07 BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA DALAM PANDANGAN BUDDHA PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA
Totok, S.Ag, M.Hum
MKDU SEMUA JURUSAN Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2018 BUDAYA AKADEMIK?
• Budaya akademik (academic culture) adalah kebiasaan-
kebiasaan suatu komunitas terpelajar dalam menggali pengetahuan dan kebenaran melalui cara-cara atau langkah yang ilmiah. • Budaya akademik akan terbentuk jika sebagai mahasiswa mempunyai sikap ilmiah yang matang dalam civitas akademika. Menurut Muslich (2008:1) sikap ilmiah meliputi sikap ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, menghargai pendapat dan karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran dan berorientasi ke masa depan. Ciri masyarakat akademis
• Sikap ingin tahu: kemauan untuk terus belajar
• Kritis: tidak langsung menerima dengan tanpa mempertanyakan lebih dahulu • Terbuka: bersedia menerima kemungkinan-kemungkinan pemikiran lain • Objektif: melepaskan diri dari penilaian diri (suka-tidak suka) • Menghargai pendapat dan karya orang lain: menghindari plagiarisme, jujur menyertakan sumber dari yang lain • Bertanggungjawab: Berani mempertahankan kebenaran sesuai dengan kaidah ilmiah • Berorientasi ke masa depan: memperlajari sesuatu untuk kebaikan dan kemaslahatan masa depan Ajaran Buddha tentang Budaya akademik: - Sikap pembelajar Sidharta Gautama hingga mencapai pencerahan - Dhammapada syair 152 mereka yang tidak mau belajar seperti sapi jantan yang bertambah dagingnya tetapi keijaksanaanya tidak berkembang - Mangala Sutta: Mempunyai banyak pengetahuan dan keterampilan, bertuturkata baik dan bertatasusila itulah berkah utama - Kejujuran (sacca) adalah hal yang utama - Ehipassiko: datang, lihat, buktikan - Dhammavicaya: penyelidikan terhadap ajaran Buddha Kalama Sutta • “Marilah, Suku Kalama. Jangan percaya hanya karena telah mendengarnya berulang-ulang, ataupun karena tradisi, ataupun karena kabar angin, ataupun karena tertulis dalam kitab suci, ataupun karena menduga, ataupun sekedar penalaran logis, penalaran melalui kesimpulan, pemikiran berdasarkan perenungan, ataupun karena seseorang yang terlihat meyakinkan, ataupun karena pertimbangan tersebut menganggap ‘Pertapa ini adalah guru kami.’ Ketika dirimu sendiri mengetahui : ‘Hal ini adalah buruk, tidak patut, dicela oleh para bijaksana; bila dipatuhi dan dilaksanakan, hal ini dapat membawa pada bahaya dan penderitaan, ‘ tinggalkanlah hal itu. Ketika kamu mengetahuinya sendiri bahwa : ‘Hal ini baik, tidak tercela, dipuji para bijaksana; patuhi dan laksanakan, hal tersebut akan membawa manfaat dan kebahagiaan,’ ambillah dan menetaplah disana.” Etos Kerja Buddhis
Etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang
berakar pada keyakinan fundamental yang disertai paradigma kerja yang integral (Sinamo, 2011:26).
Lewis Richmond (2000: 12-15) dalam bukunya Work
as a spiritual practice menjelaskan kerja dalam pandangan Buddhisme Zen dimana kerja seorang Buddhis merupakan latihan-latihan pembentukan nilai-nilai spiritual dan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya pencapaian pencerahan. Empat faktor sukses
• Chanda yaitu antusias, menyenangi pekerjaanya.
Apapun pekerjaan yang kita pilih harus disenangi sehingga kita antusias dalam melakukannya. • Viriya yaitu semangat, energi untuk terus melakukan yang terbaik. Tidak mudah loyo, patah semangat dan putus asa. • Citta yaitu fokus pada apa yang sedang dikerjakan. Penuh perhatian dan tidak lengah dalam mengerjakan sesuatu. • Vimamsa yaitu melakukan evaluasi, refleksi dan pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan Terima Kasih Totok Tejamano, S.Ag, M.Hum
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita