Penyelidikan Wabah Infeksi Airbone
Penyelidikan Wabah Infeksi Airbone
PENYELIDIKAN WABAH
UNTUK PENYAKIT INFEKSI
IKRIMAH NAFILATA
Investigasi = Penyelidikan
Outbreak = Wabah/ KLB (Kejadian Luar Biasa)
WABAH
Definisi
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya ( jam, hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya ( jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
ALASAN INVESTIGASI OUTBREAK
ALASAN PENYELIDIKAN WABAH/ INVESTIGASI OUTBREAK
Tujuan Umum
Mengetahui penyebab outbreak;
Menyetop outbreak sekarang dan mencegah outbreak di masa mendatang
Tujuan Khusus
Agen kausa outbreak
Cara transmisi;
Sumber outbreak;
Carrier;
Populasi berisiko;
Paparan yang menyebabkan penyakit (faktor risiko)
PRINSIP INVESTIGASI WABAH/ OUTBREAK
Lakukan sistematik
Ikuti langkah yang sama untuk setiap KLB
Tulislah definisi kasus
Tanyakan pertanyaan yang sama pada setiap orang
1. Identifikasi Outbreak
2. Investigasi Kasus
3. Investigasi Kausa
4. Langkah Pencegahan dan Pengendalian
5. Studi Analitik (Jika perlu)
6. Komunikasikan Temuan
7. Evaluasi dan Teruskan Surveilans
Identifikasi Outbreak
Informasi tentang potensi outbreak biasanya datang dari sumber-sumber
masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien, kader
kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi
outbreak bisa juga berasal dari petugas kesehatan, hasil analisis data
surveilans, laporankematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau
media lokal (surat kabar dan televisi).
Sumber data kasus untuk menenetukan terjadinya outbreak:
(1) Catatan surveilans dinas kesehatan;
(2) Catatan morbiditas dan mortalitas di rumah sakit;
(3) Catatan morbiditas dan mortalitas di puskesmas;
(4) Catatan praktik dokter, bidan, perawat;
(5) Catatan morbiditas upaya kesehatan sekolah (UKS).
CONTOH IDENTIFIKASI OUTBREAK
salah satu bakteria yang paling sering menyebabkan klaster penyakit adalah Escherechia coli.
Andaikan Juni 2007 terdapat 52 kasus Escherichia coli. Data jumlah kasus per bulan dalam
setahun terakhir disajikan Gambar 6.2. Apakah terjadi outbreak? Jawab: Dari data dapat
dihitung Mean= 14.3. SD= 5.7. Mean+3SD= 14.3* 3(5.7)= 31.4. Pada Juni 2007 terdapat 52
kasus, lebih banyak daripada ekspektasi normal= 31.4 kasus. Jadi Juni 2007 terjadi outbreak E.
coli.
Juni 2006 di Tangerang (Indonesia) dilaporkan kasus flu yang menjangkiti sebuah
keluarga. Dalam tempo dua minggu 8 anggota keluarga menunjukkan gejala klinis infeksi flu
burung, mencakup demam, batuk, sakit tenggorok, nyeri otot. Beberapa di antaranya
menunjukkan gejala lebih berat, yaitu infeksi mata, pneumonia, distres pernapasan akut.
Hapusan mukosa hidung dan tenggorok diambil oleh petugas DepKes beberapa hari setelah
timbul gejala klinis dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur. Hasilnya
menunjukkan terdapat virus H5N1. Apakah telah terjadi outbreak? Ya. Kenaikan sebesar 8 kasus
flu burung dalam contoh di
atas menunjukkan tengah terjadi outbreak. Kenaikan lebih dari dua kasus baru penyakit pada
populasi di suatu tempat yang sebelumnya tidak pernah ada kasus dapat dikatakan outbreak
(Last, 2001).
INVESTIGASI KASUS
Definisi Kasus
Melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis dengan
benar (valid). Peneliti outbreak mendefinisikan kasus dengan menggunakan seperangkat
kriteria sebagai berikut: (1) Kriteria klinis (gejala, tanda, onset); (2) Kriteria epidemiologis
(karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu terjadinya outbreak); (3)
Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan).
Definisi kasus yang baku dan seragam penting untuk memastikan bahwa setiap kasus
didiagnosis dengan cara yang sama, konsisten, tidak tergantung pada siapa yang
mengidentifikasi kasus, maupun di mana dan kapan kasus tersebut terjadi.
Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi:
(1) kasus suspek (suspected case, syndromic case),
(2) kasus mungkin (probable case, presumptive case), dan
(3) kasus pasti (confirmed case, definite case).
Klasifikasi kasus menurut kriteria pemeriksaan klinis,
epidemiologis, dan laboratoris
INVESTIGASI KASUS
Penemuan Kasus
Setelah mendefinisikan kasus, langkah investigasi selanjutnya adalah
mencari kasus (case finding). Tujuan penemuan kasus: (1) Mengetahui luas
outbreak; (2) Mengetahui populasi berisiko; (3) Mengidentifikasi kasus
sekunder (kemungkinan penyebaran dari orang ke orang);
(4) Mengidentifikasi sumber-sumber infeksi; (5) Mengidentifikasi
kontak dengan kasus terinfeksi.
Peneliti outbreak dianjurkan untuk menggunakan sebanyak mungkin
sumber informasi: (1) Surveilans aktif dan survei khusus (para peneliti
dikirimkan ke daerah yang terkena outbreak untuk mengumpulkan berbagai
informasi tentang kondisi-kondisi spesifik tertentu dari pelapor potensial,
dokter, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain); (2) Surveilans pasif
(mengandalkan laporan rutin oleh petugas kesehatan tentang penyakit-
penyakit yang harus dilaporkan); (3) Pengembangan informasi kasus yang
diperoleh dari media (berita yang dilansir media ditanggapi dengan
mengecek kasus di lapangan).
INVESTIGASI KAUSA
Wawancara dengan kasus
Peneliti outbreak memberikan laporan tertulis dengan format yang lazim, terdiri dari:
(1) introduksi,
(2) latar belakang,
(3) metode,
(4) hasil-hasil,
(5) pembahasan,
(6) kesimpulan, dan
(7) rekomendasi.
Laporan tersebut mencakup langkah pencegahan dan pengendalian, catatan kinerja
sistem kesehatan, dokumen untuk tujuan hukum, dokumen berisi rujukan yang berguna jika
terjadi situasi serupa di masa mendatang.
MENGEVALUASI DAN MENERUSKAN SURVEILANS
Pada tahap akhir investigasi outbreak, Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten dan peneliti
outbreak perlu melakukan evaluasi kritis untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan program
maupun defisiensi infrastruktur dalam sistem kesehatan.
Evaluasi tersebut memungkinkan dilakukannya perubahanperubahan yang lebih mendasar
untuk memperkuat upaya program, sistem kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.
Investigasi outbreak memungkinkan identifikasi populasi-populasi yang
terabaikan atau terpinggirkan, kegagalan strategi intervensi, mutasi agen infeksi,
ataupun peristiwaperistiwa yang terjadi di luar kelaziman dalam program kesehatan.
Evaluasi kritis terhadap kejadian outbreak memberi kesempatan kepada penyelidik untuk
mempelajari kekurangan-kekurangan dalam investigasi outbreak yang telah dilakukan, dan
kelemahan-kelemahan dalam sistem kesehatan, untuk diperbaiki secara sistematis di
masa mendatang, sehingga dapat mencegah terulangnya outbreak.
TERIMA KASIH