Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT

KELOMPOK 7
Roynaldi Octa Hosea C014202212 Residen Pembimbing:
Kurniawan C014202050 dr. Julinda
Ramziah Binti Dahlan C014202033
Intan Suraya Binti Rozlisham C014202130 Supervisor Pembimbing:
Rifqi Ramdhani Dwi Pamungkas C014202060 dr. Bulkis Natsir, Sp. P(K)
CASE REPORT
Hospital Acquired
Pneumonia
IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : YR

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 12- 06 - 1949

Umur : 72 tahun

Nomor RM : 956498

Rumah Sakit : RS Wahidin Sudirohusodo

Tanggal masuk : 1 Desember 2021


ANAMNESIS
• Pasien masuk IGD (1/12/2021) dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 bulan lalu (November 2021), menjalar ke dua paha
terutama kaki kiri.
• Nyeri memberat saat menggerakkan badan dan berkurang saat minum obat anti nyeri.
• Riwayat jatuh terduduk 7 bulan lalu. Riwayat angkat berat ada.

• Pasien dikonsul ke Pulmo dari TS Neurologi dengan diagnosis pneumonia bilateral, efusi pleura dextra dan anemia pada tanggal
19/12/2021.
• Batuk ada sesekali disertai dahak berwarna putih. Riwayat batuk lama tidak ada. Batuk darah dan riwayat batuk darah tidak ada.
• Sesak ada, pertama kali dirasakan setelah 3 hari di IGD, muncul secara tiba-tiba, dirasakan membaik jika pasien baring ke sebelah kanan
dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas maupun cuaca.
• Nyeri dada tidak ada.
• Demam tidak ada. Riwayat demam ada setelah seminggu dirawat inap dan membaik dengan pemberian paracetamol drips.
• Keringat malam tanpa aktivitas tidak ada.
• Mual dan muntah tidak ada.
• Pasien mengeluhkan sering merasa lemas tanpa aktivitas.
• Penurunan berat badan tidak ada. Nafsu makan menurun.
• Buang air besar dan buang air kecil kesan normal.
• Terdapat keluar benjolan dari jalan lahir sejak 1 tahun lalu, perdarahan pervaginam tidak ada.
ANAMNESIS
RIWAYAT PENGOBATAN
- Riwayat pengobatan OAT 6 bulan tidak ada
- Riwayat vaksin covid-19 belum pernah
- Riwayat penggunaan antibiotik dalam 90 hari terakhir tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU


- Riwayat hipertensi ada, rutin konsumsi Amlodipine 5mg
- Riwayat diabetes melitus tidak ada
- Riwayat penyakit jantung dan ginjal tidak ada
- Riwayat keganasan tidak ada
- Riwayat Covid-19 sebelumnya tidak ada

RIWAYAT KELUARGA
- Riwayat suami pasien meninggal dengan penyakit paru pada tahun 1989

RIWAYAT KEHIDUPAN SOSIAL


- Riwayat kontak dengan pasien TB tidak ada
- Riwayat merokok dan konsumsi alcohol tidak ada
- Riwayat pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
PEMERIKSAAN FISIK
Deskripsi Umum Head To Toe
Sakit sedang / Obes / GCS E4M6V5 (compos mentis) • Kepala
BB: 65kg ; TB:150 cm ; LILA: 25 cm , IMT: 28.89 kg/m2 Bentuk : Normocephal Simetris
Muka : Simetris kiri dan kanan
Tanda Vital Deformitas : Tidak ada
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Rambut : Hitam, sulit dicabut
Nadi : 100 kali/menit, regular
Pernapasan : 28 kali/menit, • Mata
Saturasi : 98% dengan modalitas O2 Nasal Kanul Eksoptalmus/Enoptalmus: (-)
2L/menit Gerakan : Dalam batas normal
Suhu : 36.8℃ Kelopakmata: Edema palpebral (-/-)
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm

• Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Pendarahan : (-)
• Hidung
Perdarahan : (-)
Rhinorrea : (-)

• Mulut : Dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen
• Leher Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Kel. Getah bening : Tidak ada pembesaran Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor (-), tidak
Kaku kuduk : Negatif ada organomegali
Tumor : Tidak ada Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Nodul : Tidak ada Lain-lain : Ascites (-)

• Thoraks • Punggung
Inspeksi : Asimetris, Hemithorax kanan tertinggal Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
saat statis maupun dinamis. Sikatris tidak ada, Nyeri ketok : (-)
venetaksis tidak ada, massa tidak ada. Gerakan : Dalam batas normal
Palpasi : Taktil fremitus menurun pada Lain-lain : Tidak ada skoliosis
hemithoraks dextra, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa
Perkusi : Redup pada hemithoraks dextra setinggi • Extremitas
ICS 4-basal Edema (-) Akral hangat
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ada pada hemitoraks Palmar eritem (-) Clubbing finger (-)
dextra medial-basal, wheezing tidak ada, suara nafas Pergerakan: Menurun kaki kiri dan kanan
menurun pada hemithorax dextra Kekuatan: 4 kaki kiri dan kanan

• Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler • :Alat Kelamin: Terlihat massa (benjolan ukuran ±3cm
keluar dari introitus vagina)
• Anus dan Rektum: Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN 22/12/21 NILAI
24/12/21 31/12/2021
DARAH RUTIN (RSWS) NORMAL
LABORATORIUM (RSWS) (RSWS)
WBC 20.9 18.9 15.9 4.00 – 10.00 x 103 /uL
RBC 2.80 3.03 3.35 4.00 – 6.00 x 103 /uL
Hb 8.5 8.9 10.2 12 – 16 g/dL
HCT 27 28 31.6 37-48 %
MCV 97 94 94 80-97 fL KESAN:
MCH 30 29 30.3 26.5-33.5 pg Leukositosis
Anemia normositik normokrom
MCHC 31 31 32.2 31.5-35.0 gr/dl
Trombositosis
PLT 354 437 423 150 – 400 x 103 /uL
PCT 0.3 0.44 0.368 0.15-0.50 %
Neut 75.5 83.0 70.7 52.0 – 75.0 %
Lymph 15.2 10.2 20.1 20.0 – 40.0 %
Mono 7.1 6.6 6.4 2.0-8.0 %
Eos 1.2 0.0 1.8 1.0-3.0 %
Baso 1 0.2 1 0.0-1.5 %
PT 11.2 11.1 11.1 10 – 14
INR 1.08 1.07 -
APTT 29.9 26.8 28.6 22.0 – 30.0
PEMERIKSAAN 22/12/12 24/12/21 31/12/2021 Normal
KIMIA DARAH

GDS 96 116 - <140 mg/dl

Ureum 21 30 31 10 – 50 mg/dl

Laki (<1.30)
Kreatinin 0.30 0.38 0.37 Wanita (<1.1)
SGOT 29 15 19 <38 U/L

SGPT 19 12 12 <41 U/L

Albumin 2.5 2.3 2.5 3.5 – 5.0 gr/dl

Prokalsitonin 0.08 0.06 0.09 <0.05 ng/ml

Na 142 140 137 136 – 145

K 3.8 4.0 4.2 3.5 – 5.1

Cl 99 98 103 97– 111


KESAN Hipoalbuminemia Hipoalbuminemia Hipoalbuminemia
Peningkatan marker Peningkatan marker
inflamatori inflamatori
ANALISA 21/12/21 24/12/21 31/12/2021 Nilai
GAS DARAH Normal
pH 7.564 7.467 7.581 7.35-.7.45

SO2 96.4 97.8 99.7 95-98

PO2 83.8 101.6 177.5 80-100

ctO2 12.7 14.4 15.6 15.8-22.3

PCO2 46.5 69.3 41.2 35.0-45.0

ctCO2 43.9 52.7 40.4 23-27

HCO3 42.4 50.5 39.2 22-26

BE 20.1 26.6 17.1 -2 s/d +2

KESAN Alkalosis metabolik


terkompensasi
Alkalosis metabolik
terkompensasi
Alkalosis metabolik

sebagian sebagian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGI
Pemeriksaan Foto Thorax di RSWS (1/12/2021) Pemeriksaan Foto Thorax di RSWS (19/12/2021) Pemeriksaan Foto Thorax di RSWS (31/12/2021)

Kesan: Kesan: Kesan:


-Cardiomegaly disertai dilatation et -Cardiomegaly disertai edema pulmonum -Pneumonia dextra
atherosclerosis aortae -Pneumonia bilateral -Fibrotik pulmo dextra
-Pulmo normal -Dilatatio, elongatio et atherosclerosis aortae -Atelektasis pulmo dextra
-Efusi pleura dextra -Cardiomegaly disertai dilatation et
atherosclerosis aortae
-Efusi pleura dextra (dibandingkan foto tanggal
19/12/2021; kesan: perbaikan
ASSESSMENT

