Anda di halaman 1dari 18

RESUSITASI DAN

TERAPI JANIN 
 INTRAUTERIN 

dr. Yuniarty Amra, Sp.OG., M.Kes


Agenda

01 DASAR RESUSITASI & TERAPI INTRAUTERINE

02 TRANSFUSI INTRAUTERINE

03 AMNIOINFUSI
Dasar Resusitasi & Terapi Intrauterine

Dengan teknik monitoring janin yang semakin maju,


keadaan hipoksia janin dapat dideteksi baik pada masa
antepartum maupun intrapartum.
Konsekuensi dapat dideteksinya keadaan hipoksia
janin adalah dilakukannya tindakan untuk  mengatasinya
sehingga luaran kehamilan tetap baik.
Intervensi untuk memperbaiki
sirkulasi uteroplasenta sehingga oksigenasi janin
membaik disebut dengan resusitasi intrauterin (West dkk,
1993). Berbeda dengan resusitasi intrauterin, terapi
intrauterin memiliki pengertian intervensi yang dikerjakan
untuk melakukan terapi medik dan atau operatif terhadap
kelainan-kelainan pada janin. Konsep “Fetus Sebagai
Pasien” berkembang seiring dengan semakin majunya
pengetahuan tentang patofisiologi dan perjalanan alami dari
Indikasi Resusitasi Intrauterine
Apabila ditemukan bukti klinis terjadinya hipoksia pada janin, maka
resusitasi intrauterin perlu dilakukan. Kriteria pengamatan janin secara
elektronik disebut tidak meyakinkan, sehingga perlu dilakukan upaya
pemeriksaan yang lebih spesifik atau segera dilakukan resusitasi
intrauterin adalah bila didapatkan satu atau lebih gambaran sebagai
berikut : DJJ basal 100-110x/menit tanpa akselerasi
DJJ basal < 100 dengan akselerasi
Peningkatan variabilitas: > 25x/menit selama > 30 menit
Deselerasi lambat (sedikitnya 1 dalam 30 menit)
Variabilitas berkurang: < 5x/menit selama > 30 menit
Deselerasi lambat persisten (> 50% kontraksi) selama > 15
menit
Takikardia > 160x/menit dengan variabilitas jangka panjang <
5x/menit
Pola sinusoidal
Deselerasi variabel yang terdapat satu atau lebih gambaran:
penurunan relatif  70x/menit atau absolut menurun sampai
70x/menit selama 60 detik, lambat pulih ke DJJ basal yang
persisten, variabilitas jangka panjang < 5x/menit, takikardia >
160x/menit, deselerasi diperpanjang yang rekuren (2 atau lebih
Teknik Resusitasi Intrauterine
Langkah-langkah resusitasi intrauterin secara umum
dimaksudkan untuk membuat kondisi janin menjadi stabil
dalam waktu sesingkat mungkin agar kehamilan
dapat berjalan terus atau setidaknya kehamilan tersebut
dapat dikontrol dan persalinan yang aman dapat dilakukan
pada keadaan yang tidak gawat darurat

Untuk memperbaiki perfusi plasenta dan oksigenasi


janin apabila didapatkan gambaran DJJ yang tidak
meyakinkan adalah: memberikan oksigen pada ibu
menggunakan  face mask sebesar 8-10 L/menit,
posisi miring ke samping, menghentikan atau
menunda pemberian obat-obatan yang menstimulasi
kontraksi uterus, dan apabila volume intravaskuler
dinilai kurang, maka diberikan cairan intravena.
Teknik Resusitasi Intrauterine

Dalam keadaan oligohidramnion, hipoksia janin


dapat terjadi karena kompresi tali pusat.
Amnioinfusi untuk mengoreksi oligohidramnion
dilakukan dengan memasukan cairan saline hangat
intrauterin dapat menurunkan kompresi tali pusat
yang sukar  untuk diperbaiki dengan perubahan
posisi ibu.
Oksigenasi janin dapat ditingkatkan, asidosis
dapat diturunkan, dan pola denyut jantung janin
diperbaiki dengan beberapa macam tindakan
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
Kemungkinan yang
Sebab Perasat-perasat koreksi Mekanisme
dihasilkan pola DJJ
Hipotensi, misal hipotensi Kemungkinan yang Cairan intravena, perubahan Aliran darah uterus
supinasi,konduksi anestesi dihasilkan pola DJJ posisi,efedrine kembali menuju normal
Aktivitas uterine Bradikardi, deselerasi Oksitosin diturunkan, posisi Sama seperti diatas
berlebihan lambat miring
Kompresi tali pusat Variabel deselerasi Perubahan posisi ibu misal Melindungi tali pusat dari
sementara miring ke kiri atau ke kanan, kompresi
trendelenburg.
Amnioinfusion
Kompresi kepala biasanya Variabel deselerasi Dorongan hanya dengan Sama seperti diatas
pada kala II kontraksi bergantian
Aliran darah uterus Deselerasi Lambat Perubahan posisi ibu misal Memperbaiki aliran darah
menurun berhubungan miring ke kiri atau ke kanan, uterine sampai
dengan kontraksi uterus trendelenburg.membuat optimal,kenaikan dalam
dibawah batas kebutuhan hiperoksida ibu . ibu-janin o2  Menurunkan
dasar o2  Tokolitik misal kontraksi
 janin ritrodine/terbutalin atau tonus uterus,

Asfiksia yang Penurunan variabilitas Perubahan posisi ibu misal Memperbaiki aliran darah
berkepanjangan DJJ miring ke kiri atau ke kanan, uterine sampai
Evaluasi Resusitasi Intrauterin

Keputusan mengenai cara dan saat


persalinan pada kasus yang dilakukan
resusitasi intrauterin didasarkan pada
penilaian atas seluruh faktor persalinan
termasuk hasil- hasil pengamatan
kesejahteraan janin.

Hasil resusitasi intrauterin dinilai


berdasarkan perubahan-perubahan atas
parameter yang sebelumnya dipakai untuk
memutuskan dilakukannya resusitasi
intrauterin.

Belum ada kesepakatan mengenai berapa


lama resusitasi intrauterin dapat dilakukan,
tetapi pada kasus-kasus gawat janin
sebaiknya waktu antara ditegakkannya
Terapi Intrauterine

Terapi Intrauterine
Intervensi terapi intrauterin meliputi tindakan
pengobatan dan atau operasi p kelainan-
kelainan pada janin. Pengobatan ditujukan
untuk mengatasi kelainan-kelainan janin
nonanatomik, sedangkan operasi janin
dimaksudkan untuk  mengoreksi kelainan-
kelainan anatomik janin.

Terapi pada janin mempunyai banyak 


keuntungan dibandingkan tindakan yang
dilakukan setelah lahir oleh karena sifat yang
unik dari pertumbuhan dan sifat kelainan janin.
Pengobatan pada janin
intrauterin
Defek Pada Janin Efek Hasil Terapi
Hernia diafragmatik Hipoplasia Paru Gagal pernafasan Open Repair, Oklusi
trachea sementara
Malformasi adenoma Hipoplasia paru Hidrops dan kematian Lobektomi pulmo
kistik  Hidrops terbuka
Stenosis aquaduktus Hidrosephalus Hidrops dan kematian Shunt ventrikuloamnioti
k  Blok
ventrikuloamniotik  Output Rendah Hidrops dan kematian Pacu jantung percutan,
Blok jantung komplit  pacu jantung terbuka
Obstruksi arteri Hipertropi Gagal Jantung Valvuloplasti perkutan
pulmonal atau aorta Ventrikel
TRANSFUSI INTRAUTERIN

Transfusi intrauterine merupakan


prosedur invasif dengan resiko kematian
fetus berkisar 1-3% per prosedur dan lebih
dari 20% untuk hidrops fetalis, tergantung
penyebab anemia yang mendasarinya.
Transfusi intrauterine dapat
dilakukan paling cepat pada usia
kehamilan 16 minggu dan paling lama
pada usia kehamilan 34-35 minggu, tetapi
Salah satu terobosan terbesar dalam kedokteran harus dipertimbangkannya makin
janin adalah pengenalan intraperitoneal perkutan meningkat rasio resiko/ keuntungan harus
transfusi pada 1960-an. Hal tersebut diikuti oleh dipertimbangkan dengan interevensi yang
intravaskular transfusi darah intrauterin (IUT), di sangat lambat.
mana transfusi intravaskular dilakukan dengan
Prosedur tersebut dilakukan dengan
menggunakan USG- guide needle dimasukkan ke
menggunakan guidance ultrasonography
dalam vena umbilikalis
Teknik Transfusi Intrauterine
Dengan ultrasonograafi pencitraaan janin yang mengalami anemia berat dapat diduga dengan
adanya gambaran awal dari hidrops fetalis pada edema kulit dan asites, serta plasenta yang tebal.
Demikian pula adanya velositas darah janin yang meningkat. Pada inkompatabilitas Rhesus yang
terjadi pada anak kedua dst, kecurigaan sudah dapat dibuat dengan adanya peningkatan kadar
bilirubin cairan amnion.

Kini dengan kordosentesis diagnosis hemolisis lebih tepat dengan analisa Hb dan hematokrit janin;
namun patut difahami risiko perdarahan dan kematian janin.
Persiapan transfusi, tersedianya darah golongan O Rh (-) yang dibuat kental dengan
Hematokrit 50%, dan jumlahnya diperhitungkan dengan kadar Hb janin. Transfusi intrauterine
dapat dilakukan dengan cara :
a. intraperitenal,b. intraumbilikal (intravaskular).

Pada intraperitoneal jarum dimasukkan sampai menembus dinding abdomen janin dengan
bantuan USG, pastikan tidak mencederai hati atau usus dengan melakukan aspirasi. Kemudian
darah disuntikan perlahan. Tindakan mungkin perlu dilakukan bila hemolisis janin kembali
memberat sebelum kehamilan 34 minggu.
Pada trasnfusi intraumbilikal: setelah lokasi insersi tali pusat ditentukan dengan USG maka jarum
Indikasi utama untuk transfusi
Indikasi intrauterine adalah anemia janin
karena alloimunisasi sel darah
Transfusi intrauterine sebaiknya hanya merah, tetapi prosedur juga
dilakukan pada anemia derajat sedang sampai dipertimbangkan pada setiap
berat, biasanya didefinisikan sebagai penyakit janin dengan anemia berat,
konsentrasi hemoglobin empat sampai lima termasuk infeksi parvovirus B19
standar deviasi di bawah rata-rata / median dan perdarahan fetomaternal masif.
untuk usia kehamilan atau defisit hemoglobin 5
g /dL atau lebih Transfusi intrauterine harus segera
dilakukan jika MCA-PSV Doppler
melebihi 1,5 kelipatan median
(MoM) dan / atau jika ada tanda-
tanda hidrop, karena keduanya
berkorelasi kuat dengan anemia
janin sedang hingga berat.
AMNIOINFUSI

Amnioinfusi merupakan suatu prosedur melakukan


infusi larutan NaCl fisiologis atau Ringer laktat ke dalam
kavum uteri untuk menambah volume cairan amnion.
Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul akibat berkurangnya volume cairan amnion, seperti
deselearasi variabel berat dan sindroma aspirasi mekonium
dalam persalinan. Tindakan amnioinfusi cukup efektif,
aman, mudah dikerjakan, dan biayanya murah
Indikasi lain adalah untuk mencegah terjadinya
oligohidramnion. Ada juga peneliti yang melakukan
amnioinfusi untuk mempermudah tindakan versi luar pada
presentasi bokong
Tindakan amnioinfusi diindikasikan pada beberapa kondisi & tehnik yang dilakukan juga
tergantung dari indikasi dan tujuan amnioinfusi dilakukan.
Beberapa indikasi amnioinfusi menurut tehnik amnioinfusi yang dilakukan: (Murray M, 2007)
1. Amnioinfusi Transcervikal (saat persalinan):
Your Picture Here And Send To Back
a. Oligohidramnion, dengan Indeks cairan ketuban (AFI) 5 cm atau kurang
b. Ketuban Pecah Dini
c. Untuk mengencerkan mekonium yang kental
d. Deselerasi variabel yang berulang atau prolonged deselerasi selama kala 1 persalinan
e. Pemberian antibiotik setelah ketuban pecah

INDIKASI AMNIOINFUSI

2. Amnioinfusi Transabdominal (sebelum


persalinan)
Amnioinfusi diagnostik, misalnya untuk
membantu pada diagnosis ultrasonografi pada
janin dengan agenesis renal bilateral (Potter’s
syndrome)
Teknik Amnioinfusi
Amnioinfusi dapat dilakukan dengan cara transbdominal atau transservikal (transvaginal). Pada cara
transabdominal, amnioinfusi dilakukan dengan bimbingan ultrasonografi (USG). Cairan NaCl fisiologis
atau Ringer laktat dimasukkan melalui jarum spinal yang ditusukkan ke dalam kantung amnion yang
terlihat dengan ultrasonografi. Pada cara transservikal, cairan dimasukkan melalui kateter yang dipasang ke
dalam kavum uteri melalui serviks uteri.
Selama tindakan amnioinfusi, denyut jantung janin dimonitor terus
dengan alat okografi (KTG) untuk melihat perubahan pada denyut
jantung janin.
Mula-mula dimasukkan 250 ml bolus cairan NaCI atau Ringer
laktat selama 20-30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan infus 10-
20 ml/jam sebanyak 600 ml. Jumlah tetesan infusi disesuaikan
dengan perubahan pada gambaran KTG. Apabila deselerasi variabel
menghilang, infusi dilanjutkan sampai 250 ml, kemudian tindakan
dihentikan, kecuali bila deselerasi variabel timbul kembali. Jumlah
maksimal cairan yang dimasukkan adalah 800-1000 ml. Apabila
setelah 800-1000 ml cairan yang dimasukkan tidak menghilangkan
Selama amnioinfusi
deselerasi dilakukan
variabel, maka monitoring
tindakan dianggapdenyut
gagal.jantung janin, dan
tonus uterus. Bila tonus meningkat, infusi dihentikan sementara
sampai tonus kembali normal dalam waktu 5 menit. Bila tonus
uterus terus meningkat sampai 15-30 mm/Hg di atas tonus basal,
maka tindakan harus dihentikan. Selama tindakan amnioinfusi
seringkali terjadi kebocoran cairan dari kavum uteri.
Columns Style
KONTRAINDIKASI KOMPLIKASI
1. Amnionitis Meskipun amnioinfusi
2. Polihidramnion cukup mudah dan aman
3. Uterus hipertonik  dilakukan, beberapa
4. Kehamilan kembar  komplikasi mungkin
5. Kelainan terjadi selama tindakan,
kongenital janin antara lain:
6. Kelainan uterus 1. Prolapsus tali pusat
7. Gawat janin yang 2. Ruptura pada jaringan
berat parut bekas seksio
8. Malpresentasi janin sesarea
9. pH darah janin 3. Polihidramnion
<7.2 iatrogenik 
10.Plasenta previa 4. Emboli cairan amnion
atau solusi plasenta 5. Febris intrapartum
Thank you
dr. Yuniarty Amra, Sp.OG., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai