Anda di halaman 1dari 10

Festival Cioko

(Festival Hantu Kelaparan)

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Adrian Aprilianto (20421036)
2.Christian Lucky Thunggono (20021021)
3.Felix Gunawan (20611062)
4.Fransiscus Nicholas Rangga (20421003)
5.Mas Syntha Azzahra Sugandi (20421032)
Pengertian
Festival Cioko adalah salah satu
tradisi kebudayaan Tionghoa.
Ritual ini sering dikaitkan dengn
hari raya Taoisme Zhongyuan dan
juga Buddhisme Ulambana.
Perayaan ini jatuh pada tanggal 15
bulan 7 penanggalan Tionghoa.
Bulan ke 7 imlek juga dikenal sebagai bulan hantu ( Chinese Ghost
Month ) dimana ada kepercayaan bahwa dalam kurun waktu satu bulan
ini pintu alam baka terbuka dan hantu hantu didalamnya dapat bersuka
ria pergi ke alam manusia. Adanya pengaruh Buddhisme memunculkan
kepercayaan mengenai hantu-hantu kelaparan (makhluk Peta) yang perlu
dijamu pada masa kehadiran mereka di dunia manusia
Makhluk Peta

‘Peta‘ terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘pa‘ yang berarti


‘ke depan, menyeluruh’, dan ‘ita‘ yang berarti ‘telah pergi,
telah meninggal’. Berbeda dengan makhluk yang berada di
alam neraka yang menderita karena tersiksa, peta atau setan
hidup sengsara karena kelaparan, kehausan dan kekurangan.
Sejarah
Pada tanggal 15 bulan 7 imlek biasanya
dipakai oleh pemerintahan kerajaan pada
zaman dahulu untuk melaksanakan eksekusi
bagi semua tahanan hukuman mati. Acara
eksekusi ini berlaku serentak di seluruh
negeri. Namun bagi keluarga terpidana itu
adalah hari yang sangat menyedihkan.
Mereka biasanya “mengantar” arwah kerabatnya tersebut dengan memasang
altar, memberikan persembahan, dan sebagainya. Karena hari eksekusi tersebut
berlaku serentak diseluruh negeri, suasananya menjadi memang sangat
mencekam dan tentunya penuh dengan suasana duka dan mistis. Sebagian
keluarga lainnya yang tidak mengalami adanya anggota keluarga yang di
eksekusi, karena rasa takut, jadi mereka ikut memberikan sesaji, dengan
harapan agar arwah gentayangan tersebut tidak mengganggu anggota keluarga
mereka. Akhirnya, lama kelamaan Chi Gwee Cap Go tersebut menjadi tradisi
persembahyangan bagi para roh dan arwah yang gentayangan tersebut.
Festival Cioko
Selama Festival Cioko, biasanya
nenek moyang dihormati dengan
persembahan makanan, dupa, dan
uang kertas yang dibakar sehingga
roh dapat menggunakannya.
Persembahan untuk roh yang tanpa
keluarga harus dibuat juga,
sehingga mereka tidak akan
membahayakan kita.
Persembahan ini biasanya dilakukan di altar darurat yang didirikan di trotoar
di luar rumah. Kegiatan selama bulan ini akan mencakup mempersiapkan
persembahan makanan ritual, membakar dupa dan membakar kertas
sembahyang, barang-barang material seperti pakaian, emas dan barang-
barang halus lainnya yang terbuat dari kertas untuk mengunjungi roh-roh
para leluhur.
Pantangan di Bulan Hantu
 Jangan bersiul-siul sendirian di malam hari. Karena para hantu
tersebut akan mengira kalian sedang memanggil mereka dan
akan mengikuti kalian hingga ke dalam rumah.
 Jangan menyentuh, menginjak atau menyapu kertas
sembahyang yang telah menjadi abu, karena itu bisa membuat
“mereka” marah karena makannya diganggu.
 Jangan ngebut saat berkendara melewati tikungan jalan, atau di
dalam terowongan yang sepi dan gelap.
 Jangan meludah dan membuang air kecil sembarangan tanpa
permisi, terutama di bawah pohon.
 Jangan menyentuh atau iseng memakan persembahan yang
ditaruh di tepi jalan.
 Jangan berteriak-teriak di tengah malam, apalagi di
tengah hutan dan mengeluarkan kata-kata tidak sopan.
 Jangan melaksanakan upacara pernikahan selama bulan
ini.
 Jangan mengintip ke bawah altar saat bersembahyang.
Konon ada arwah yang bisa jadi sedang makan disana,
dan tidak mau diganggu.
 Semua makanan yang diletakkan di altar adalah untuk
para arwah umum, maka jangan biarkan anak-anak
menyentuhnya sebelum persembahyangan diakhiri!
 Jangan berkeliaran atau berjalan-jalan malam hari,
terutama jika sedang sendirian.
 Jangan berenang atau melakukan aktivitas apapun di
dalam air pada malam hari, seperti di kolam renang.
 Hindari kegiatan berkemah, mendaki gunung dan
menjelajah hutan, karena tempat-tempat tersebut adalah
tempat favorit mereka.
 Jangan pungut benda apapun yang menarik perhatian di
jalan, terutama koin.
 Jangan dengan sengaja membicarakan hantu, atau
bercanda dengan hal-hal gaib.
 Jangan mengenakan baju-baju berwarna hitam atau merah,
karena mereka sangat tertarik pada 2 warna tersebut.
 Jangan membuka payung dalam rumah! Terutama payung
yang berwarna hitam dan merah, karena terbukanya
payung menandakan kita sedang mengundang mereka
masuk ke dalam rumah.
Makna Festival
Festival Cioko ini bukan saja sekedar
tradisi tetapi juga memiliki makna
yang mendalam. Pertama, kita dapat
menilik pada tujuan diadakannya
sembahyang arwah yaitu mengurangi
penderitaan para leluhur yang telah
meninggal dunia.
Selain memupuk rasa bakti dan penghormatan terhadap jasa-jasa orang
tua dan leluhur yang telah meninggal dunia, tradisi ini juga dapat
menumbuhkan rasa empati kita terhadap semua makhluk bahkan yang
sudah meninggal dunia. Festival ini juga bertujuan membantu orang yang
membutuhkan karena persembahan yang disajikan dibagikan kepada
anggota keluarga maupun orang yang turut hadir disekitar rumah.

Anda mungkin juga menyukai