-Hospital Acquired Pneumonia late onset


-Efusi pleura dextra
-Hipertensi essensial
-Anemia normositik normokrom ec suspek penyakit kronik
-Hipoalbuminemia (2.5gr/dl)
-Low back pain with sciatica bilateral ec suspek HNP
-Prolaps uteri
PLANNING

-Pemeriksaan gram, kultur mikroorganisme dan sensitivitas antibiotik dari sampel sputum
-Pemeriksaan foto toraks kontrol
-USG Thoraks
-Torakosintesis
-Pemeriksaan analisa cairan pleura, pemeriksaan gram, kultur mikroorganisme dan sensitivitas
antibiotik dari sampel cairan pleura
-Pemeriksaan analisa darah tepi
-Koreksi hipoalbuminemia
-Rencana MRI Lumbosacral dari TS Neurologi
-Rencana konsul untuk kelayakan operasi prolaps uteri
TATALAKSANA
TS TATALAKSANA

PULMO -O2 2 liter/menit via nasal kanul


-IVFD NaCl 0,9% 20 tetes permenit
-Meropenem 1gr/8jam/intravena
-N-acetylsistein 1200mg/24jam/intravena

NEURO -Ketorolac 1 ampul/12 jam/intravena


-Omeprazole 1 ampul/12jam/intravena
-Gabapentin 300mg/24 jam/oral
-Mecobalamin 500mg/24 jam/intravena
-Amlodipine 5mg/24 jam/oral
-Vipalbumin 2 caps/8 jam/oral
-Diazepam 2mg/extra/oral

OBGYN -Terapi sesuai TS Pulmo , TS Neuro


Identitas Assesment Subjektif Objektif Planning Terapi

Ny. YR Hospital Acquired • Batuk ada sesekali disertai PEMERIKSAAN FISIK • Pemeriksaan gram, • Meropenem
956498 Pneumonia dahak berwarna putih. Tanda-tanda vital: kultur 1gr/8jam/intravena
Perempuan • Sesak ada, pertama kali • Pernapasan: 28 kali/menit, mikroorganisme
72 tahun dirasakan setelah 3 hari di • Saturasi : 98% dengan dan sensitivitas
IGD, muncul secara tiba-tiba modalitas O2 nasal kanul antibiotik dari
dan tidak dipengaruhi oleh 2L/menit sampel sputum
aktivitas maupun cuaca. • Pemeriksaan foto
• Riwayat demam ada setelah Thoraks toraks kontrol
seminggu dirawat inap dan • Inspeksi: Asimetris,
membaik dengan pemberian Hemithorax kanan tertinggal
paracetamol drips. saat statis maupun dinamis.
• Palpasi: Taktil fremitus
menurun pada hemithoraks
dextra,
• Perkusi: Redup pada
hemithoraks dextra setinggi
ICS 4-basal
• Auskultasi: ronkhi ada pada
hemitoraks dextra medial-
basal, suara nafas menurun
pada hemithorax dextra
Identitas Assesment Subjektif Objektif Planning Terapi

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Laboratorium (31/12/2021)
-WBC: 15.9 x 103 / Ul

• Radiologi
-Foto thoraks (31/12/2021)
Kesan:
-Pneumonia dextra
-Fibrotik pulmo dextra
Atelektasis pulmo dextra
-Cardiomegaly disertai dilatation
et
atherosclerosis aortae
-Efusi pleura dextra
(dibandingkan foto tanggal
19/12/2021; kesan: perbaikan
Identitas Assesment Subjektif Objektif Planning Terapi

Ny. YR Efusi pleura • Sesak ada, pertama PEMERIKSAAN FISIK • USG Thoraks • O2 2 liter/menit via
956498 dextra kali dirasakan setelah • Tanda-tanda vital: • Torakosintesis nasal kanul
Perempuan 3 hari di IGD, muncul Pernapasan: 28 kali/menit • Pemeriksaan
72 tahun secara tiba-tiba, Saturasi : 98% dengan modalitas O2 nasal kanul analisa cairan
dirasakan membaik 2L/menit pleura,
jika pasien baring ke pemeriksaan
sebelah kanan dan Thoraks gram, kultur
tidak dipengaruhi oleh • Inspeksi: Asimetris, Hemithorax kanan mikroorganisme
aktivitas maupun tertinggal saat statis maupun dinamis. dan sensitivitas
cuaca. • Palpasi: Taktil fremitus menurun pada antibiotik dari
• Batuk ada sesekali hemithoraks dextra, sampel cairan
disertai dahak • Perkusi: Redup pada hemithoraks dextra setinggi pleura
berwarna putih. ICS 4-basal
• Auskultasi: ronkhi ada pada hemitoraks dextra
medial-basal, suara nafas menurun pada
hemithorax dextra

