MIKROSFER
• Microsphere adalah partikel sferis yang kecil, dengan
diameter di kisaran micrometer (biasanya 1 μm untuk
1000 μm (1 mm)). Mikrosfer kadang-kadang disebut
sebagai microparticles.
• Mikrosfer dapat dibuat dari berbagai bahan alami dan
sintetik. Solid dan berongga mikrosfer bervariasi
dalam kerapatan dan, oleh karena itu, digunakan
untuk aplikasi yang berbeda.
• Mikrosfer yang berlubang biasanya digunakan
sebagai aditif untuk menurunkan densitas bahan.
• Solid mikrosfer memiliki berbagai aplikasi tergantung
pada apa bahan yang digunakan dalam
komposisinya dan berapa ukuran partikelnya.
Polietilen, polystyrene dan polimer lainnya dapat
digunakan dalam aplikasi biomedis, derifat karbohidrat
seperti pati, selulosa, kitosan, alginat dll. Digunakan
dalam pembuatan sediaan padat.
Contohnya untuk tujuan mikosfer mengapung pada
sediaan gastroretentive, dan mikrosfer sediaan dengan
sistem lepas yang dimodifikasi.
Bila zat aktifnya larut air, eksipiennya tdk larut air maka
zat aktif akan berada diluar partikel.
2. Penguapan pelarut
Cara ini merupakan cara konvensional yang sangat
sederhana. Pada metode ini diusaakan zat aktif maupun
polimer larut dalan salah satu jenis bahan pelarut.
Bahan pelarut yang digunakan disesuaikan dengan cara
penggunaan.
Untuk penggunan oral harus dipilih pelarut dengan
tingkat toksisitasnya yang rendah. Cairan pelarut
diuapkan dengan cara dipanaskan sambil diaduk terus
sampai kering. Berdasarkan proses pengeringannya
bentuk yang sferis dapat diperoleh dengan
menggunakan pengayakan.
anti adheren
pewarna,
bahan pengaroma,
bahan pemanis
dll
1.Granulasi basah
Proses granulasi basah dimulai dari pencampuran bahan
baku dilanjutkan dengan penambahan cairan pengikat ke
dalam campuran serbuk dan melewatkan adonan yang
embab ke ayakan dengan ukuran yang diinginkan. Granul
yang dihasilkan melalui pengayakan, dikeringkan lalu
diayak dengan ayakan yang sesuai dengan ukuran die.
Setelah itu ditambahkan fase luar dan dilakukan proses
pencetakan dengan punch dan die yang telah diatur.
2.Granulasi kering
Uji visual
Tablet dinilai bentuknya secara keseluruhan,
warnanya, dan keadaan tekstur permukaannya.
Uji kekerasan
Kekerasan diukur menggunakan alat ukur Erweka
dengan meletakkan tablet secara vertikal pada alat ukur,
kemudian diberikan tekanan. Angka yang tertera pada alat
menunjukkan nilai kekerasan tablet yang dinyatakan
dengan kp. 1 kp = 0,84 kg = 1,4 SCU.
Uji keregasan
Sejumlah tablet yang berat totalnya 6,5 gram
dibebasdebukan dengan bantuan kuas halus, dtimbang
seksama dengan timbangan analitik, kemudian
dimasukkan ke dalam friabilator Erweka TAR. Tabung
diatur hingga berputar selama 4 menit dengan kecepatan
putar 25 rpm. Tablet dikeluarkan, dibebasdebukan lagi dan
dihitung persentase bobot yang hilang. Tablet dikatakan
memenuhi syarat keregasan tablet jika keregasan hasil uji
tidak lebih dari 1 %.
Uji waktu hancur
Enam buah tablet dimasukkan ke dalam tabung kaca pada
keranjang alat uji waktu hancur Erweka ZT3. Tiap tabung
berisi 1 tablet ditambah dengan cakram penuntun. Keranjang
dinaik-turunkan dan waktu hancurnya diamati dan dicatat.
Larutan percobaan yang digunakan adalah air dengan suhu
percobaan 37±20C dan kecepatan turun naik keranjang 29-32
kali/menit melalui jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak
lebih dari 5,7 cm. Waktu hancur tablet adalah waktu yang
dibutuhkan tablet sampai larut sempurna yaitu sampai sisa
sediaan yang tertinggal telah berupa masa lunak yang tidak
mempunyai inti jelas.
Uji keseragaman bobot
Dua puluh tablet ditimbang, hitung bobot rata-rata
tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari 7,5% dan tidak ada satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari 15%.
Uji disolusi
Uji disolusi menggunakan 6 buah tablet. Masing-
masing tablet dimasukkan ke dalam alat disolusi baik
benrnentuk keranjang maupun dayung tergantung pada uji
yang ditetapkan oleh monorafi.