Anda di halaman 1dari 26

Dampak Covid-19 Terhadap

Mental dan Perilaku Tenaga


Kesehatan
Diyaz Syauki Ikhsan
Muqaddimah
• Pandemi Covid-19 membawa peningkatan psikopatologi
• Kekhawatiran akan kesehatan diri dan keluarga
• Dampak tersebut bukan hanya
dialami oleh masyarakat awam,
tetapi juga tenaga kesehatan
• Efektivitas pelayanan kesehatan
secara umum ikut terkena imbas
Dampak Mental Covid-19
• Pada pasien dengan diagnosis Covid-19
• Bo et al., 2020: Post Traumatic Stress Symptoms (PTSS) pada 96.2% pasien
• Zhang et al., 2020: peningkatan prevalensi depresi (29.2%, p=0.016)
• Pada pasien psikiatrik
• Fernandez-Aranda et al., 2020: perburukan gangguan makan (37.5%) dan gejala ansietas (56.2%)
• Zhou et al., 2020: perburukan gejala yang sudah ada (20.9%)
• Pada masyarakat awam
• Sonderskov et al., 2020: penurunan kesehatan mental
• Li et al., 2020: peningkatan penggunaan kata terkait ansietas dan depresi
• Yuan et al., 2020: peningkatan skor ansietas dan depresi orang tua dari anak-anak yang MRS (p
<0.001)
• Wang et al., 2020: tidak ada perbedaan antara periode peningkatan positif Covid dengan periode
peningkatan pulih Covid
• Tan et al., 2020: tidak ada perbedaan antara pekerja teknis dan manajerial
• Zhu et al., 2020: tidak ada perbedaan antara masuk karantina dan tidak

Vindegaard N, Benros ME. COVID-19 pandemic and mental health consequences: Systematic review of the current evidence. Brain, Behavior, and Immunity 89 (2020) 531–542
Dampak Mental Covid-19
• Pada tenaga kesehatan
• Chen et al., 2020; Mo et al., 2020; Lu et al., 2020; Zhang et al., 2020; Xu et al.,
2020; Cai et al., 2020: Peningkatan (gejala) depresi dan ansietas,
meski ketika pandemi sudah terkendali.
• Xiao et al., 2020a: kualitas tidur buruk
• Sun et al., 2020: PTSS tidak berbeda dengan populasi umum
• Zhang et al., 2020: gejala OCD lebih tinggi

Vindegaard N, Benros ME. COVID-19 pandemic and mental health consequences: Systematic review of the current evidence. Brain, Behavior, and Immunity 89 (2020) 531–542
Faktor Risiko
Ansietas dan Depresi
Demografi Psikik Sosial/pekerjaan
tinggal sendirian penilaian kesehatan mandiri kenalan yang suspek Covid-19
rendah
tingkat pendidikan rendah/tinggi kualitas tidur buruk dukungan keluarga rendah
status pendidikan persepsi beban stres tinggi pendapatan keluarga tidak stabil
tidak punya anak/punya >2 anak distress kehidupan sebelumnya paparan media sosial tinggi
tinggal di perkotaan/pedesaan kurang kesiapan psikologis bekerja di garis depan > lini kedua
penyakit kini dan dahulu, termasuk kurang pengetahuan mengenai rumah sakit sekunder > tersier
psikiatrik dan penyalahgunaan zat pandemi
temuan risiko pada perempuan dan dampak pada kehidupan sehari- >10 tahun pengalaman kerja
usia tidak konsisten hari
tidak melakukan langkah preventif

Vindegaard N, Benros ME. COVID-19 pandemic and mental health consequences: Systematic review of the current evidence. Brain, Behavior, and Immunity 89 (2020) 531–542
TENAGA KESEHATAN BISA STRES?
Fenomena global, dari distress hingga diagnosis
Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung

APD (persediaan dan kecakapan menggunakan) Kekhawatiran akan dampak bagi diri dan keluarga
Keterpaparan dengan kondisi kesakitan Ekspresi emosi meninggi
Stigma di antara sesama Nakes

Hossain MM, Tasnim S, Sultana A, Faizah F, Mazumder H, Zou L, et al. Epidemiology of mental health problems in COVID-19: a review. F1000Research 2020, 9:636
Talevi D, Socci V, Carai M, Carnaghi G, Faleri S, Trebbi E, et al. Mental health outcomes of the CoViD-19 pandemic. Riv Psichiatr 2020; 55(3): 137-144
Distress Thermometer

Cara praktis mengukur distres


Tentukan nilai, lalu tentukan masalah sepekan terakhir
Beban kerja tinggi
menyebabkan burnout

APD memberi perlindungan fisik,


bagaimana psikik?
Manusia merupakan makhluk
Distres akibat covid bukan menyebar
melalui jalur infeksi klasik biopsikososial, bukan biomedis belaka
... sedangkan bekal kemampuan dan pengetahuan tenaga medis
dan paramedis sebagian besar didasarkan pada ilmu biomedis

Nakes, manusia, tidak sempurna Kemampuan untuk membantu sejawat secara psikososial?
Hati-hati stigma karena kurang paham
PERILAKU STRES
• Secara umum, psikopatologi akan menurunkan fungsi
kepribadian seseorang
• Psikopatologi secara luas: distress, masalah mental, s.d.
gangguan jiwa
• Fungsi kepribadian: termasuk kinerja formal dan nonformal

• Bagi tenaga kesehatan, psikopatologi akan menurunkan daya


bantu serta membuka kerentanan lanjut pada psikopatologi lain
• Dalam keadaan stres, seseorang bisa kurang fokus dalam
kesehariannya (bisa menyebabkan “kegagalan”)
• Bereaksi dengan emosi negatif
• Emosi negatif menjadi peluang psikopatologi lanjut
• Bagi diri dan orang lain (keluarga, pasien, sejawat, dsb.)
Panduan Intervensi Mental
Konsep biopsikososial kepribadian manusia
• Eklektik-holistik, bukan hanya di bidang biomedik
• Saling memengaruhi, sehingga intervensi pada satu dapat membantu yang
lainnya juga
Berdasarkan kebutuhan psikik alamiah kepribadian manusia
• Mengekspresikan emosi dengan sehat, bukan menahannya
• Membina dan menjalani relasi sosial yang sesuai, bukan menghindarinya
• Melakukan kegiatan psikomotor secara sepenuh jiwa, bukan setengah hati
Ekspresi Emosi
Ekspresi Emosi
• Ekspresi emosi yang paling dasar
adalah bahasa
• Kebebasan mengungkapkan
perasaan secara apa adanya adalah
pendukung utama upaya
menetralkan suasana perasaan yang
sulit diemban sendiri
• Sangat tergantung dengan iklim
psikososial tempat ia berada
• Lingkungan seseorang biasanya
bukan hanya satu, jadi bisa saling
melengkapi
Ekspresi Emosi
• Ekspresi emosi tingkat lanjut berupa seni
• Berbagai jenis seni: tulis, gambar/lukis, musik, dsb.
• Tidak langsung dan bisa lebih nyaman, karena apresiasi
seni akan menutupi emosi
Langkah yang sebenarnya disalurkan
pertama:
melaluinya mengenali suasana
• Ekspresi emosi lainnya:
perasaanbisakita
dengan aktivitas fisik
(bukan pikiran)
Relasi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial; kekurangan individu, dilengkapi
lingkungan

Prinsip yang mendasari adalah identifikasi dan empati


Mirror neurons: “neurons that fire together, wire together”
Relasi Sosial
• Batasan sosial (social boundaries): karena
tidak mungkin seseorang memahami orang
lain sepenuhnya setiap saat
• Relasi sosial yang kurang baik
• Memaksakan norma, secara sepihak
• Melawan norma yang disepakati
• Menutup komunikasi
• Aktif (melarang) & pasif (mengabaikan)
Relasi sosial yang baik
akan menjadi holding
environment: Langkah pertama:
Menunjang ekspresimengidentifikasi pihak
bermakna yang
emosi yang apa membuat kita dapat
adanya tampil apa adanya
Membuat suatu (tanpa topeng, atau
comfort zone bagi “ingin menjadi”)
individu yang terlibat
Memberi rasa
nyaman yang spontan
Aktivitas Psikomotor
• “Mens sana in corpore sano” (a healthy mind in a healthy body)
• Peran endorphin, dopamine, norepinephrine, dan serotonin
• Manfaat pada perasaan dan pikiran, melalui perilaku
• Mulai dari aktivitas psikomotor sehari-hari hingga olahraga prestasi
• Bisa menjadi sublimasi dari ekspresi emosi juga (misal agresivitas)
• Olahragawan memiliki kestabilan emosional yang baik*

