Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 3

HELLEN LORENA
(855799893)
IRMA NELLY
(855798924)
MELIA BUDIARTI
(855793799)
RIRIN KUSWANTI
(855791953)
MODUL 3
TAHAP PERKEMBANGAN
BAHASA DAN KEMAMPUAN
BERKPIKIR MATEMATIS
Tahap Perkembangan Bahasa
A. Bahasa dan Komponen Penyusunnya
1. Komponen Penyusun Bahasa
a. Fonologi
Cabang dari linguistic atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar dalam bahasa tertentu.
b. Morfologi
Cabang dari linguistic atau ilmu bahasa yang mengkaji pembentukan kata atau morfem-morfem
dalam suatu bahasa.
c. Semantik
Cabang dari linguistic atau ilmu bahasa yang mengkaji makna yang terkandung dalam bahasa,
kode, atau jenis lain dari repsentasi.
d. Sintax
Aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan benar.
e. Pragmatik
Cabang dari linguistic atau ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa dikaitkan dengan
konteks pemakaiannya.
a. Teori Prespektif Empiris
Menunjukkan bahwa ketika bayi dilahirkan, mereka dikelilingi oleh
bahasa.

b. Teori Prespektif Nativisme


Mengatakan bahwa manusia terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau
language acquisition devuce (LAD).

C. Teori Prespektif Interaksi


Menjelaskan bahwa antara perkembangan bahasa, perkembangan kognitif,
dan
perkembangan berpikir secara umum. Dengan bertambahnya umur
seseorang,
semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat
kemampuannya.
1. Periode Pralinguistik
Tahap perkembangan Bahasa sudah terjadi sejak bayi, walaupun mereka belum dapat bicara atau
mengatakan apa
B. Tahap Perkembangan
yang mereka mau, mereka mengirimkan pesan dengan berbagai cara, seperti ekspresi wajah dan suara
(menangis,
Bahasa
berteriak, tertawa, dan sebagainya).
2.. Periode Holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata. Pada tahap ini, anak belum memulai
mengkombinasikan kata-kata, tetapi mereka sedang belajar untuk menangkap makna yang lebih sulit dari
pada
tahap sebelumnya.
3. Periode Telegrafis
Jika pada tahap holoprase, anak mencoba menyampaikan pesan melalui satu kata, pada tahap telegrafis,
anak
mencoba membentuk makna dengan mengkombinasikan dua kata.
4. Perkembangan bahasa usia dini, kanak-kanak dan remaja
Sebagai pendidik, penting untuk mengetahui tahap perkembangan Bahasa anak. Selain untuk
berkomunikasi,
Bahasa juga digunakan sebagai alat pendeteksi gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses
perkembangannya.
C. Bilinguasme
Elis (Maharani dan Astuti, 2018) berpendapat bahwa pembelajaran bahasa kedua
akan lebih mudah jika seseorang telah menguasai bahasa pertamanya dengan baik
karena kemampuan bahasa pertama dapat berguna dalam proses pembelajaran
bahasa kedua. Berbeda dengan proses pemerolehan bahasa pertama, bahasa kedua
pada umumnya diperoleh dari proses sadar melalui pembelajaran.
Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1989) meneliti pemerolehan bahasa kedua,
khususnya bahasa Inggris oleh anak sekolah dasar (SD). Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan hal sebagai berikut:
1) Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6-12 tahun
sehingga
pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus dilakukan dengan maksimal.
2) Pada pembelajaran usia 6-8 tahun, kemampuan yang lebih ditonjolkan adalah
penguasaan fonologi (tata bunyi/pelafalan).
3) Pada usia 9-12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada penguasaan morfologi dan
sintaksisnya karena fonologi sudah dikuasai saat mereka berapa pada usia 6-8 tahun.
A. Pandangan Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis

1. Definisi Berpikir Matematis


Kemampuan Berpikir Matematis
Menurut Fajri (2017), dalam proses berpikir matematis, pembelajaran yang
dilaksanakan tidak hanya berlangsung dalam arah (one way communication),
tetap
harus melalui proses interaksi yang bersifat dua arah (two way
communication), yaitu
antar sesama siswa, siswa dengan guru, serta siswa dengan lingkungan dan
sumber
belajar. Dalam prosesnya, pelaksanaan pembelajaran harus dapat memberikan
tantangan bagi siswa untuk secara kompleks terkait konsep materi yang
sedang
dipelajari. Sebagai seorang calon pendidik, Anda juga perlu mengetahui
macam- macam
siswa dalam memecahkan masalah matematis.
kesuksesan, siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan
dirinya
pada kesuksesan

b. Campers merupakan sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk


menanggapi
tantangan yang ada, tetapi tidak mencapai puncak kesuksesan dan mudah puas
dengan
apa yang sudah dicapai.

c. Quitters merupakan sekelompok orang yang lebih memilih menghindar dan


menolak
kesempatan yang ada, mudah putus asa, mudah menyerah, cenderung pasif,
dan tidak
bergairah untuk mencapai puncak keberhasilan.
a. Memahami konsep bilangan kardinal
Bilangan kardinal adalah bilangan yang menunjukkan sebuah kuantitas.
2.3,Memahami
Contoh, 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9,Konsep
10, dan seterusnya. Beberapa peneliti (seperti
Gelman dan Gallistel,Bilangan
1978) mengatakan bahwa anak dikatakan paham angka
ketika mereka dapat: 1. menggunakan semua label nomor dengan urutan yang
benar: 2. menggunakan semua label nomor dalam dengan objek yang mereka
hitung: 3. mengatakan angka akhir dalam urutan perhitungan untuk
mengatakan berapa banyak benda dalam satu himpunan.

b. Memahami konsep bilangan ordinal (asli)


Dalam memahami konsep bilangan ordinal, seorang anak harus mengenal terlebih dahulu
sistem
numerik. Sistem numerik adalah simbol atau kumpulan dari simbol yang
merepresentasikan sebuah
bilangan. Contoh, simbol dari bilangan sebelas adalah 11. Namun, jika seorang anak telah

memahami sistem numerik, bukan berarti mereka sudah dikatakan bisa berpikir secara
matematis.
1. Pandangan teori interaktif (interactive theory)
Dalam konteks pembelajaran matematika menekankan pentingnya interaksi antara
B. PANDANGAN
guru, siswa, TEORI
dan materi pelajaran. Teori iniKEMAMPUAN
menganggap bahwa pembelajaran
matematika terjadi melalui interaksi aktif antara siswa dan guru, serta melalui
MATEMATIKA
interaksi
siswa dengan materi pelajaran dan dengan siswa lainnya. Dalam teori interaktif,
guru
berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif,
berpikir
kritis, dan berkolaborasi dalam memecahkan masalah matematika. Guru juga
menggunakan berbagai strategi interaktif, seperti diskusi kelompok, kerja dalam
pasangan, atau pemodelan langkah-langkah penyelesaian masalah, untuk
memfasilitasi
pemahaman dan pembelajaran matematika.
alami yang
dimiliki individu. Teori ini berpendapat bahwa kemampuan matematika ada
dalam bentuk
potensial di dalam pikiran manusia sejak lahir. Menurut pandangan nativisme,
individu
memiliki kemampuan bawaan untuk memahami konsep-konsep matematika
secara
intuitif. Misalnya, kemampuan untuk memahami hubungan kuantitas, mengenali
pola, dan
memahami konsep ruang dianggap sebagai kemampuan yang dimiliki secara
alami. Teori
nativisme juga menekankan bahwa lingkungan dan pengalaman belajar
memainkan peran
penting dalam mengembangkan dan memperkuat kemampuan matematika yang
ada
secara bawaan.
dan
pengamatan terhadap objek dan peristiwa matematika di dunia nyata. Mereka
mengumpulkan data dan mengidentifikasi pola, hubungan, dan prinsip
matematika melalui
pengamatan dan eksperimen. Dalam konteks pendidikan matematika, pandangan
empirisme menekankan pentingnya memberikan pengalaman belajar yang relevan
dan
nyata bagi siswa. Guru perlu mengaitkan konsep matematika dengan situasi dunia
nyata,
memberikan contoh konkret, dan mendorong siswa untuk melakukan eksperimen
dan
pengamatan yang terkait dengan matematika. Teori empirisme berpendapat bahwa
hal
yang harus diketahui oleh anak dalam belajar matematika adalah membedakan
antara
angka dan jumlah.
C. PENALARAN DAN PENYELESAIAN MASALAH SECARA
MATEMATIS
1. Penalaran Aditif Penalaran aditif
Adalah bentuk penalaran yang terkait dengan operasi penjumlahan. Ini melibatkan kemampuan
untuk memahami dan menggunakan prinsip-prinsip penjumlahan, seperti asosiatif, komutatif, dan
distributif, untuk memecahkan masalah matematika yang melibatkan penjumlahan. Dalam
penalaran aditif, individu dapat menggunakan prinsip-prinsip penjumlahan untuk memecahkan
masalah, seperti menggabungkan jumlah, membagi jumlah menjadi bagian-bagian yang sama
dengan menjumlahkan dan mengurangi.

2. Penalaran multiplikatif
Dalam penyelesaian masalah secara matematis melibatkan pemahaman dan penerapan konsep
dan prinsip-prinsip perkalian. Dalam penyelesaian masalah, penalaran multiplikatif dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang melibatkan operasi perkalian, seperti
menghitung luas, volume, atau mengalikan jumlah dengan suatu bilangan.
Terimakasih
Kesimpulan
Terdapat lima buah komponen bahasa, yaitu fonologi, morfologi,
semantik, sintax, dan pragmatik. Teori yang membahas tahapan
perkembangan bahasa yaitu Teori empiris, Teori nativisme, dan Teori
interaksi. Perkembangan bahasa meliputi tiga tahapan, yaitu
pralinguistik, holophrase, dan telegrafis.
Terdapat dua penalaran dalam menyelesaikan masalah matematis, yaitu
Penalaran aditif dan Penalaran multiplikatif. Selanjutnya terdapat tiga
macam cara manusia dalam memecahkan masalah, yaitu climbers,
campers, dan quitters.

Anda mungkin juga menyukai