LINIER
Dosen pengampu : apt. Ratna Dewi Isnaini, M. Farm
•Farmakokinetika linear:
•Menganggap parameter farmakokinetika obat tidak akan berubah bila dosis yang berbeda atau dosis
ganda diberikan
•> Jika dosis meningkat, konsentrasi plasma dan AUC akan meningkat secara proporsional.
(Shargel, 2012)
1. Kejenuhan pada proses absorbsi
Eliminasi Ginjal
Metabolisme
Fenitoin, asam salisilat, teofilin asam
Kejenuhan metabolisme
valproat
Keterbatasan ko-faktor atau enzim Asetaminofe, alkohol
Eksresi bilier
(Shargel,
2012)
Bila dosis yang besar diberikan, diperoleh kurva dengan fase
eliminasi awal yang lambat, diikuti oleh eliminasi yang lebih
cepat pada konsentrasi dalam darah yang lebih rendah
(kurva A). Dengan dosisi obat yang lebih kecil teramati
kinetika orde 1, arena tidak terjadi kejenuhan kinetik (kurva
B). Jika data farmakokinetik hanya diperkirakan dari kadar
darag yang digambarkan oleh kurva B, maka pada kenaikan
dosis dua kali akan memberikan profil dalam darah yang
disajikan dalam kurva C, suatu perkiraan yang rendah dari
konsentrasi obat dan juga lama kerja obat
(Shargel, 2012)
Proses eliminasi enzimatis yang dapat
jenuh
(Shargel, 2012)
Hubungan Vmax, KM dengan enzim
(Rowland
&
-
(Shargel, 2012)
Toksisitas Klinik Karena
Farmakokinetika Nonlinier
• Adanya farmakokinetika nonlinier atau tergantung dosis,
apakah karena kejenuhan proses absorpsi, metabolisme
lintas pertama, ikata, atau ekskresi renal, dapat mempunyai
konsekuensi
r klinik yang bermakna, Tetapi farmakokinetika
nonlinier tidak diperhatikan pada penelitian yang
menggunakan obat rentang dosis dekat pada pasien. Pada
kasus ini, estimasi obat dapat menghasilkan peningkatan
efek samping yang tidak sebanding, tetapi manfaat
terapeutik tidak mencukupi.
• Farmakokinetika nonlinier dapat terjadi di atas, dalam,
atau dibawah rentang terapeutik
(Shargel, 2012)
Bioavailabilitas Obat yang Mengikuti
Farmakokinetika Nonlinier
• Bioavailabilitasnya sulit untuk diperkirakan secara
teliti. Obat-obat yang mengikuti farmakokinetika
linier mengikuti konsep superposisi, dimana tiap
dosis obat superimpose pada dosis sebelumnya.
Dengan adanya kejenuhan jalur untuk absorpsi,
distribusi atau eliminasi obat, bioavailabilitas
obat akan berubah pada dosis tunggal atau pada
dosis berikutnya (ganda).
• Contoh: klorothiazid
(Shargel, 2012)
Pada umumnya, jumlah bioavailabilitas diperkirakan dengan
menggunakan AUC. Jika absorpsi obat dalam saluran cerna
kapasitas terbatas, maka fraksi kecil obat diabsorpsi secara
sistemik saat konsentrasi obat dalam saluran cerna tinggi.
Suatu obat dengan jalur eliminasi jenuh juga mempunyai AUC
yang bergantung konsentrasi, yang dipengaruhi oleh KM dan
Vmax enzim yang terlibat dalam eliminasi obat. Pada CP
rendah, laju eliminasi adalah orde kesatu, begitu pula pada
awal absorpsi dari saluran cerna. Bila lebih banyak obat
diabsorpsi, baik dari dosis tunggal atau setelah dosis ganda,
konsentrasi obat sistemik meningkat ke tingkat kejenuhan
enzim yang terlibat dalam eliminasi obat. Klirens tubuh obat
berubah dan AUC meningkat tidak sebanding dengan
peningkatan dosis.
(Shargel, 2012)
TUGAS 2