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologi (31/12/2021)
-Foto thoraks:
Kesan:
-Pneumonia dextra
-Fibrotik pulmo dextra
Atelektasis pulmo dextra
-Cardiomegaly disertai dilatation et
atherosclerosis aortae
-Efusi pleura dextra (dibandingkan foto tanggal
19/12/2021; kesan: perbaikan
Identitas Assesment Subjektif Objektif Planning Terapi
Ny. YR Hipertensi essensial • Riwayat hipertensi ada, PEMERIKSAAN FISIK • Observasi tanda- • Amlodipine 5mg/24
956498 rutin konsumsi • Tanda-tanda vital: tanda vital jam/oral
Perempuan Amlodipine 5mg Tekanan darah: 130/80 mmHg
72 tahun

Anemia normositik • Pasien mengeluhkan PEMERIKSAAN FISIK • Pemeriksaan • Transfusi PRC 3 bag
normokrom sering merasa lemas • Konjungtiva: Pucat (+/+) analisa darah tepi
tanpa aktivitas. • Koreksi Hb
PEMERIKSAAN PENUNJANG (12-8.9)x65x3
• Laboratorium (31/12/2021) =604.5cc
-Hb: 10.2 gr/dl
-MCV: 94 fl
-MCH: 30.3 pg
-MCHC: 32.2 gr/dl

Hipoalbuminemia • Nafsu makan menurun PEMERIKSAAN PENUNJANG • Koreksi albumin: • Humanalbumin 25%/24
• Laboratorium (31/12/2021) (3.5-2.5)X65x0.8 jam/IV
-Albumin: 2.5 gr/dl =52
• Periksa albumin
post koreksi
Identitas Assesment Subjektif Objektif Planning Terapi
Ny. YR Low back pain with • Pasien masuk IGD PEMERIKSAAN FISIK • Rencana MRI • Infus ringer laktat 20
956498 sciatica bilateral ec (1/12/2021) dengan keluhan • Ekstremitas bawah Lumbosacral tetes permenit
Perempuan suspect HNP nyeri punggung bawah sejak -Pergerakan: Menurun • Ketorolac 1 ampul/12
72 tahun 1 bulan lalu (November (kiri dan kanan) jam/intravena
2021), menjalar ke dua paha -Kekuatan: 4(kiri dan • Omeprazole 1
terutama kaki kiri. kanan) ampul/12
• Nyeri memberat saat jam/intravena
menggerakkan badan dan • Gabapentin 300 mg/24
berkurang saat minum obat jam/oral
anti nyeri. • Mecobalamin 500mg/
• Riwayat jatuh terduduk 7 24 jam/oral
bulan lalu. • Diazepam
• Riwayat angkat berat ada. 2mg/extra/oral

Prolaps uteri • Terdapat keluar benjolan dari PEMERIKSAAN FISIK • Rencana operasi dari TS
jalan lahir sejak 1 tahun lalu, Inspeksi Obgyn
• Alat kelamin:
Terlihat massa (benjolan
ukuran ±3cm keluar dari
introitus vagina)
PEMBAHASAN
Hospital Acquired
Pneumonia
DEFINISI

Pneumonia nosokomial atau Hospital Acquired Pnemonia (HAP)


adalah HAP didefinisikan sebagai pneumonia yang didapat dirumah sakit
atau pneumonia yang tidak dalam masa inkubasi saat masuk RS dan terjadi
≥ 48 jam sesudah masuk RS.

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
EPIDEMIOLOGI

• Pada tahun 2015 kematian global akibat infeksi saluran napas bawah menurun
disbanding angka tahun 2000 yaitu 55,7 menjadi 43,4 kematian/100.000 penduduk.
• Pneumonia menjadi penyebab kematian utama pada anak usia kurang dari 5 tahun
• Insidens HAP yaitu 75 per 100.000 penduduk, dengan rerata fatalitasnya adalah
29,3%
• WHO memperkirakan terdapat sekitar 56,600 kematian/ tahun yang disebabkan
infeksi saluran napas bawah di Indonesia.
• Risiko kematian HAP lebih tinggi disbanding pneumonia komunitas di negara Asia
Tenggara dengan angka 25,5% di Malaysia, 11,3% di Indonesia, dan 9,1% di
philifina.

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
FAKTOR RISIKO

Faktor risiko pada kelompok usia lanjut, dewasa dengan penyakit penyerta
(Penyakit Jantung, Paru Kronik, Penyakit Hati Kronik, HIV, Imunosupresif)

Berbagai faktor yang meningkatkan risiko HAP :


• Faktor Penjamu (Pasien)
• Faktor Lingkungan (Rumah Sakit)
• Terapi yang diberikan selama perawatan

Pada kasus, pasien perempuan


berumur 72 tahun, disertai penyakit
penyerta; hipertensi dan sedang
dirawat inap di Lontara Sawit RSWS

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
ETIOLOGI

• HAP dapat disebabkan oleh bakteri aerob


• Penyebab Gram (-) sebesar 50-60%
• Patogen utama penyebab HAP adalah golongan Enterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae, E.coli,
Serratia marcescens, Enterobacter spp), Acinetobacter spp., dan Pseudomonas aeruginosa

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
KLASIFIKASI

Berdasarkan kuman penyebab :


Berdasarkan sumber infeksi : - Pneumonia Bakterial
- CAP
- Pneumonia atipikal
- HAP
- Pneumonia yang disebabkan karena virus
- VAP
- Pneumonia yang disebabkan karena
- Pneumonia Aspirasi
jamur/pathogen lainnya

Berdasarkan predileksi/tempat infeksi:


- Pneumonia lobaris
- Bronchopneumonia
- Pneumonia Intertitialis

PDPI, 2014. Pneumonia Komunitas. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.


PATOFISIOLOGI

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
DIAGNOSIS • Pada kasus, didapatkan konsolidasi
inhomogen dengan kesan Pneumonia
Menurut kriteria CDC-Atlanta diagnosis Pneumonia berdasarkan : pada pemeriksaan radiologi foto
toraks.
1. Foto Toraks : Terdapat Infiltrat baru atau progresif
• Pasien mempunyai riwayat demam
(Konsolidasi,kavitas,dan Pneumotocele terutama pada anak) setelah seminggu dirawat inap, dan
2. Ditambah 2 diantara kriteria berikut : batuk produktif setelah 3 hari di IGD
1.Suhu Tubuh >38 derajat celcius RSWS.
2.Sekret purulen • Pada pemeriksaan fisik toraks,
3.Ronki atau suara napas bronkial ditemukan ronkhi pada hemitoraks
dextra medial-basal.
4.Leukositosis(>12.000)/Leukopenia(<4000)
• Pada pemeriksaan laboratorium
5.Saturasi memburuk atau AGD terjadi penurunan nilai PO2 dan didapatkan leukositosis
atau PCO2 sehingga membutuhkan terapi oksigen atau ventilasi• Pasien mendapatkan terapi oksigen
mekanis via nasal kanul 2Lpm
Bila terjadi dalam ≥ 48 jam masa perawatan dan telah disingkirkan masa
inkubasi maka didefinisikan sebagai HAP.

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
• Pada kasus, pemeriksaan fisik toraks
inspeksi didapatkan asimetris dengan
Pemeriksaan Fisis hemithorax kanan tertinggal saat
statis dan dinamis, dan pada perkusi
Inspeksi : Asimetris, sisi hemitoraks yg sakit tertinggal
didapatkan redup setinggi
Palpasi :Fremitus raba/suara meningkat ICS 4-basal dan didengarkan ronkhi
pada auskultasi.
Perkusi : Redup
Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler – bronkial, suara bisik, krepitasi
Pemeriksaan Penunjang • Pada kasus, pemeriksaan darah rutin
didapatkan leukositosis dengan shift
Pewarnaan Gram dan biakan
to the left mengindikasikan adanya
Endotracheal aspiration 106 CFU/mL, BAL 104-105 CFU/mL,PSB 103CFU/mL infeksi akut terutama infeksi bakteria
• Pemeriksaan radiologi foto toraks
Pemeriksaan Darah perifer lengkap dan hitung jenis kontrol pada 19/12/2021 didapatkan
Foto Toraks konsolidasi inhomogen dengan kesan
Pneumonia dibandingkan dengan
USG Toraks atau CT Scan Toraks bila ada indikasi foto toraks pertama kali di IGD
dengan kesan pulmo normal pada
Pemeriksaan Biakan Darah
tanggal 1/12/2021
Analisis Gas Darah, Elektrolit, fungsi ginjal, dan fungsi hati untuk menentukan derajat • Analisa gas darah, didapatkan kesan
penyakit alkalosis metabolik

PDPI, 2014. Pneumonia Komunitas. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.


PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
TATALAKSANA
ANTIBIOTIK EMPIRIK
Tanpa resiko tinggi mortalitas dan tidak Tanpa resiko tinggi mortalitas tetapi memiliki faktor risiko Resiko Mortalitas atau Riwayat penggunaan
memiliki faktor resiko MRSA MRSA Antibiotik IV dalam 90 hari terakhir
Salah satu dibawah ini : Salah satu dibawah ini :
Sefepim 2g IV per 8 jam Pilih dua dari dibawah ini (hindari B-lactam)
Sefepim 2g IV per 8 jam Levofloksasin 750 mg IV per 24 jam Piperasilin-tazobactam 4.5 g IV per 6 jam

Levofloksasin 750 mg IV per 24 jam Imipenem 500 mg IV per 6 jam ATAU

Sefepim 2g IV per 8 jam


Imipenem 500 mg IV per 6 jam Siprofloksasin 400 mg IV per 8 jam
ATAU
Meropenem I g IV per 8 jam Meropenem I g IV per 8 jam
Levofloksasin 750 mg IV per 24 jam
Piperasilin-tazobactam 4.5 g IV per 6 jam
Piperasilin-tazobactam 4.5 g IV per 6 jam Siprofloksasin 400 mg IV per 8 jam
DITAMBAH Aztreonam 2 g IV per 8 jam
ATAU
DITAMBAH
Vankomisin 15 mg/kg IV per 8-12 jam dengan target 15-20 mg/ml
dengan kadar loading dose 25-30 mg/kg x 1 untuk penyakit berat Imipenem 500 mg IV per 6 jam
ATAU Vankomisin 15 mg/kg IV per 8-12 jam dengan target 15-20 mg/ml
Linezolid 600 mg IV per 12 jam dengan kadar loading dose 25-30 mg/kg x 1 untuk penyakit berat Meropenem I g IV per 8 jam
• Pada kasus: ATAU
ATAU
- pasien tidak memiliki resiko tinggi
Linezolid 600 mg IV per 12 jam
mortalitas; tidak memerlukan Amikasin 15-20 mg/kg IV per 24 jam
ventilasi mekanik dan
Gentamisin 5-7 mg/kg IV per 24 jam
- tidak memiliki faktor resiko
MRSA; tidak ada riwayat Tobramisin 5-7 mg
penggunaan antibiotik
- Pasien mendapatkan terapi ATAU
Meropenem 1gr/8jam/IV AZtreonam

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
TATALAKSANA
Terapi Antibiotik untuk HAP/VAP yang disebabkan P.aeruginosa
kombinasi atau monoterapi :
Monoterapi : Tanpa syok sepsis, tanpa resiko tinggi kematian,
diketahui hasil sensitifitas antibiotiknya
Kombinasi : Syok sepsis, Resiko kematian tinggi(>25%), Hasil
Sensifitas diketahui

Terapi HAP/VAP yang disebabkan pathogen panresisten


Polimiksin+Karbapenem 2.5 mg/kg IV selama 2 jam dilanjutkan 12
jam kemudian dengan dosis 1.5 mg/kg

PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
PROGNOSIS
• Mortalitas HAP sebesar 27.7%. Faktor yang berhubungan dengan mortalitas yaitu :
1.≥ 2 penyakit berat yang mendasari
2.Riwayat penggunaan antibiotik
3.Riwayat rawat inap di RS
4.Status fungsional buruk
5.Status Imunosupresi
6.Fungsi Kardiopulmoner yang sudah ada sebelumnya
7.Pengobatan Empiris yang tidak memadai
8.Penggunaan Ventilator mekanik
9.Kondisi berat(syok septik)
• Peningkatan laju kematian berkaitan dengan bakteremia, terutama oleh P.aeruginosa atau Acinetobacter species
• Peningkatan nilai PCT menunjukkan perburukan infeksi sedangkan penurunan PCT menunjukkan perbaikan.
PCT juga digunakan untuk memilih antibiotic empiris.
PDPI, 2018. HAP dan VAP. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai