Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN FILOLOGI DI NUSANTARA

Oleh:
Lailatul Husni
NIM: 22017088

Kelas/Seksi: FBS02304 /202210170003

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

SEMESTER I
TAHUN AJARAN 2022
A. Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah : Pengantar Filologi
Sks :2 Kode: IND1.62.1011
Bahan Kajian : Sejarah Perkembangan Filologi di Nusantara
Pertemuan ke :5
Program Studi : Sastra Indonesia
Fakultas : Bahasa dan Seni
Dosen : Dr. Nurizzati, M. Hum.

B. Materi
Perkembangan Filologi di Nusantara
1. Filologi dan pedagang Barat
2. Filologi di tangan penginjil
3. Kajian filologi terhadap naskah nusantara
PERKEMBANGAN FILOLOGI DI NUSANTARA
1. Filologi dan pedagang barat
Hasrat mengkaji naskah-naskah Nusantara mulai timbul dengan kehadiran
bangsa Barat di kawasan ini pada abad ke-16 . Pertama-tama yang mengetahui
mengenai adanya naskah-naskah lama itu adalah para pedagang. Seterusnya
naskah-naskah itu selalu berpindah tangan karena dijual atau dihadiahkan.
Seorang yang dikenal bergerak dalam usaha perdagangan naskah adalah Peter
Floris atau Pieter Willemsz. Nama lain yang dikenal menerima naskah-naskah
Nusantara dari para pedagang adalah Edward.

2. Filologi di tangan penginjil


Leijdecker, seorang Belanda, menyusun terjemahan bahasa Melayu tinggi dari
Beibel. Kesempatan untuk tinggal di Indonesia memungkinkan dia untuk
menulis tentang berbagai aspek masyarakat Indonesia dalam esai
ensiklopedisnya Oud en Nieuw Oost-Jndien, yang membutuhkan perlakuan
yang bernuansa dan menyeluruh terhadap peradilan mafia Belanda di wilayah
tersebut. Keakrabannya dengan naskah-naskah Nusantara tampaknya
ditunjukkan dalam artikel ini dengan pengutipan sejumlah judul naskah.
Bahasa Melayu yang baik dan penghargaan yang sangat baik untuk sastra dan
bahasa Melayu.
Penginjil lain yang fasih dengan sastra dan bahasa Melayu adalah G. Dalam
bukunya «Maleische Boekzaal,» ia menghasilkan daftar 69 manuskrip Melayu
yang saat ini diketahui ada.

3. Kajian filologi terhadap naskah nusantara


Mengedit, mendiskusikan, dan menganalisis naskah Nusantara adalah tujuan
penelitian filologis, atau terkadang keduanya. Geschiedenis van SriRama karya
Roorda van Eysinga, Een Javaansche geschrift uit de 16 de eeuw karya J.
Friederich, Average Joeda karya Cohen Stuart, dan lain-lain. Misalnya, Sang
Hyang Kamahayanikan, teks Oud-Javaansche dengan inleiding, vertaling en
aanteekeningen karya J. Hang Tuah karya H. Overbeck bernama Hikayat Hang
Tuah, merupakan revisi naskah disertai terjemahannya dalam berbagai bahasa,
khususnya bahasa Belanda. Pengeditan naskah kritis teks, sebagian besar
dilakukan pada abad ke-20, mayoritas menghasilkan pengeditan yang lebih tahan
lama daripada perubahan sebelumnya. Berdasarkan literatur sejarah Sunda
konvensional, F. Jawa Barat merevisi naskah Sunda. Ikram menerbitkan buku
pada tahun 1972, 1968, dan 1975 berjudul Naskah Hikayat Sri Rama Disunting
Dengan Kajian Muhammad Hanafiyyah oleh Brakel
Kamus Melayu-Inggris, Kamus Jawa-Nederlandssch Handwoordenboek karya
Gericke & Roorda, dan Kamus Madura karya H.N.
Beberapa contohnya adalah Ken Tambunan karya Teeuw, Hikayat Merong
Mahawangsa karya Siti Hawa Soleh, Arjuna-wiwaha karya S. Supomo, dan
Jniinasiddhanta karya Haryati Soebadio. Naskah oleh Sunan Bonang, diedit
oleh BJ.O. Pada tahun 1938, Fokker merilis Naskah Wirataparwa edisi revisi
dengan judul Wimtaparwa, opnieuw uitegeven, vertaald en toegelicht. Para
teolog dapat mempelajari manuskrip Melayu dan Jawa sehingga selanjutnya
dapat membuat karya ilmiah dalam disiplin ilmu tersebut setelah mempelajari
isinya. Naskah-naskah Nusantara telah menjadi bahan karya filologis,
beberapa di antaranya disebutkan di atas, khususnya disiplin ilmu humaniora
dan sosial, telah mempromosikan upaya ilmiah yang berbeda, yang hasilnya
telah digunakan oleh berbagai disiplin ilmu. Semua upaya ini telah memenuhi
tujuan filologi, yaitu untuk meningkatkan prinsip-prinsip luhur yang tertanam
dalam budaya masyarakat melalui studi naskah.

Anda mungkin juga menyukai