Anda di halaman 1dari 31

KULIAH KE 4 ON LINE

MIKROSFER
• Microsphere adalah partikel sferis yang kecil, dengan
diameter di kisaran micrometer (biasanya 1 μm untuk
1000 μm (1 mm)). Mikrosfer kadang-kadang disebut
sebagai microparticles.
• Mikrosfer dapat dibuat dari berbagai bahan alami dan
sintetik. Solid dan berongga mikrosfer bervariasi
dalam kerapatan dan, oleh karena itu, digunakan
untuk aplikasi yang berbeda.
• Mikrosfer yang berlubang biasanya digunakan
sebagai aditif untuk menurunkan densitas bahan.
• Solid mikrosfer memiliki berbagai aplikasi tergantung
pada apa bahan yang digunakan dalam
komposisinya dan berapa ukuran partikelnya.
Polietilen, polystyrene dan polimer lainnya dapat
digunakan dalam aplikasi biomedis, derifat karbohidrat
seperti pati, selulosa, kitosan, alginat dll. Digunakan
dalam pembuatan sediaan padat.
Contohnya untuk tujuan mikosfer mengapung pada
sediaan gastroretentive, dan mikrosfer sediaan dengan
sistem lepas yang dimodifikasi.

Eksipien untuk penggunan DDS dibagi dalam 2


golongan:
1.Polimer hidrogel
2.Polimer biodegradable
Penggunaan mikrosfer berbasis polimer yang
biodegradable telah digunakan sebagai eksipien untuk
sediaan parenteral kususnya untuk zat aktif dari jenis
peptida/protein terapeutik, termasuk antigen.
Tujuan utama penggunaan eksipien biodegradable
adalah (i) untuk memperbarui keadaan saat ini dalam
pembuatan mikrosfer peptida/protein-load melalui kedua
teknik enkapsulasi mikro konvensional dan yang lebih
baru, dan (ii) untuk membawa sediaan yang
mengandung protein yang tidakstabil.
Penggunakan polimer biodegradable sedang diteliti
untuk meniadakan masalah ketidakstabilan peptida
protein obat selama persiapan mikrosfer serta rilis dari
mikrosfer.

Solubilization, stabilisasi, dan pelestarian meningkatkan


excipients yang digunakan dalam sediaan yang
mengandung peptida/protein.

Istilah mikrosfer sering dirancukan dengan


mikroenkapsulasi, hal tersebut timbul kemungkinan
tampilannya secara fisik sukar dibedakan, sama
berbentuk sferis an mempunyai ukuran patikel yang
sama.
Sebetulnya terdapat perbedaan yang nyata yaitu zat
aktif mikroencapsulasi terjerap didalam matriknya,
sedangkan mikrosfer zat aktif dapat berqda diluar atau
didalam.

Bila zat aktifnya larut air, eksipiennya tdk larut air maka
zat aktif akan berada diluar partikel.

Bila zat aktifnya larut dalam air, dan polimernya juga


larut maka zat aktif bisa berda diluar atau didalam
partikel mikrosfer tersebut.
Sering teknik mikrosfer ini digunakan untuk menghindari
pencampuran dua zat berkhasiat secara fisikokimia
akan menimbuklan interaksi yang tidak diinginkan .
Keuntungan microsphere :
•dispersi ukuranpartikel tertentu untuk kebutuhan.
•Microsfer dapat meningkatkan stabilitas sediaan yang
mengandung zat aktif lebih dari satu dan ott.
Metode pembuatan mikrosfer yang sering digunakan
•1. metode semprot kering
•Komposisi terdiri dari bahan berkhasiat, eksipien dan
cairan pelarut.

Disini zat aktif didisfersikan kedalam cairan yang


mengandung eksipien dengan tingkat viskositas
tertentu, tingkat kekentalan campurnan amat penting,
karena yang terlalu kental dapat menghampat laju
penyemptrotan dan yang terlalu encer partikel keringnya
lambat. Ukuran partikel yang dihasilkan dikontrol oleh:
1.Kecepatan penyemprotan
2.Kecepatan masuknya massa kedalam hopper alat
semprot.
3.Ukuran lubang penyemprotan
4.Suhu tempat penampungan sediaan
Kualitas dari mikrosfer yang dihasilkan dapat
ditingkatkan dengan penambahan plastisizer yang
mendorong terbentuknya film dan koalesen polimer,
sehigga meningkatkan permukaan mikrosfer yang halus
dan sferis.

2. Penguapan pelarut
Cara ini merupakan cara konvensional yang sangat
sederhana. Pada metode ini diusaakan zat aktif maupun
polimer larut dalan salah satu jenis bahan pelarut.
Bahan pelarut yang digunakan disesuaikan dengan cara
penggunaan.
Untuk penggunan oral harus dipilih pelarut dengan
tingkat toksisitasnya yang rendah. Cairan pelarut
diuapkan dengan cara dipanaskan sambil diaduk terus
sampai kering. Berdasarkan proses pengeringannya
bentuk yang sferis dapat diperoleh dengan
menggunakan pengayakan.

Hasil penelitian yang telah berhasil dilakukan dalam


pembuatan mikrosfer dengan sistem lepas terkontrol
menggunakan koproses pragelatinasi pati singkong
dengan derivat selulose, seperti HPMC, CMC, HPC
menggunakan metode semprot kering. Penelitian yang
serupa menggunaka eksipien modifikasi pati yaitu
prageltinasi pati singkong suksinat.
Sediaan TABLET untuk penggunaan oral
Tablet konvensional
Film coated tablets
Sugar coated
Enteric coated tablets
Effervescent tablets
Sublingual tablets
Buccal tablets
Troches (lozenges)
Chewable tablets
Controlled release tablets - slow release
tablets (SR) and modified release tablets (MR)
Tablet konvensional
Menurut FI Edisi IV
Tablet adalah sediaan padat mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Tablet dapat diartikan sebagai campuran
bahan obat yang dibuat dengan dibantu zat
tambahan yang kemudian dimasukan kedalam
mesin untuk dikempa menjadi tablet.
 

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan


pemadatan, kedua permukaannya rata atau
cembung.Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk,
berat, kekerasan, ketebalan.  Kebanyakan tipe atau jenis
tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan
dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran pencernaan.
Sediaan tablet paling banyak digunakan karena mudah
dalam pemakaiannya, memberikan dosis yang tepat,
mudah dikemas dan didistribusikan, bahan obat relatif
stabil, rasa dan bau yang tidak sedap dapat ditutupi
dengan penyalutan dan dapat diproduksi untuk profil
lepas khusus.

Akan tetapi, tablet memiliki kelemahan yaitu sukar


diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar
menelan, efek terapi relatif lebih lambat dibanding
bentuk sediaan yang lain seperti larutan
Tablet dinyatakan baik bila memenuhi persyaratan
diantaranya adalah:
•Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap
pengaruh mekanis selama proses produksi,
pengemasan dan distribusi.
•Dapat menjamin kestabilan fisik dan kimia dari
zat berkhasiat.
•Dapat memberikan efek terapi seperti yang
diharapkan.
•Bebas dari kerusakan seperti pecah pada
permukaannya atau sisi tablet.
Proses pembuatan tablet

Tablet pada umumnya dibuat dengan cara mengempa suatu


massa tablet dari sebuah formula dengan memberikan
tekanan tinggi (tekanan di bawah beberapa ratus kg/cm2)
pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.

Komposisi tablet kempa


 zat aktif,
Eksipien utama
bahan pengisi,
bahan pengikat,
desintegran,
lubrikan,
Glidan
Pengisi (Filler) yaitu bahan tambahan yang diperlukan
sebagai pemenuhan kecukupan massa tablet. Contoh :
Laktosa, Laktosa Spray-dried, amilum, manitol, sorbitol,
mikrokristalin selulosa, kalsium sulfat dihidrat, dekstrosa-
maltosa.
Pengikat (Binder) yaitu bahan tambahan yang diperlukan untuk
memberikan sifat kohesif terhadap serbuk sehingga dapat
membentuk struktur tablet yang kompak setelah
pencetakan.Contoh : turunan selulosa, gelatin, glukosa, PVP,
pasta amilum, sukrosa, sorbitol, amilum terpregelatinasi,
tragakan, Na-alginat, polimetakrilat.

Penghancur (Disintegrant) yaitu bahan tambahan yang


dimaksudkan untuk memudahkan tablet pecah atau
hancur. Contoh : amilum 1-20%, selulosa,
mikrokristalin selulosa < 10%, alginat.
Bahan lubrikan yang dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Lubricant (pelicin) yaitu bahan yang berfungsi mengurangi
gesekan logam-logam dan mempermudah pengeluaran
tablet dari alat pencetak (die). Contoh : talk, Ca/Mg-stearat,
asam stearat, setil alkohol, PEG, pati, parafin.

Glidant (pelincir) yaitu bahan yang berfungsi memperbaiki


sifat alir granul atau serbuk massa tablet dan memperkecil
gesekan sesama partikel. Contoh : talk, Ca/Mg-stearat,PEG,
pati, aerosil.

Antiadherent (antilekat) yaitu bahan yang berfungsi


mecegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan
punch. Contoh : talk, cornstarch, Cab-O-Sil, sodium lauryl
sulfat, logam stearat.
Eksipien pendukung

anti adheren
pewarna,
bahan pengaroma,
bahan pemanis
 dll

Tablet dapat bervariasi


dalam ukuran, bentuk,
berat, kekerasan,
ketebalan,kecepatan
hancur, laju dissolusi,
sesuai dengan tujuan
pembuatan.
Preformulasi

Tahap pertama yang perlu dilakukan: menentukan kriteria zat


aktif dan eksipien yang digunakan, serta mengevaluasi sifat
fisiskokimia semua bahan yang digunakan meliputi
stabilitasnya seperti sifat higrokopisitasnya, ukuran dan bentuk
partikel, bulk dan tap densiti, compresibiliti, rasa, aroma,
warna, dan sifat termalnya. Meyakini bahwa tidak ada
interaksi antara semua bahan tersebut.

Berdasarkan sifat fisiko kimia bahan dapat ditetapkan proses


pengempaan yang akan digunakan :
Kempa langsung
Granulasi basah
Granulasi kering
Metode pembuatan tablet dibagi tiga, yaitu :

1.Granulasi basah
Proses granulasi basah dimulai dari pencampuran bahan
baku dilanjutkan dengan penambahan cairan pengikat ke
dalam campuran serbuk dan melewatkan adonan yang
embab ke ayakan dengan ukuran yang diinginkan. Granul
yang dihasilkan melalui pengayakan, dikeringkan lalu
diayak dengan ayakan yang sesuai dengan ukuran die.
Setelah itu ditambahkan fase luar dan dilakukan proses
pencetakan dengan punch dan die yang telah diatur.
2.Granulasi kering

Pada metode granulasi kering, pada tahap awal dilakukan


pencampuran bahan baku yang kemudian dicetak besar
(slugging) dan dipecahkan menjadi granul yang lebih kecil.
Granul yang diperoleh diayak dan dilakukan penambahan fase
luar. Selanjutnya dilakukan proses pentabletan. Metode ini
khususnya digunakan untuk bahan-bahan yang tidak stabil
dengan adanya air, misalnya asetosal.
3.Cetak langsung

Pada metode cetak langsung, bahan-bahan yang telah


ditimbang, dicampur hingga homogen dan dapat dicetak
secara langsung dengan punch dan die yang sesuai.
EVALUASI

Setiap massa tablet sebelum dicetak dilakukan evaluasi


terlebih dahulu meliputi:
 
a. Laju alir
Lebih kurang 100g masa tablet ditimbang, lalu dimasukan
ke dalam corong dan diratakan. Alat dinyalakan dan waktu
yang diperlukan oleh seluruh masa tablet untuk mengalir
melalui corong dicatat. Laju alir dinyatakan dalam g/detik.
Kompresibilitas
Lebih kurang 100 g massa tablet dimasukkan ke dalam gelas
ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V1). Berat jenis bulk =
m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk-ketukkan dari
ketinggian 5 cm sampai volume tetap (V2). Berat jenis
mampat = m/V2.
% kompresibilitas = (bj mampat - bj bulk)/bj mampat  100 %
EVALUASI TABLET

Uji visual
Tablet dinilai bentuknya secara keseluruhan,
warnanya, dan keadaan tekstur permukaannya.

Uji kekerasan
Kekerasan diukur menggunakan alat ukur Erweka
dengan meletakkan tablet secara vertikal pada alat ukur,
kemudian diberikan tekanan. Angka yang tertera pada alat
menunjukkan nilai kekerasan tablet yang dinyatakan
dengan kp. 1 kp = 0,84 kg = 1,4 SCU.
Uji keregasan
Sejumlah tablet yang berat totalnya 6,5 gram
dibebasdebukan dengan bantuan kuas halus, dtimbang
seksama dengan timbangan analitik, kemudian
dimasukkan ke dalam friabilator Erweka TAR. Tabung
diatur hingga berputar selama 4 menit dengan kecepatan
putar 25 rpm. Tablet dikeluarkan, dibebasdebukan lagi dan
dihitung persentase bobot yang hilang. Tablet dikatakan
memenuhi syarat keregasan tablet jika keregasan hasil uji
tidak lebih dari 1 %.
Uji waktu hancur
Enam buah tablet dimasukkan ke dalam tabung kaca pada
keranjang alat uji waktu hancur Erweka ZT3. Tiap tabung
berisi 1 tablet ditambah dengan cakram penuntun. Keranjang
dinaik-turunkan dan waktu hancurnya diamati dan dicatat.
Larutan percobaan yang digunakan adalah air dengan suhu
percobaan 37±20C dan kecepatan turun naik keranjang 29-32
kali/menit melalui jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak
lebih dari 5,7 cm. Waktu hancur tablet adalah waktu yang
dibutuhkan tablet sampai larut sempurna yaitu sampai sisa
sediaan yang tertinggal telah berupa masa lunak yang tidak
mempunyai inti jelas.
Uji keseragaman bobot
Dua puluh tablet ditimbang, hitung bobot rata-rata
tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari 7,5% dan tidak ada satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari 15%.

Uji keseragaman ukuran


Sejumlah 20 tablet diukur diameter dan ketebalannya
menggunakan jangka sorong. Kemudian dihitung rata-rata
diameter dan tebal tablet tersebut.
Keseragaman kandungan
Kadar 10 tablet ditetapkan satu persatu. Cara uji
tergantung pada zat aktifnya masing2.

Uji disolusi
Uji disolusi menggunakan 6 buah tablet. Masing-
masing tablet dimasukkan ke dalam alat disolusi baik
benrnentuk keranjang maupun dayung tergantung pada uji
yang ditetapkan oleh monorafi.

Anda mungkin juga menyukai