Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN

APA YANG KAMI ALAMI KAMU JUGA HARUS PAHAMI


DI DESA SUMBERBENING
KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Departemen Jiwa di


Puskesmas Kecamatan Bantur Kabupaten Malang

Oleh :

Muhammad Putra Ramadhan


150070300011058

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

APA YANG KAMI ALAMI KAMU JUGA HARUS PAHAMI


DI DESA SUMBERBENING
KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Departemen Jiwa di Puskesmas
Kecamatan Bantur Kabupaten Malang

Oleh :

Muhammad Putra Ramadhan


150070300011058

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari/Tanggal : Rabu, 29 Maret 2017

Perseptor Akademik, Perseptor Klinik.

(Ns. Retno Lestari S.Kep, MN) (Ns. Soebagijono, S.Kep, M.MKes)


NIP. 19800914 2005022 001 NIP. 1968109 1999003 1003
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa, keperawatan melaksanakan
perannya sebagai pemberi asuhan keperaawatan. Asuhan keperawatan jiwa
merupakan asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik
ketika dilakukan asuhan keperawatan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan telah
dikembangkan dan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga,
maupun komunitas. masyarakat menjadi salah satu jawaban untuk mencegah
timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan mampu merawat anggota
keluarga yang sudah sakit (menderita gangguan jiwa), dan mampu mencegah
terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa.
Penanganan yang tepat terhadap konsumen jiwa sehat dan masyarakat yang beresiko
akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).
Kecamatan Bantur merupakan salah satu kecamatan dengan konsumen jiwa
sehat terbanyak di Jawa Timur. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa
Keperawatan Brawijaya program A bekerja sama Puskesmas Bantur September 2015
didapat data track record pasien konsumen jiwa sehat sebanyak 155 orang yang
tersebar di 5 Desa yaitu Desa Bantur 59 orang, Wonorejo 12 orang, Srigonco 12
orang, Sumberbening 19 orang, dan Bandungrejo 53 orang.
Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang yang
mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkah laku mereka, diluar kepercayaan budaya
dan kepribadian mereka, dan menimbulkan efek yang negatife bagi kehidupan mereka
atau kehidupan keluarga mereka. Dapat kita pahami bahwa gejala-gejala gangguan
jiwa ialah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik, dan
sosiobudaya. Gejala-gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi proses
adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran, perasaan, dan perilaku (W.F.
Maramis, 2005).
Kurangnya pemahaman tentang gangguan jiwa yang meliputi penyebab,
faktor-faktor yang berpengaruh, proses terjadinya dan tanda gejalanya masih terjadi di
masyarakat Kecamatan Bantur. Hal tersebut juga terjadi di Desa Sumberbening. Oleh
karena itu, diperlukan pemahaman masyarakat pada kelompok gangguan jiwa supaya
tidak terjadi perburukan kondisi pada orang dengan gangguan jiwa yang ada di Desa
Sumberbening.
1.2 Tujuan Instruksional
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Apa yang Kami Alami, Kamu juga
Harus Pahami diharapkan peserta mengerti gangguan jiwa.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah mendapat penyuluhan tentang Apa yang Kami Alami, Kamu juga
Harus Pahami, diharapkan peserta mampu:
1) Peserta dapat mengetahui pengertian sehat jiwa
2) Peserta dapat mengetahui ciri-ciri sehat jiwa
3) Peserta dapat mengetahui pengertian gangguan jiwa
4) Peserta dapat mengetahui ciri-ciri gangguan jiwa
5) Peserta dapat mengetahui faktor penyebab gangguan jiwa
6) Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa
7) Peserta dapat mengetahui macam-macam gangguan jiwa
8) Peserta dapat mengetahui proses terjadinya gangguan jiwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sehat Jiwa


Menurut WHO tahun 2005, sehat merupakan keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit/cacat. Pengertian sehat
menurut WHO tersebut merupakan kondisi ideal dari sisi biologis, psikologis dan
sosial. Pada dasarnya memang sangat sulit untuk mendapatkan seseorang yang
berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna, namun yang mendekati pada kondisi
ideal dapat didapatkan.
Menurut UU Nomor 3 tahun 1966 kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yg
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yg optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain. Makna
kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan
semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan orang
lain (sosial) (Direja, 2011).
Berdasarkan keterangan diatas sehat jiwa ketika seseorang memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan
lingkungan. Selain itu, terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup
menghadapi problema yang biasa terjadi dan merasa bahagia dan mampu diri
(Kusumawati, 2011).
Sementara itu, gangguan jiwa merupakan sindroma atau pola perilaku atau
psikologik seseorang yg secara klinis cukup bermakna dan secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) dan atau hendaya (impairment/disability)
di dalam satu atau lebih fungsi manusia.

2.2 Ciri-ciri Sehat Jiwa


Menurut Direja (2011), ciri-ciri orang sehat jiwa adalah sebagai berikut:
a. Merasa senang terhadap dirinya serta:
1) Mampu menghadapi situasi
2) Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
3) Puas dengan kehidupannya sehari-hari
4) Mempunyai harga diri yang wajar
5) Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan.
b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta:
1) Mampu mencintai orang lain
2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
3) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
4) Merasa bagian dari suatu kelompok
5) Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya
c. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta:
1) Menetapkan tujuan hidup yang realistis
2) Mampu mengambil keputusan
3) Mampu menerima tanggung jawab
4) Mampu merancang masa depan
5) Dapat menerima ide dan pengalaman baru
6) Puas dengan pekerjaannya

2.3 Definisi Gangguan Jiwa


Menurut (Stuart & Sundeen, 1998) gangguan jiwa adalah gangguan yang
mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang
ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan
bagi penderita (dan keluarganya).
Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang yang
mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkah laku mereka, diluar kepercayaan budaya
dan kepribadian mereka, dan menimbulkan efek yang negative bagi kehidupan mereka
atau kehidupan keluarga mereka. Dapat kita pahami bahwa gejala-gejala gangguan
jiwa ialah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik, dan
sosiobudaya. Gejala-gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi proses
adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran, perasaan, dan perilaku (W.F.
Maramis, 2005).

2.4 Ciri-ciri Gangguan Jiwa


Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein
(dalam Suliswati, 2005) adalah sebagai berikut: Pertama, hadirnya perasaan cemas
(anxiety) dan perasaan tegang (tension) di dalam diri. Kedua, merasa tidak puas
(dalam artian negative) terhadap perilaku diri sendiri. Ketiga, perhatian yang berlebihan
terhadap problem yang dihadapinya. Keempat, ketidakmampuan untuk berfungsi
secara efektif didalam menghadapi problem.

2.5 Faktor Penyebab Gangguan Jiwa


Faktor penyebab gangguan jiwa berdasarkan psikopatologi diatas dapat
dibedakan menjadi 2 menurut (Stuart dan Sudeen, 1998) yaitu :
Faktor Faktor - Nerokimia
Predisposisi Somatogenik - Nerofisiologi
(fisik- - Neroanatomi
biologis), - Tingkat kematangan dan perkembangan organic
- Faktor-faktor prenatal dan perinatal
Faktor - Interaksi ibu-anak
psikologik - Peranan ayah
(psikogenik) - Persaingan antara saudara kandung
- Inteligensi
- Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
- Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa
salah
- Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
- Keterampilan, bakat dan kreativitas
- Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
- Tingkat perkembangan emosi
Faktor-faktor - Kestabilan keluarga
sosio- - Pola mengasuh anak
budaya - Tingkat ekonomi
(sosiogenik) - Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
- Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
- Pengaruh rasial dan keagamaan
- Nilai-nilai
Faktor presipitasi (faktor Menurut Stuart dan Sundeen (1998) faktor Presipitasi yang
pencetus) mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang yaitu:
- Faktor stimulus dimana setiap individu mempersepsikan dirinya melawan
tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah khusus tentang
konsep diri disebabkan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu
menyesuaikan
- Stres Lingkungan yaitu Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
- Hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur
tindakan dan pengobatan.
- Sumber koping, sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
2.6 Macam-macam Gangguan Jiwa
2.6.1 Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang
(Maramis,1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap
akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa
terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir
dengan personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).

2.6.2 Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998).Depresi juga dapat diartikan sebagai
salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa
dan lain sebagainya (Hawari, 1997).Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang
berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri
sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-
macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri,
pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang
negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya
kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan
seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda
depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang
depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi
yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas (Depkes, 1993).
Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika
ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik
dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
2.6.3 Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi
sebaik-baiknya, Maslim (1991).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut
sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993).Penyebabnya
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali.Intensitas kecemasan
dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen
(1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.

2.6.4 Gangguan Kepribadian


Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi
tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan
gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak
berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif
atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau
obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.(Maslim,1998).

2.6.5 Gangguan Mental Organik


Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini
dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang
terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu,
maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang
menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan
kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut
dan menahun.

2.6.6 Gangguan Psikosomatik


Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

2.6.7 Retardasi Mental


Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).

2.6.8 Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja


Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).Anak
dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan
pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi. Diketahui
bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat
diturunkan dari orang tua kepada anaknya.Pada gangguan otak seperti trauma kepala,
ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian.Faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh
karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu
dapat dipengaruhi atau dicegah.

2.7 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


Secara umum tanda dan gejala yang mungkin muncul pada gangguan jiwa
menurut J Kozlak (dalam komarudin, 2009) meliputi:
a. Adanya perubahan kepribadian
b. Proses pikir kacau (merasa asing atau ide-ide kebesaran)
c. Serangan depresi yang lama, apathi, ekstrem
d. Ansietas atau cemas yang berlebihan, ketakutan, atau curiga
e. Menarik diri dari lingkungan, merasa tidak punya teman, orientasi diri
abnormal
f. Menolak masalah, resistensi
g. Berpikir atau membicarakan bunuh diri
h. Merasa ada keluhan fisik, perubahan pola makan dan pola tidur
i. Marah atau permusuhan yang tidak proporsional
j. Delusi, halusinasi
k. Penyalahgunaan obat, alkohol
l. Timbulnya ketidakmampuan menyelesaikan masalah

2.8 Proses Terjadinya Gangguan Jiwa

Risiko Perilaku
Kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik Diri Defisit Perawatan


Diri

Harga Diri Rendah Risiko Bunuh Diri

Waham Ketidakefektifan Koping

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN

3.1 Satuan Acara Penyuluhan


Pokok Bahasan : Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan Jiwa
Sasaran : Ibu-ibu anggota Jamaah Tahlil
Tempat : Musolla RT 02 Desa Sumberbening
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Maret 2017
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : M. Putra Ramadhan dan Catur Maya L.

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media


Pembukaan 5 menit a. Membuka dengan a. Mendengarkan Ceramah -
salam b. Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri c. Menjawab
c. Menjelaskan maksud pertanyaan
dan tujuan penyuluhan
d. Kontrak waktu
e. Menggali pengetahuan
peserta sebelum
dilakukan penyuluhan
Penyajian 15 menit a. Pemateri menjelaskan a. Mendengarkan Ceramah Leaflet
pengertian sehat jiwa b. Memberikan Tanya jawab
b. Pemateri menjelaskan tanggapan dan
ciri-ciri sehat jiwa pertanyaan
c. Pemateri menjelaskan mengenai hal yang
pengertian gangguan kurang dimengerti
jiwa
d. Pemateri menjelaskan
ciri-ciri gangguan jiwa
e. Pemateri menjelaskan
faktor penyebab
gangguan jiwa
f. Pemateri menjelaskan
tanda dan gejala
gangguan jiwa
g. Pemateri menjelaskan
macam-macam
gangguan jiwa
h. Pemateri menjelaskan
proses terjadinya
gangguan jiwa
Penutup 10 menit a. Menggali pengetahuan a. Menjawab Ceramah Leaflet
peserta setelah pertanyaan Tanya jawab
dilakukan penyuluhan b. Memberikan
b. Menyimpulkan hasil tanggapan balik
kegiatan penyuluhan
c. Menutup dengan
salam

3.2 Evaluasi
3.2.1 Struktur
a. Adanya koordinasi dengan Kader Jiwa Desa Sumberbening
b. Adanya persiapan yang baik terkait materi dan sarana serta prasarana yang
akan digunakan.

3.2.2 Proses
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan
e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.

3.2.3 Hasil
a. Pelaksanaan pre dan post test dapat terlaksana dengan cukup baik karena
dilakukan di dalam ruangan
b. 85% peserta penyuluhan memahami dan mengulangi apa yang disampaikan
perawat.
Daftar Pustaka

Komarudin. 2009. Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat


Klien Isolasi Sosial Dengan Kemampuan Klien Bersosialisai Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nangkaan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Tesis. Depok:
Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. (Tidak dipublikasikan)

Maramis, W.F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga

Razali, M.S dkk. (1997). Healt Education And Drug Counseling For Schizophrenia.
Vol.4 No.3 .hal 187-189

Shives, LR (1998). Basic Concept Of Psychiatric Mental Healt Nursing. Philadelphia

Stuart, G.W., & Laraia M.T (1998). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing (8th
ed), St. Louis: Mosby.Suliswati (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan
jiwa. Jakarta : EGC

Tim penyusun buku pedoman asuhan keperawatan jiwa 1. (2000). Keperawatan Jiwa:
Teori Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai