Anda di halaman 1dari 17

Hukum Adat dan Hukum Nasional

Ayi Ishak Sholih Muchtar


Latar Belakang
• Dalam pembangunan hukum nasional, peranan
hukum adat sangat penting.
• Karena hukum nasional yang akan dibentuk,
didasarkan pada hukum adat yang berlaku.
• Bila hukum adat yang mengatur sesuatu bidang
kehidupan dipandang tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan warganya maka warganya sendiri  yang
akan merubah hukum adat tersebut agar dapat
memberi manfaat untuk mengatur kehidupan
mereka.
Aristoteles

• Negara terjadi karena penggabungan keluarga-


keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar,
kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi
Masyarakat Hukum Adat.
• Kemudian Masyarakat Hukum Adat ini bergabung
lagi, demikian seterusnya hingga timbul Negara.
Dasar hukum Adat

• UUD 1945 Pasal II, yang berbunyi :

• “Segala badan Negara dan peraturan yang ada


masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.
unsur-unsur hukum adat

1.  Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan


oleh masyarakat.
2. Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis dan
tradisional
3. Adanya keputusan kepala adat
Hukum Adat Dalam Konsitusi

• Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 ayat 2 menyatakan :

• Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan


masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
• kontisitusi memberikan jaminan pengakuan dan penghormatan
hukum adat bila memenuhi syarat:

1. Syarat Realitas, yaitu hukum adat masih hidup dan sesuai


perkembangan masyarakat;

2. Syarat Idealitas, yaitu sesuai dengan prinsip negara kesatuan


Republik Indonesia, dan keberlakuan diatur dalam undang-
undang;
Prof. Soepomo
• Keberadaan hukum adat dalam tata hukum nasional di Indonesia akan tetap eksis

1. Bahwa dalam lapangan hidup kekeluargaan, hukum adat masih akan menguasai

masyarakat Indonesia.

2. Bahwa hukum pidana dari suatu negara wajib sesuai dengan corak dan sifat-sifat

bangsanya atau masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, maka hukum adat pidana

akan memberi bahan-bahan yang sangat berharga dalam pembentukan

KUHPidana baru untuk negara kita.

3. Bahwa hukum adat sebagai hukum kebiasaan yang tidak tertulis akan tetap

menjadi sumber hukum baru dalam hal-hal yang belum / tidak ditetapkan oleh

undang-undang.
Hukum Adat
Dalam Tata Hukum Indonesia

• Satjipto Rahardjo

• bahwa sekarang ini kita tidak dapat menempatkan


hukum positif berhadapan dengan hukum adat
karena hukum adat sudah terangkum masuk dalam
hukum nasional dan hukum positif ini dibangun dari
kekayaan tersebut.
• para sarjana hukum adat yang mengatakan bahwa:

• hukum adat itu baru mempunyai nilai hukum


bilamana ia dilahirkan melalui yurisprudensi karena
dengan adanya penetapan tersebut maka kaidah
adat memperoleh sanksi hukum untuk dapat
dipertahankan melalui Pengadilan
Prof. Van Vallenhoven

• Jikalau dari atas (penguasa) telah diputuskan untuk mempertahankan

hukum adat padahal hukum itu sudah mati, maka penetapan itu akan sia-

sia belaka.

• Sebaliknya seandainya telah diputuskan dari atas bahwa hukum adat harus

diganti, padahal di desa-desa, di ladang-ladang dan di pasar-pasar hukum

itu masih kokoh dan kuat, maka hakim-pun akan sia-sia belaka.

• Dengan kata lain memahami hukum adat harus dilakukan secara dinamik,

dan selaras antara atas yang memutuskan dan bawah yang menggunakan

agar dapat diketahui dan dipahami perkembangannya.


KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

• Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 pada pasal


21 ayat (4) huruf b secara tegas menyebutkan :

• “mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak


masyarakat hukum adat  dan/atau masyarakat lokal”
KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

• Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945  (UUD Tahun 1945):

• “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan


masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.”
• Esensi sebuah negara atau pemerintah bukan sekedar meminta

persetujuan atau kesepakatan, tetapi harus memberikan akses yang

luas kepada masyarakat termasuk kesatuan masyarakat hukum adat

untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga

masyarakat tidak termarjinalisasi (terpinggirkan).

• Akan tetapi, masyarakat hukum adat bagian dari Negara pada

umumnya, harus diposisikan sebagai bagian integral dalam proses

pembangunan direspons secara positif oleh pemerintah sebagai

pengambil kebijakan dan keputusan-keputusan politik maupun

hukum.
Konsistensi Pemerintah terhadap
Masyarakat Adat dalam Otonomi Daerah
• Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan

keleluasaan kepada daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah.

• Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan Pasal 18 UUD 1945.


TUJUAN OTONOMI DAERAH

• Tujuan pemberian otonomi kepada daerah sangat


baik, yaitu untuk memberdayakan daerah, termasuk
masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran
serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan
pembangunan.
UU No. 5 Thn. 1970 tentang Pemerintahan di
Desa

• Dengan adanya Undang2 tersebut membuat sistem pemerintahan

adat tergusur dan kehilangan fungsinya.

• Karena UU tersebut menseragamkan struktur kepemimpinan di desa

dengan menempatkan Kepala Desa sebagai pemimpin tertinggi.

• Sejak itu lambat laun sistem pemerintahan masyarakat adat

kehilangan fungsinya, dimana sekarang Kepala Adat sekedar menjadi

simbol tanpa kekuasaan yang berarti.

Anda mungkin juga menyukai