum pleura yang
volumenya melebihi normal.
ETIOLOGI

 Efusi pleura merupakan manifestasi dari penyakit lain yang mendasari, predileksi
ras dan usia juga dapat terjadi tergantung pada penyakit dasar tersebut
 Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan eksudatif :
 Transudatif  meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah atau rendahnya kadar
protein dalam darah (non-inflamasi).
 Eksudatif  oleh peradangan, cedera pada paru-paru, tumor, dan penyumbatan
pembuluh darah atau pembuluh getah bening (inflamasi).
• Normal :
 Rongga pleura berisi sedikit cairan (10-20 ml)
Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan
pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
 Jumlah cairan tersebut dipertahankan karena adanya keseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan pleura
Gambar :
Foto Toraks Efusi Pleura Dextra
Dinding Rongga pleura
Paru
toraks

Kapiler Kapiler
sistimik pulmonal

Tek koloid osmotik Tek koloid osmotik


(cm H2O) (cm H2O)

Tek negatif
intrapleura

Tek hidrostatik Tek hidrostatik


(cm H2O) (cm H2O)

Pleura Pleura
parietalis viseralis
Pleura Pleura
parietalis viseralis

Kapiler
Kapiler paru
sistimik

limfatik
limfatik Cairan
pleura
Jadi akumulasi cairan pleura bisa
terjadi karena :
 Tekanan osmotik koloid menurun
 (misal : hipoalbuminemia)

 Meningkatnya / bertambahnya :
 Permeabilitas kapiler ( mis : keradangan, neoplasma)
 Tekanan hidrostatik (mis : gagal jantung)
GEJALA KLINIS

DYSPNEU NYERI DADA BATUK


PEMERIKSAAN FISIS

Inspeksi • Ketinggalan gerak pada dada yang sakit

• Vokal fremitus menurun


Palpasi • Nyeri ketika ditekan

• Suara ketok redup pada sisi yang sakit


Perkusi pada bagian bawah (dullness sampai flat)

• Vesikular menurun atau hilang pada sisi


Auskultasi
yang sakit
 TUBERKULOSIS PARU
 LULUH PARU

DISKUSI  EFUSI PLEURA


 FAKTOR RESIKO
TERJADINYA RELAPS
TUBERKULOSIS PARU
FAKTOR RESIKO TUBERKULOSIS
PARU RELAPS
 Usia
 Jenis Kelamin
 Gambaran kavitas pada foto x-ray
 Penyakit lain yang memudahkan infeksi
 Ketidakpatuhan minum obat dan kesesuaian dosis
 Malnutrisi
 Pasien dengan hasil pemeriksaan sputum positif sebelum pengobatan dan pada akhir bulan ke-
2 masa pengobatan
 Konsumsi Alkohol
 Paparan ulang
 Merokok

Anda mungkin juga menyukai