Anda di halaman 1dari 21

NITISASTRA

ILMU KEPEMIMPINAN HINDU


PENGERTIAN
 Niti:
- kebijaksanaan duniawi
- etika sosial politik
- tuntunan
- ilmu pengetahuan tentang negara
- ilmu bangun politik

Niti: cara bekerja yang baik dan benar (Jawa


kuno)
Niti: ni berarti kemudi, memimpin (Sansekerta)
Nata:mengatur
Natha: Penguasa
(lanjutan)
 Nitisastra adalah ilmu pemerintahan yang
berorientasi pada agama Hindu

 Nitisastra adalah ilmu yang bertujuan untuk


membangun suatu negara baik dari segi tata
negara, tata pemerintahan, dan tata
kemasyarakatan.

 Nitisastra dipelajari dengan tujuan untuk mengenal


dan memahami tata susunan masyarakat Hindu.

 Nitisastra tidak hanya mempelajari tentang ajaran


kepemimpinan saja, tetapi juga tata cara kehidupan
bermasyarakat dan bernegara menurut Hindu
ISTILAH LAIN DARI NITISASTRA:
 Danda Niti: Danda berarti tongkat, dalam hal ini Danda
diartikan sebagai hukum. Danda Niti dapat diartikan
sebagai ilmu yang menekankan sendi-sendi hukum.

 Artha Sastra: Artha berarti tujuan atau harta benda.


Artha Sastra dapat diartikan sebagai ilmu pemerintahan
yang berfungsi mengatur kehidupan negara untuk
mencapai kemakmuran.

 Raja Dharma: ilmu yang menguraikan tentang


kewajiban-kewajiban pemerintah (raja)

 Raja Niti: ilmu yang menekankan tentang kepemimpinan


ALUR BERPIKIR:
Niti Sastra
Menata kehidupan bermasyarakat dan
bernegara
Dharma Agama

Dharma Negara

Perilaku (Dharma)
Individu
Keluarga
Masyarakat
Negara
KEHIDUPAN
BERMASYAR
AKAT DAN
BERNEGARA

DHARMA DHARMA
AGAMA NEGARA
DHARMA AGAMA

 Dharma Agama adalah tugas dan kewajiban yang patut


dilaksanakan oleh setiap umat untuk mencapai tujuan
agama

 Apa saja yang menjadi ajaran agama hendaknya patut


dipedomani, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari

 Dharma agama merupakan santapan rohani yang patut


didalami secara perlahan melalui proses berpikir
mendekatkan diri pada Tuhan

 Kedekatan diri dengan Tuhan ditunjukkan dengan Sraddha


dan Bhakti
MENUMBUHKEMBANGKAN SRADDHA DAN BHAKTI

 Pemberian: proses transformasi pengetahuan agama


dari guru kepada peserta didik dalam suasana belajar
dan pembelajaran melalui metode yang relevan.

 Pemupukan: pemberian “zat penyubur” agar benih dapat


tumbuh dan berkembang dengan normal melalui metode
pemberian tugas dengan maksud pengayaan dan
perbaikan.

 Penghayatan: penginternalisasian materi ajar, agar


menjadi pribadi peserta didik yang dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari (sosial budaya).
(lanjutan)

 Pengamalan: upaya pengembangan diri dalam


pengamalan kehidupan keagamaan, yang
memungkinkan seseorang menjadi insan-insan Hindu
yang berkualitas dimana sraddha bhaktinya secara
nyata dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
TAHAPAN DHARMA AGAMA:

 Menuntun diri dengan ajaran agama

 Menerangi diri dengan tuntunan itu (ajaran agama)


agar dapat membedakan mana hal baik dan buruk

 Memotivasi diri untuk melaksanakan ajaran-Nya

 Menjadikan perbuatan baik itu sebagai sebuah


kebutuhan
VYAKTI DHARMA (DHARMA INDIVIDUAL)

 Sebagai bentuk keyakinan dan penghayatan terhadap


ajaran agama, Vyakti Dharma merupakan implementasi
dari keyakinan dan penghayatan ajaran agama itu.

 Vyakti Dharma merupakan Dharma individual, yang


artinya setiap orang harus melaksanakan Vyakti
Dharma.

 Vyakti Dharma terdiri dari kewajiban-kewajiban individu


sebagai ungkapan dari Dharma Agama.
VYAKTI DHARMA:

1. Dhriti

Dhriti memiliki pengertian sebagai kebijaksanaan yang


dilandasi dengan kesabaran dan kekuatan pada
pengambilan dan pertanggungjawaban terhadap sebuah
keputusan.

Setiap orang sebelum mengambil suatu keputusan


haruslah bersikap sabar, tidak terpengaruh emosional
tinggi. Sedangkan kekuatan yang dimaksud adalah
kepastian dalam hati nurani akan keputusan yang
diambil, yang mendorong keyakinan teguh pada
keputusan itu.
2. Ksama
Ksama memiliki pengertian kesediaan untuk memaafkan.
Memaafkan kesalahan orang lain sungguh berat, tapi
lebih berat lagi memaafkan diri sendiri.

3. Dama
Dama memiliki pengertian sebagai ketenangan hati, yang
menyebabkan orang sadar, serta kesanggupan untuk
menasehati diri sendiri.

4. Indriyanigraha
Indryanigraha berarti mengendalikan hawa nafsu.
Setiap manusia memiliki Kama (nafsu) dalam dirinya,
yang dalam pemuasan nafsu tersebut melalui indrya.
5. Sauca
Sauca berarti kebersihan dan kesucian. Sauca menginginkan
adanya kebersihan secara fisik dan mental, baik di dalam
maupun di luar diri guna tercapainya kesucian. Kesucian akan
bisa diwujudkan dengan selalu menjaga kebersihan diri atau
luar diri.

6. Asteya
Asteya artinya tidak mencuri. Secara sederhana Asteya memiliki
pengertian untuk tidak merampas, mencuri, menyerobot apa
yang menjadi milik orang lain.

7. Akrodha
Akrodha berarti mengalahkan kemarahan. Kemarahan adalah
perbuatan buruk yang teramat mengerikan. Kemarahan bisa
membuat orang yang dikuasai kemarahan itu menjadi
kehilangan kejernihan dalam berpikir dan tidak terkendali
dalam perbuatannya.
8. Vidya
Vidya artinya pengetahuan. Para ahli modern memberikan penjelasan
bahwa pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu. Pengetahuan ialah apa yang diketahui, atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari: kenal,
sadar, mengerti, dan pandai.

9. Dhiya
Merujuk kepada sastra suci Veda, bahwasanya pikiran memiliki
kemampuan untuk berpikir, menganalisa, dan memutuskan.
Dhiya mengarah kepada kekuatan intelektual untuk
membedakan dan memisahkan hal yang baik dari sebuah
kesalahan, kebenaran dari sebuah kepalsuan, dan sebuah
propaganda dari pemeriksaan informasi. Dhiya membantu
seseorang untuk memahami tanggapan moral dan keinginan
untuk melakukan perbuatan yang sesuai. Dhiya adalah
intelektual yang membantu seseorang mengikuti jalan murni
kebajikan manakala seseorang tergoda untuk mengikuti jalan
yang sebaliknya.
10. Satya
Hakekat Dharma adalah kebenaran. Jalan kebenaran
adalah jalan kemajuan dalam keagamaan. Tidak ada
kewajiban suci yang melebihi kebenaran, oleh karena itu
jangan lupa bahwa manusia harus melakukan
kebenaran. Kebenaran adalah hukum dari kehidupan.

11. Arjawa
Arjawa berarti jujur. Dasar setiap usaha untuk menjadi
kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran
seseorang tak akan maju karena belum berani menjadi
dirinya sendiri. Orang yang jujur berarti orang yang
sanggup menjalani hidupnya dengan lurus.
12. Santosha
Santosha adalah kepuasan terhadap sebuah
kesenangan. Perasaan ini biasanya muncul setelah usia
lebih dewasa. Santosha menjadi tanda bahwa tidak lagi
adanya sikap berlebih-lebihan dalm mencari
kesenangan, semuanya tenang dan datar. Karena telah
dialami sebelumnya

13. Tyaga
Tyaga berarti tidak mementingkan diri sendiri. Sikap
mementingkan diri sendiri adalah cerminan
individualistis, bahkan ada warna ketamakan dalam diri
sendiri. Lebih indah bila mampu untuk hidup berbagi,
atau paling tidak disaat mengambil apa yang menjadi
hak kita itu tidak memberikan kerugian bagi orang lain.
14. Apaisunha

Apaisunha berarti menahan diri dari penghinaan, fitnah dan


juga keinginan untuk membalas dendam. Perbuatan
menghina dan memfitnah orang lain adalah perbuatan yang
sangat rendah.

Seseorang tidak akan memperoleh kehormatan apapun dari


perbuatan seperti itu. Saat kebenaran muncul, orang lain
akan tahu bahwa dengan memunculkan penghinaan dan
fitnah, ia adalah orang yang busuk hati dan mulutnya.

Apabila sebuah penghinaan dan fitnah diperoleh, diusahakan


untuk tidak membalas dendam. Anggaplah itu merupakan
penyucian diri kita dari dosa-dosa. Jika kita membalas maka
tiada bedanya kita dengan penghina dan pemfitnah itu.
15. Aloluptva
Aloluptwa berarti tidak tamak atau iri hati. Hati yang diliputi oleh
perasaan iri dan tamak, hanya akan membuat gelap pikiran dan
mendorong seseorang untuk melakukan apa saja demi
tercapainya sebuah keinginan kendati keinginan itu tidak
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri.

16. Hri
Hri memiliki arti senantiasa bersikap rendah hati, sederhana, dan
sopan. Kesederhanan merupakan pangkal dari kerendahan hati,
dan terimplementasi ke dalam sikap sopan dan santun didepan
semua orang.

Orang yang tak memiliki kesederhanaan, cenderung selalu


mengejar kesenangan, memaksa diri untuk konsumtif hanya
supaya tidak disebut ketinggalan zaman, dan cenderung
pragmatis.
DHARMA NEGARA
 Dharma Negara: merupakan tugas dan kewajiban
setiap warga masyarakat terhadap tujuan
negaranya.

 Negara adalah tempat kehidupan untuk dapat


hidup secara tenang, aman, damai, sejahtera
secara lahir dan batin. Oleh sebab itu warga
negara patut berusaha menciptakan kehidupan
yang aman tenteram damai itu.

 Dengan menjaga stabilitas negara dan mematuhi


peraturan-peraturan adalah bentuk Dharma
negara.
MEWUJUDKAN DHARMA NEGARA:

MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN PADA
TUHAN YME

MENGAJEGKAN
KONSEPSI MENINGKATKAN
CATUR PURUSA PEMAHAMAN AJARAN
AGAMA YANG DIANUT
ARTHA DAN
CATUR WARNA

MENINGKATKAN
MENGAJEGK KERUKUNAN
AN KONSEPSI HIDUP BERAGAMA
TRI HITA BAIK INTERNAL
MAUPUN
KARANA EKSTERNAL

Anda mungkin juga menyukai