Anda di halaman 1dari 14

Hi !

Filsafat Pragmatisme dan


Filsafat Pancasila

Kelompok 3
Tamariska Tani
Hola
Jeniffer Mansang
!
Pragmatisme
Kebenaran bagi kaum pragmatisme, diukur dengan kriteria apakah konsep yang
dinyatakan itu berguna, bersifat fungsional, dan berfungsi dalam kehidupan sehari-
hari Dengan kata lain, sesuatu men- jadi benar bila mempunyai kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari. Istilah pragmatisme sering disebut juga dengan
eksperimentalisme atau instrumentalisme atau fungsionalisme. Sebenarnya ada yang
memandang pragmatisme lebih cenderung sebagai sebuah teori, sebuah kriteria dalam
menentukan kebenaran.
Analisis Pragmatisme

Aspek dalam pragmatisme merujuk pada proses dalam pengalaman, bagian pertimbangan dari subjektivitas seseorang.
Realitas yang terjadi berbentuk transaksional dan berubah-rubah tergantung situasi dan kondisi. Epistemologi
pragmatisme menyatakan kebenaran bersifat relatif dan ditentukan dengan metode ilmiah kegunaan dari sesuatu, tidak
ada kebenaran yang mutlak, "apa pun yang berguna dan valid adalah kebenaran.
Pragmatisme dalam Pendidikan Kristen
Kebersandaran pragmatisme pada indra dan pengalaman telah menyimpang dari arah realitas ciptaan Allah. Esensi dari
pragmatisme berupa: "Whatever is useful and valid is truth, telah menyelewengkan kebenaran firman Tuhan. Pendidikan
hanya melihat manusia sebagai pemilik dalam hubungan subjek-objek, dalam hubungan tuan-hamba antara manusia dan
dunia realitas ciptaan. Pragmatisme tidak mem berikan ruang pada konsep fullfilment (pemenuhan, penggenapan) kasih
Allah yang memanggil kita sebagai pendidik sebagai penatalayanan tugas panggilan Allah.Pendidikan pragmatisme tidak
menyentuh murid sebagai makhluk eternal, makhluk ciptaan Tuhan, yang sudah jatuh dalam dosa dan yang harus
diperdamaikan dalam kasih Allah Pendidikan karakter dalam perspektif pragmatisme tidak membutuhkan disiplin, ketaatan,
dan keteraturan Pendidikan berkaitan dengan karakter. hanya sebatas modifikasi perilaku Pendidikan dalam pragmatisme
lebih memberi peluang pada sisi pengetahuan melalui proses pengalaman semata. pengetahuan akan berlaku bila dapat
digunakan. Pendidikan dalam pragmatisme tidak memiliki pengakuan akan kedaulatan Allah, tidak melihat hakikat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, bahkan cenderung menyangkal keberadaan Tuhan melalui konsep-konsep
pragmatismenya. Tuhan bisa dianggap tidak penting bila tidak mem- punyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatisme dalam Pendidikan

Hal yang penting mengenai murid, dari sudut pandang epistemologis pragmatisme adalah mereka memiliki
pengalaman. Mereka merupakan individu yang mengalami dan menggunakan kemampuan berpikir untuk mengatasi
permasalahan. Murid belajar menyikapi lingkungan, belajar dari lingkungan dan men- jalaninya dari tindakan yang
diambil mereka terhadap lingkungan.
Dalam perspektif pragmatisme kurikulum lebih berkenaan dengan prosesnya dan bukan pada isi
pembelajarannya.Kurikulum dalam pandangan pragmatisme merupakan materi pelajaran yang diminati murid, dalam
konteks sosial dan sejumlah pengalaman lapangan. Metode pembelajaran yang digunakan antara lain demonstrasi,
eksperimen, pemecahan masalah, dan studi lapangan. Metode yang digunakan lebih berorientasi pada proses dan
bukan hasil (project-oriented). Karakter dari pendidikan dengan pragmatisme lebih mengembangkan proses
kreativitas dibandingkan pada hasil pembelajaran. Peran guru berfungsi sebagai pembimbing
Tokoh-tokoh Pragmatisme

-William James
William James adalah ahli filsafat dan psikologi dari Harvard University dan tokoh pragmatisme yang paling dominan. James
menentang pandangan yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak mewujudkan satu kesatuan struktur la justru menyatakan
bahwa pengetahuan adalah transaksional yang bersumber dari pengalaman murni seseorang,Pengalaman murni adalah
perubahan- perubahan yang terus dari kehidupan manusia dan akan menjadi bahan refleksi manusia pada selanjutnya: "realitas
adalah jumlah keseluruhan dari pengalaman kita." Pengetahuan terkait dengan pengalaman seseorang dengan dunia
lingkungannya. James menolak adanya kebenaran yang mutlak yang berlaku umum, dan bersifat tetap serta berdiri sendiri.
Menurut James, kebenaran selalu berubah dan diperbarui oleh pengalaman yang dialami seseorang.
-John Dewey, filsuf dan pemikir Amerika, banyak memberi pengaruh dalam pendidikan. Dewey adalah pelopor teori
progresivisme, dengan posisi lainnya dalam aliran pragmatisme, instru- mentalisme, fungsionalisme, dan eksperimenta- lisme.
Dalam bukunya How We Think (1910), Dewey mengunakan metode epistemologis pragmatis, pencarian pengetahuan dari
interaksi dan pengalaman Murid belajar dari interaksi lingkungan dan pada gilirannya disikapi oleh lingkungan mereka ketika
menjalani akibat dari tindakan mereka.
Filsafat Pancasila

Pengertian Filsafat Pancasila


Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bernegara.
Pancasila sebagai filsafat juga bahwa pancasila mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila
Fungsi Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan

Pancasila disebut sebagai filsafat karena Pancasila digunakan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku, dan perbuatan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Kelima sila dalam Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur yang harus menjadi prinsip dan karakter bangsa; selaras
dengan tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia Indonesia manusia Pancasila. Menjadi manusia yang terdidik
bukan hanya karena memiliki kemampuan kognitif atau keahlian tertentu tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur sebagai
kecakapan hidup Ini menjadi tujuan pembentukan karakter melalui pembiasaan-pembiasaan di sekolah pada jenjang
Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun Perguruan Tinggi. Penanaman dan pembentukan
karakter sesuai nilai-nilai luhur Pancasila ini selaras dengan Sistem Pendidikan.Pendidikan Agama Kristen
mengajarkan iman Kristen yang berlandaskan pada Alkitab, agar Pelajar maupun Mahasiswa tidak hanya menerima
ilmu atau keilmuan keagamaan secara kognitif tetapi juga menjadikan ajaran Alkitab sebagai landasan hidup dan
berperilaku secara pribadi
Nilai-nilai Pancasila

1.Nilai pada sila pertama Pancasila antara lain


-Percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
-Saling menghormati pemeluk agama lain,
-Memiliki toleransi antar umat beragama.
2.Nilai pada sila ke-dua antara lain
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Mengakui
persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.Nilai pada sila ke-tiga
-Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan
4.Nilai pada sila ke-empat
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh
memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
5.Nilai pada sila ke-lima
Menjunjung tinggi keadilan sosial di kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan seterusnya
Landasan Pancasila
Landasan Pancasila dibagi atas empat ;
-Landasan Historis
bahwa nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam setiap sila dalam Pancasila sebelm dirumuskan dan disahkan menjadi dasar
negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia indonesia itu sendiri sejak dari zaman kerajaan yang
ada di Nusantara kita.
- Landasan Kultural
bahwa setiap bangsa memiliki ciri khas berbeda 1 sama lain serta pandangan hidp yang berbeda. Bangsa indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbagsa dan bernegara pada asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa
Indonesia itu sendiri.
-Landasan Yuridis
Landasan Yuridis dalam Pendidikan Pancasila tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
tercantum Pada Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila. dijelaskan bahwa Misi
Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah untuk menetapkan kepribadaan mahasiswa agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
-Landasan Filosofis
Bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu
keharusan moral untuk konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kesimpulan

Aspek dalam pragmatisme merujuk pada proses dalam pengalaman, bagian pertimbangan dari subjektivitas seseorang.
Realitas yang terjadi berbentuk transaksional dan berubah-rubah tergantung situasi dan kondisi. Epistemologi
pragmatisme menyatakan kebenaran bersifat relatif dan ditentukan dengan metode ilmiah kegunaan dari sesuatu, tidak
ada kebenaran yang mutlak, "apa pun yang berguna dan valid adalah kebenaran.
Pancasila digunakan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.Penanaman dan pembentukan karakter sesuai nilai-nilai luhur
Pancasila ini selaras dengan Sistem Pendidikan.Pendidikan Agama Kristen mengajarkan iman Kristen yang
berlandaskan pada Alkitab, agar Pelajar maupun Mahasiswa tidak hanya menerima ilmu atau keilmuan keagamaan
secara kognitif tetapi juga menjadikan ajaran Alkitab sebagai landasan hidup dan berperilaku secara pribadi
Referensi

Dr.YaouTung khoe.2013.Filsafat Pendidikan


Kristen Yogyakarta.Andi
https://mediaindonesia.com/humaniora/
539619/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam-
 SESI TANYA
JAWAB
OM
SLIDESMANIA.C
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH
OM
SLIDESMANIA.C

Anda mungkin juga menyukai