*Singh G. A Study of Emotional Stability Among Players and Non-Players of Chandigarh Schools. 2015. (IJSTE/ Volume 2 / Issue 5 / 003)
Aktivitas Psikomotor
• Manfaat yang diperoleh akan maksimal apabila
dilakukan dengan sepenuh jiwa, tidak ditahan-
tahan
• Ingat: tujuan aktivitas psikomotor
Langkah pertama: tidak harus
investasi(narcissistic
apresiasi atau prestasi energi mental supply), tetapi
dalam aktivitas (bukan
kesehatan secara keseluruhan
gengsi atau cari
perhatian)
EKSPRESI RELASI
EMOSI SOSIAL
FASILITASI OLEH INSTITUSI
YANG MENAUNGI

AKTIVITAS
PSIKOMOTOR
Intervensi Farmakologi
• Tidak semua masalah perlu diselesaikan dengan obat
• Pada berbagai kondisi fisik medik pun, langkah pertama adalah
perubahan gaya hidup (non-farmakologi)
• Salah satu yang memberi perubahan permanen: maturasi kepribadian
• Menjadi dokter berarti tidak tergantung pada obat ataupun alat, tapi
bukan berarti meninggalkan sama sekali potensi manfaat farmakologi
• Psikofarmaka: target-symptoms, bukan menyasar diagnosis
TANTANGAN BAGI KITA: RESISTENSI
Keengganan untuk berubah, atau ikut terlibat

Resistensi akan menurunkan peluang untuk mencari


dan menerima bantuan, hingga menghalangi
perubahan perilaku, terutama ke arah positif
Tantangan: Resistensi
• Sikap dasar yang ada pada setiap orang, termasuk pada
tenaga kesehatan (misal pada intervensi untuk
meningkatkan kesehatan mental*)
• Bukan untuk dilawan, tetapi untuk diolah
(rolling with resistance)
• Keterampilan terkait: motivational interviewing
dan motivation enhancement therapy
(banyak dipakai dalam bidang adiksi)
• Edukasi memberikan pengetahuan, belum
tentu perubahan perilaku segera mengikuti

*Buselli R, Baldanzi S, Corsi M, Chiumiento M, Lupo ED, Carmassi C, et al. Psychological Care of Health Workers during the COVID-19 Outbreak in Italy: Preliminary Report of an
Occupational Health Department (AOUP) Responsible for Monitoring Hospital Staff Condition. Sustainability 2020, 12, 5039
Tantangan: Resistensi
Bentuk resistensi dari tenaga kesehatan
• “Saya tidak mungkin sakit”
• “Saya tidak salah”
• “Saya sudah benar”
• “Saya masih bisa/kuat/mampu”
• “Itu bukan saya”
• dsb.

Semakin kuat penyangkalan, semakin ...?


Tantangan: Resistensi
• Kerjasama yang baik, sikap yang suportif (termasuk acceptance), iklim
yang kondusif (termasuk jalur ekspresi) bisa menurunkan resistensi
secara umum
• Pada tingkat individu: pendekatan lebih personal, dimulai dengan
memahami motivasi (dan memaklumi motivasi, bukan perilaku), dan
sesuai dengan karakteristik kepribadiannya
Penutup
• Covid-19 memberi risiko bagi jiwa, di antaranya depresi dan ansietas
• Bagi semua, termasuk bagi tenaga kesehatan
• Konsep biopsikososial, lebih dari sekedar biomedik, dibutuhkan untuk
menangani masalah-masalah kesehatan tersebut
• Bisa dihadapi dengan kombinasi yang baik dalam ekspresi emosi,
relasi sosial, aktivitas psikomotor, dan intervensi farmakologis
• Resistensi untuk dikelola, bukan dilawan
TERIMA KASIH
semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai