Anda di halaman 1dari 27

ORBITA

KELOMPOK 2
- ASEP RIO
- S E LV I A E N D A H W
- S I S K A P E R M ATA S A R I
- TSARA ZAFIRAH
PENGERTIAN ORBITA

Rongga orbita adalah rongga yang berisi


bola mata, Orbita terdiri dari organ – organ
vital penglihatan, serta pembuluh darah
dan saraf yang saling berhubungan.
Struktur atau bentuk orbita menyerupai
kerucut.
ANATOMI ORBITA

Orbita terdiri dari 7 tulang :


1. Frontal bone (orbital plate) >
2. Sphenoid bone
<
3. palatine bone
4. Zygomatic bone
5. Maxillary bone
6. Ethmoid bone
7. Lacrimal bone
INDIKASI PEMERIKSAAN

1. Fraktur >
2. Foreign body (benda <
asing)
3. Tumor
ORBITA >

<
OPTIC FORAMINA SELLA TURSICA
OPTIC FORAMINA
>

<

RHESE METODE (PA OBLIQUE) FISSURA ORBITA INFERIOR (PA)

CALDWELL (PA AXIAL) FISSURA ORBITA SUPERIOR (PA)


OPTIC FORAMINA
RHESE METODE (PA OBLIQUE)

PP : Pasien tidur semiprone atau prone di atas meja


pemeriksaan dengan sisi yang akan di periksa menempel
meja pemeriksaan >

PO : Rongga mata yang di periksa di tempatkan di tengah <


kaset.
Bagian pipi dan dagu, menempel pada meja pemeriksaan
dan membentuk bidang horizontal, agar AML (acanthio
menatal line) tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan
MSP kepala membentuk sudut 53 terhadap meja
pemeriksaan.
OPTIC FORAMINA
RHESE METODE (PA OBLIQUE)

CP : Pada kuadran bawah lateral >


orbita yang menempel pada meja
pemeriksaan <
CR : Vertikal tegak lurus
Kaset : 24 x 30 cm (memakai
grid)
FFD : 100 CM
Respirasi : tahan nafas selama
eksposi
OPTIC FORAMINA
RHESE METODE (PA OBLIQUE)

- Tampak foramen opticum di


kadran lateral bawah pada
fossa orbita >
- Tampak foramen opticum
terletak pada ujung <
sphenoid
- Tampak os petrosum di
bawah orbita
- Tampak batas – batas
rongga orbita
OPTIC FORAMINA
CALDWELL PA AXIAL

PP :Prone atau Erect dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan

PO : 1. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dengan lengan diletakkan >
disamping tubuh dalam posisi yang senyaman mungkin.
2. Kepala diposisikan True PA dengan menempatkan dahu dan hidung menempel <
diatas kaset.
3. Posisikan kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film.
4. Lakukan fiksasi dengan menggunakan spon dan sandbag untuk mencegah
pergerakan dari objek kepala pasien.
5. Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto,
tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil.
6. Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang
dihasilkan baik.
OPTIC FORAMINA
CALDWELL PA AXIAL

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang >


CR : 30 derajat caudally setinggi pertengahan
orbita <
CP : pertengahan kedua orbita
FFD : 100 cm
OPTIC FORAMINA
CALDWELL PA AXIAL

KRITERIA RADIOGRAFI

1. Kedua orbita tampak


2. Petrous ridge kiri dan kanan simetris
terproyeksi dibawah bayangan orbita
3. Sinus frontalis dan sinus maxillaris
terproyeksi
4. Jarak Batas Lateral orbita dengan batas
lateral kepala kiri dan kanan sama
(simetris)
OPTIC FORAMINA
FISSURA ORBITA INFERIOR (PA)

Posisi Pasien :
Pasien diposisikan prone atau erect dengan MSP tubuh tepat pada
mid line meja pemeriksaan.
Posisi Objek :
1. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dengan lengan
diletakkan disamping tubuh dalam posisi yang senyaman
mungkin
2. Kepala diposisikan True PA dengan menempatkan dahu dan
hidung menempel diatas kaset
3. Infra Orbito Meatal Line (IOML) diposisikan tegak lurus
dengan meja pemeriksaan dengan mengganjal dahi dengan spon
OPTIC FORAMINA
FISSURA ORBITA INFERIOR (PA)

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang


FFD : 100 cm
CR : 25 derajat cranial/chepalad)
CP : menembus nasion
FISSURA ORBITA INFERIOR (PA)

KRITERIA RADIOGRAFI

1. Anterior masing-masing bagian dasar os


orbita dan FOI tampak terproyeksi diantara
bayangan prosesus pterygoidea dan ramus
mandibula.
2. FOI terproyeksi dalam gambar lingkar orbita
OPTIC FORAMINA
FISSURA ORBITA SUPERIOR(PA)

Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone atau erect dengan MSP tubuh tepat pada
mid line meja pemeriksaan.
Posisi Objek :
1. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dengan lengan diletakkan
disamping tubuh dalam posisi yang senyaman mungkin.
2. Kepala diposisikan True PA dengan menempatkan dahu dan hidung
menempel diatas kaset.
3. Orbito Meatal Line (OML) diposisikan tegak lurus dengan mejapemeriksaan
dengan mengganjal dahi dengan spon.
4. Lakukan fiksasi dengan menggunakan spon dan sandbag untuk mencegah
pergerakan dari objek kepala pasien.
5. Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di
foto, tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil.
6. Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal.
OPTIC FORAMINA
FISSURA ORBITA SUPERIOR(PA)

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang


FFD : 90 - 100 cm
CR : 20-25 derajat caudally setinggi pertengahan orbita
CP : menembus batas bawah orbita (inferior margin)
FISSURA ORBITA SUPERIOR (PA)

KRITERIA RADIOGRAFI

• Tampak bagian superior os petrosum tepat di


atas lingkar bawah (inferior margin) os
orbita.
• FOS tampak terproyeksi memanjang
(elongasi) di medial orbita di antara
gambaran ala magna dan ala parva os
sphenoidale. Tampak batas luas lapangan
penyinaran dan marker R (kanan) atau L
(kiri) .
SELLA TURSICA
>

<

AP AXIAL (TOWNE) LATERAL


SELLA TURSICA
AP AXIAL (TOWNE)

PP : Pasien di posisikan supine di atas meja pemeriksaan,


dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. >
PO : Kepala diposisikan AP
MSP kepala tegak lurus pada bidang film <
Orbito Meatal line (OML) tegak lurus dengan bidang film
Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala
Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon
dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
SELLA TURSICA
AP AXIAL (TOWNE)

CR : Atur sinar menyudut 37° Caudal untuk melihat dorsum


sellae dan posterior Processus clinoideus
Atur sinar menyudut 30° Caudal untuk melihat anterior Processus >
clinoideus.
CP : 7 cm superior dari glabela menembus os occipitale <
dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang
film.
FFD : 100
KASET : 18 X 24 CM (memakai grid)
KOLIMASI : Sesuai dengan bidang kaset
RESPIRASI : Tahan nafas selama eksposi
KRITERIA RADIOGRAF
SELLA TURSICA
AP AXIAL (TOWNE)

• Struktur yang ditampilkan Dorsum sella, anterior dan


posterior Processus clinoideus, foramen magnum, petrous ridge, dan
tulang occipital
• Jarak lateral batas lateral foramen magnum dengan batas
lateral kepala simetris
• Pada penyudutan 37° terlihat Dorsum sella dan posterior
Processus clinoideus
terproyeksi di dalam foramen magnum
• Pada penyudutan 30° terlihat anterior Processus
clinoideus
• Marker R/L tampak di tepi gambar objek
• Densitas dan kontras terlihat jelas
SELLA TURSICA
PROYEKSI LATERAL

PP : Pasien diposisikan duduk tegak atau semi prone


MSP tubuh sejajar dengan bidang film

PO: Kepala diposisikan lateral MSP kepala sejajar


bidang film, garis interpupilary tegak lurus bidang
film.
Atur kedua bahu agar berada pada bidang transversal
yang sama.
Atur kepala sehingga garis IOML sejajar dengan garis
khayal horizontal film.
SELLA TURSICA
PROTEKSI LATERAL

>
CP : 2 cm anterior an 2 cm superior dari MAE
CR : tegak lurus bidang film <
Kaset : 18 x 24 cm (memakai grid)
FFD : 100 CM
Respirasi : tahan nafas selama eksposi
SELLA TURSICA
PROYEKSI LATERAL

- Tampak Sella Tursica proyeksi


lateral di pertengahan film
- Gambaran anatomi sella tursica
terlihat jelas ditandai tidak ada rotasi atau
pergerakan
- Processus clinoideus anterior kiri
dan kanan superposisi
- Processus clinoideus posterior kiri
dan kanan superposisi
- Dorsum sellae dan clivus
blumenbachi terlihat
- Densitas dan kontras terlihat jelas
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai