Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

GEREJA

MATERI 2
B. GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN
YANG TERBUKA
B. GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN YANG TERBUKA

Tujuan Pembelajaran:
Memahami arti dan makna Gereja sebagai
persekutuan yang terbuka sehingga pada akhirnya
peserta didik dapat mangambil bagian dalam
mewujudkan sifat-sifat dan karya pastoral Gereja
dalam hidupnya serta menjadi agen dalam
pengembangan moral hidup kristiani dalam
masyarakat.
Perhatikan Gambar
Paus Fransiskus disambut oleh Putera Mahkota Abu Dhabi,
Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan ketika tiba
di Ibu Kota Uni Emirat Arab
Kerukunan Beragama
Dalam UUD pasal 29 ayat 1 dan 2 dikatakan:
Ayat 1 : “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha
Esa.
Ayat 2 : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Rumusan-rumusan di atas menunjukkan bahwa di


Indonesia, semua agama berkedudukan sama di mata
hukum. Maka, pemerintah dan negara berperan penting
untuk menjamin agar hak warga negara berkaitan dengan
kebebasan beragama dan kebebasan menjalankan ibadat
tidak ditindas dan dihalangi oleh kelompok lain.
Di antaranya Imam Masjid Al-Azhar dan Paus Fransiskus
mendatangani Dokumen Persaudaraan Manusia

Bhineka Tunggal Ika Walau berbeda tapi tetap satu.


Maka perbedaaan itu diatur dalam UUD, UU dan
Pancasila.
1. Kenapa tidak satu agama saja
2. Produk seperti sarana agama
3. Ijin mendirikan rumah ibadat
Dokumen Abu Dhabi :
Tentang Persaudaraan Manusia untuk
Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama

* Teks
1. Apa itu dokumen Abu Dhabi?
2. Mengapa dokumen ini dianggap sangat
penting?
3. Apa kaitan dokumen ini dengan Gereja
sebagai persekutuan yang terbuka?
4. Sebagai umat beragama, apa
pandanganmu sendiri tentang Gereja
sebagai persekutuan yang terbuka?
Penjelasan:

* Dokumen atau deklarasi Abu Dhabi


merupakan dokumen penting dan
bersejarah bagi Gereja Katolik. Dokumen
ini menandakan bahwa Gereja Katolik
membuka diri untuk membangun
persaudaraan sejati bagi umat manusia
atau disebut juga sebagai dokumen yang
mencirikan persaudaraan manusia untuk
perdamaian dunia dan kehidupan.
* Dokumen Abu Dhabi menjadi peta jalan
atau petunjuk jalan yang sungguh berharga
dalam membangun dan menciptakan
perdamaian dunia yang harmonis dan
toleran di antara umat beragama.
Dokumen ini juga berisi beberapa
pedoman penting untuk diseberluaskan ke
seluruh umat, bahkan sampai ke akar
rumput.
Memperhatikan dan menanggapi
Gambar
Pertanyaan:

1. Apa makna gambar model Gereja yang pertama? (gbr. kiri)


2. Apa makna gambar model Gereja kedua (gbr.kanan)
3. Apa bedanya antara model Gereja institusional dan hierarkis-
piramidal (gbr.kiri); dan Gereja persekutuan Umat Allah
(gbr.kanan)?
4. Apa pengaruh dari masing-masing model Gereja tersebut?
Gambar Kiri : Gereja Umat Allah Model Institusi
Piramidal

Sebelum Konsili Vatikan II Gereja mempunyai


model/bentuk institusional, hierarkis piramidal:
1. Para hierarki (Paus, Uskup, dan para tahbisan)
menguasai Umat.
2. Organisasi (lahiriah) yang berstruktur piramidal,
tertata rapi.
3. Mereka memiliki kuasa untuk menentukan
segala sesuatu bagi seluruh Gereja.
# Sedangkan Umat hanya mengikuti saja hasil
keputusan hierarki.
4. Model ini cenderung “imamsentris” atau
“hierarki sentris” artinya hierarki pusat gerak
Gereja.
5. Gereja model piramidal cenderung
mementingkan aturan, lebih statis dan sarat
dengan aturan.
6. Gereja sering merasa sebagai satu-satunya
penjamin kebenaran dan keselamatan bahkan
bersikap triumfalistik (memegahkan diri).
Gambar Kanan : Gereja Umat Allah Model
Persekutuan Umat
Setelah Konsili Vatikan II, ada keterbukaan dan pembaharuan cara
pandang pada Gereja sebagai persekutuan Umat:
1.Gereja tidak lagi “hierarki sentris” melainkan Kristosentris” artinya
Kristuslah pusat hidup Gereja. Sedangkan kaum hierarki, Awam, dan
Biarawan-Biarawati sama-sama mengambil bagian dalam tugas Kristus
dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan talenta dan
kemampuannya masing-masing.

2.Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog untuk semua orang.
Gereja meyakini bahwa di luar Gereja pun terdapat keselamatan.

3.Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang memberikan


penekanan pada kolegialitas episkopal (keputusan dalam
kebersamaan).
4. Adanya pembaharuan (aggionarmento) yang mendorong Umat untuk
terlibat dan berpartisipasi serta bekerjasama dengan para klerus.

5. Kepemimpinan Gereja; Didasarkan pada spiritualitas Yesus yang


melayani para murid-Nya.
Maka konsekuensi yang dihadapi oleh Gereja sebagai Umat Allah adalah:
@ hierarki yang ada dalam Gereja bertindak sebagai pelayan bagi
Umat dengan cara mau memperhatikan dan mendengarkan Umat.
@ keterlibatan Umat untuk mau aktif dan bertanggung jawab atas
perkembangan Gereja juga menjadi hal yang penting.
@ Maka, hierarki dan Umat/awam diharapkan dapat menjalin kerja
sama sebagai partner kerja dalam karya penyelamatan Allah di dunia.
Gerakan pembaruan yang terjadi dalam Gereja nampak dalam:
* Umat punya hak dan wewenang yang sama (tetapi tetap ada batasnya),
khususnya ikut menentukan gerak kegiatan liturgi di Paroki melalui
wadah Dewan Paroki.

* Gerakan pembaruan ini tidak hanya menyangkut kepemimpinan Gereja


saja melainkan lebih dari itu menjangkau masalah-masalah dunia.

* Susunan Kepengurusan Dewan Paroki bukan lagi Piramidal , melainkan


lebih merupakan kaitan yang saling bekerjasama dan saling melengkapi .
Intinya Gereja mengundang orang beriman untuk berkomunikasi terlibat
dan diubah.
Refleksi
• Membuat karya berkaitan dengan toleransi
umat beragama

Anda mungkin juga menyukai