Anda di halaman 1dari 23

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

ANIS NIKMATUL NIKMAH, SST, Bd.M.Kes.


Definisi

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Faktor Penyebab Kekerasan

Kekerasan terhadap Perempuan


dalam Perspektif Gender

Perlindungan Hukum terhadap


Perempuan Korban Kekerasan
Definisi

• Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan


dan pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis,
fisik dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap
individu yang lain dalam hubungan rumah tangga atau
hubungan intim (karib).
• Kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
termasuk penderitaan secara fisik, seksual, psikologis
dan penelantaran .Termasuk juga ancaman yang
menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah
tangga.
Definisi
• Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan,
Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT).Di dalam KUHP,
pengertian kekerasan diatur dalam Pasal 89 KUHP yang
menyatakan bahwa”membuat orang pingsan atau tidak berdaya
disamakan denganmenggunakan kekerasan”.Deklarasi
Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, pada Pasal 1
menegaskan mengenai apa yang dimaksud dengan “kekerasan
terhadap perempuan” yaitu setiap tindakan berdasarkan
perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual
atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
wenang, baik yang terjadi di depan umum maupun dalam
kehidupan pribadi.
Definisi

• Pengertian lain menyebutkan bahwa :


• Kekerasan pada perempuan dapat diartikan sebagai
tindakan atau sikap yang dilakukan dengan tujuan
tertentu sehingga dapat merugikan perempuan baik
secara fisik maupun secara psikis
Bentuk – Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan
• Memukul
Kekerasan Fisik • menampar
• Mencekik

Kekerasan • Mencium
Seksual • Memaksa berhubungan seksual

• Mengambil barang korban


Kekerasan • Menahan atau tidak memenuhi
Finansial kebutuhan finansial korban
Bentuk – Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan

• Berteriak
Kekerasan • Menyumpah
psikologis • Melecehkan

• Merendahkan keyakinan dan


kepercayaan korban
Kekerasan • Memaksa korban meyakini dan
spiritual mempercayai kepercayaan
tertentu
Kategori Kekerasan terhadap Perempuan
• Termasuk dalam kategori ini adalah penamparan,
Physi pemukulan, pembakaran, penendangan, penembakan,
cal
Batter penusukan, dan semua bentuk kekerasan fisik non seksual
ing

• Yang termasuk dalam kategori kedua adalah semua kekerasan yang


Sexua berkaitan dengan seksualitas seperti pemukulan di payudara atau
l
Batter kelamin, dan perkosaan secara oral, anal, dan vaginal.
ing

• Kategori yang ketiga ini selalu dianggap paling minimal dampaknya namun
Psych
kenyataannya justru yang paling menyakiti korban. Banyak perempuan yang
ologic mengalami kekerasan melaporkan bahwa psychological batteringmerupakan
al
batter kekerasan yang paling merusak keadaan jiwa mereka .
ing

The
destr
• Kategori yang terakhir ini merupakan kategori yang tidak lazim
uctio dilakukan oleh para pelaku kekerasan, baik dalam segi sandang,
n
pets papan, maupun properti lain milik korban.
and
prop
erty
Kekerasan yang paling sering dialami oleh para
perempuan
1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
• Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau kekerasan
domestik adalah segala bentuk perilaku kekerasan yang terjadi
dalam lingkup kehidupan keluarga.
• Pelaku biasanya adalah sosok yang mempunyai peran otoritas
atau berstatus lebih kuat (suami atau orang tua), sedangkan
korban adalah anggota keluarga yang berstatus subordinat
atau lebih lemah (istri atau anak).
• Kekerasan dalam rumah tangga sering kali bersembunyi di
balik tatanan budaya paternalistik patriarki, yang menempatkan
suami sebagai sebagai kepala keluarga wajib dipatuhi. Istri
sebagai ibu rumah tangga yang wajib melayani. Selain itu, anak
yang harus tunduk dan patuh kepada orang tua.
Dampak kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan yaitu
Merupakan sindroma psikologik yang
ditemukan pada perempuan hidup
dalam siklus KDRT yang
Battered berkepanjangan. Dicirikan dengan
women perilaku tak berdaya, menyalahkan
syndrome diri, ketakutan akan keselamatan diri
dan anaknya, serta ketidakberdayaan
untuk menghindar dari pelaku
kekerasan.
Dampak kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan yaitu

Merupakan problem mental serius


yang terjadi pada korban yang
mengalami penganiayaan luar biasa
Gangguan (perkosaan, penyiksaan, dan
stres ancaman pembunuhan). Ciri khas dari
stres pascatrauma (PTSD) adalah
pascatrauma penderita tampak selalu tegang dan
ketakutan, menghindari situasi –
situasi tertentu, gelisah, tidak bisa
diam, takut tidur, takut sendirian, serta
mimpi buruk, seperti mengalami
kembali peristiwa traumatisnya
Dampak kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan yaitu

Merupakan problem kejiwaan yang


paling sering ditemukan pada korban
KDRT. Gejala yang khas adalah
perasaan murung, kehilangan gairah
Depresi hidup, putus asa, perasaan bersalah
dan berdosa, serta pikiran bunuh diri
sampai usaha bunuh diri. Gejala
depresi sering terselubung dalam
wujud keluhan fisik, seperti kelelahan
kronis, problem seksual, kehilangan
nafsu makan (atau sebaliknya), dan
gangguan tidur
Dampak kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan yaitu
Merupakan gangguan cemas akut
yang sering dijumpai korban KDRT.
Penderita mengalami serangan
ketakutan katastrofik bahwa dirinya
akan mati atau menjadi gila
Gangguan (biasanya didahului keluhan subjektif,
panik seperti sesak napas, perasaan
tercekik, berdebar – debar, atau
perasaan durealisasi). Ganguan
panik yang tidak ditangani dengan
benar akan berkembang menjadi
agorafobia, yakni takut keramaian
dan cenderung menghindar dari
kehidupan sosial.
Dampak kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan yaitu
Perempuan korban KDRT sering kali
datang ke fasilitas kesehatan dengan
keluhan fisik kronis, seperti sakit
kepala, gangguan pencernaan,
sesak napas, dan jantung berdebar.
Keluhan Namun, pada pemeriksaan medis
psikosomatis tidak ditemukan penyakit fisik.
Kondisi ini disebut sebagai gangguan
psikosomatis. Keluhan psikosomatis
bukan gangguan buatan atau
sekadar upaya mencari perhatian.
Namun, merupakan penderitaan
yang sungguh dirasakan penderita,
yakni konversi dari problem psikis
yang tak mampu diungkapkan.
Kekerasan yang paling sering dialami oleh para
perempuan

2. Perkosaan
• Perkosaan adalah hubungan seksual yang dilakukan
tanpa kehendak bersama, dipaksakan oleh satu pihak
pada pihak yang lainnya.
• Korban dapat berada di bawah ancaman fisik dan atau
psikologis, kekerasan, dalam keadaan tidak sadar atau
tidak berdaya, berada di bawah umur, atau mengalami
keterbelakangan mental sehingga tidak sungguh –
sungguh mengerti, atau dapat bertanggung jawab atas
apa yang terjadi padanya.
Dampak perkosaan terhadap perempuan yaitu

Dapat terjadi luka – luka di alat


kelamin dan sekitarnya, anus,
Dari segi fisik mulut, maupun bagian – bagian
tubuh lain, pendarahan, infeksi,
dan penularan penyakit seksual,
kehamilan bahkan kematian.
Dampak perkosaan terhadap perempuan yaitu

1. Fase akut (segera setelah serangan


terjadi)
Pada fase ini individu
mengalami shock dan rasa takut yang
sangat kuat, kebingungan, dan
disorganisasi serta rasa lelah dan
Dari segi lemah yang intens. Karena itu,
terdapat kemungkinan korban tidak
psikologis dapat menjelaskan secara rinci dan
tepat apa yang sesungguhnya terjadi
pada dia, siapa penyerangnya, ciri –
ciri penyerang secara detil dan
seterusnya.
Dampak perkosaan terhadap perempuan yaitu

2. Fase kedua (adaptasi awal)


Individu menghayati emosi negatif
seperti pemberontakan, rasa marah
ketakutan, terhina, rasa malu, dan jijik
yang kemudian dapat ditanggapi melalui
represi dan pengingkaran (upaya untuk
Dari segi mencoba menutupi pengalaman
psikologis menyakitkan, menolak mengingat lagi
atau minimalisasi, menganggap yang
terjadi bukan suatu hal yang sangat
serius. Korban dapat menampilkan
ekspresi emosi yang sangat kuat
(menangis, eksplosif) atau tampil tenang
dan dingin, seolah – olah tanpa
penghayatan.
Dampak perkosaan terhadap perempuan yaitu

3 . Fase reorganisasi jangka panjang


Fase ini dapat membutuhkan waktu
bertahun – tahun hingga individu keluar dari
trauma yang dialami dan sungguh –
sungguh menerima apa yang terjadi
sebagai suatu yang faktual. Pada fase ini,
individu tidak jarang masih menampilkan ciri
Dari segi – ciri depresi, serta mengalami mimpi –
psikologis mimpi buruk atau kilas balik. Tidak jarang
terjadi gangguan dalam fungsi dan aktivitas
seksual misalnya ketakutan pada seks,
hilangnya gairah seksual, dan
ketidakmampuan menikmati hubungan
seks. Bahkan mengalami dysparenuia
(merasakan sakit saat berhubungan seks)
maupun vaginismus (kekejangan otot – otot
vagina).
Faktor Penyebab Kekerasan terhadap
Perempuan

 Kemandirian ekonomi istri


 Perselingkuhan suami.
 Campur tangan pihak ketiga
 Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama
 Budaya patriarki
 Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan)
Kekerasan terhadap Perempuan dari Perspektif
Gender
 Paham gender memunculkan perbedaan laki-laki dan perempuan,
yang sementara diyakini sebagai kodrat Tuhan
 Oleh karena gender bagaimana seharusnya perempuan dan laki-
laki berfikir dan berperilaku dalam masyarakat.
 Perbedaan perempuan dan laki-lakiakibat gender ternyata
melahirkan ketidak adilan dalam bentuk sub-ordinasi,dominasi,
diskriminasi, marginalisasi, stereotype.
 Bentuk ketidak adilan tersebut merupakan sumber utama
terjadinya kekerasan terhadap perempuan
 Hal tersebut di atas terjadi karena adanya keyakinan bahwa kodrat
perempuan itu halus dan posisinya di bawah laki-laki, bersifat
melayani dan tidak sebagai kepala rumah tangga. Dengan
demikian maka perempuan disamakan dengan barang (properti)
milik laki-laki sehingga dapat diperlakukan sewenang-wenang.
Pola hubungan demikian membentuk sistem patriarki.
Perlindungan Hukum terhadap Perempuan
Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

 Perlindungan hukum adalah setiap usaha yang


dilakukan oleh pihak-pihak untuk menanggulangi
kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam
bentuk fisik, psikologis, seksual dan kekerasan ekonomi.
 Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum
bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga,
bisa siapa saja misalnya dapat dilakukan oleh keluarga
korban, tetangga korban, tokoh masyarakat, aparat
penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial
dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai