• Orient = timur, Occident = barat • Orient (timur), orientalis, orientalisme • Orientalisme (‘ilm al-istisyraq) = ilmu tentang ketimuran • Orientalis (mustasyriq) = orang yang ahli ketimuran • Timur = selain Eropa, Amerika dan Australia • Timur = wilayah antara Timur Dekat (wilayah Turki dan sekitarnya) hingga Timur Jauh (Jepang, Korea, China), antara Asia Selatan hingga negeri-negeri muslim bekas Uni Soviet, dan antara Timur Tengah hingga Afrika Utara. • Obyek kajian orientalisme meliputi sastra, sejarah, agama, hukum, adat istiadat, seni, dan lain-lain. • Islam lebih banyak dianut oleh masyarakat Timur, sehingga Islam dan umat muslim juga menjadi obyek kajian orientalisme. • Istilah yang tepat untuk ahli keislaman sebenarnya adalah islamis, bukan orientalis, sebagaimana ahli keindonesiaan disebut indonesianis. • Persinggungan Barat dengan Timur (Islam) sejak era kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol-Portugal), Perang Salib dan imperialisme (penjajahan). Tujuan Orientalisme • 1) Missionarisme (dakwah). Hal ini terutama dilakukan para orientalis era awal ketika hubungan Kristen dan Islam kurang harmonis. Mereka menerjemahkan al-Qur’an ke dalam beberapa bahasa Eropa dengan tujuan mencari kelemahan kitab suci itu. Tujuan pendakwahan Injil akan selalu ada meski dengan cara yang halus. • 2) Imperialime (penjajahan). Ketika industri berkembang di Barat sedang bahan mentahnya terbatas, mereka mulai menjajah ke dunia Timur. Orientalisme memainkan perannya sebagai landasan mengambil kebijakan terhadap negeri jajahan. Contoh: Christian Snouck Hurgronje (penasehat Belanda untuk Indonesia/Hindia Belanda), Macdonald (penasehat Inggris untuk India), Bernard Lewis (penasehat AS dan Israel untuk Palestina), Louis Massignon (penasehat Prancis untuk wilayah Afrika Utara), dsb. • 3) Intelektualisme (pengembangan ilmu pengetahuan). Ini baru terjadi setelah berkahir Perang Dunia II atau paruh kedua abad XX. Contoh: Angelika Nauwitsh (orientalis Jerman yang ahli kajian al-Qur’an). • Pembagian tiga tujuan di atas hanya untuk mempermudah dalam periodesasi. Artinya, sejak awal juga ada orientalis yang jujur, hanya bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. • Tidak sedikit orientalis yang akhirnya masuk Islam, misalnya Maurice Buccaille (Prancis, ahli al-Qur’an dan sains), Martin van Bruinessen (Belanda, ahli kajian kitab kuning, pesantren dan tarekat), dst. Kegiatan Orientalisme • Mengadakan kongres. Kongres pertama di Paris (1873). Puluhan kali diselenggarakan kongres di berbagai tempat: London, St. Petersburg, Berlin, Leiden, Wiena, Paris, Kopenhagen, Athene, Roma, Brussel, Cambridge, Munchen, Moskow, Cordova, Canberra, dan lain-lain. • Mendirikan lembaga. Beberapa lembaga yang didirikan para orientalis: 1. Ecole des Langues Orientales Vivantes (1795) di Prancis, dipelopori Sylvestre de Sacy, menjadi tempat belajar orang Prancis, Jerman, Swiss, Spanyol, Italia, dll. 2. The School of Oriental Studies London Institution (1917) di London, untuk keperluan informasi mengenai negeri-negeri jajahan Inggris khususnya India. 3. Oosters Instituut (1917) di Universitas Leiden, Belanda, untuk mempelajari bahasa negeri-negeri muslim dan Indonesia. Di antara tokohnya ada Snouck Hurgronje, G.W.J. Drewes, dan lain-lain. 4. Instituut voor het moderne Nabije Oosten (1956) di Universitas Amsterdam, pernah dipimpin oleh G.E. Pijper dan L.O. Schuuman (gurubesar bahasa Arab dan Islamologi). 5. Dan lain-lain. • Mendirikan Organisasi. Beberapa lembaga yang didirikan para orientalis: 1. American Oriental Society (1842) di AS. 2. Royal Asiatic Society (abad ke-19) di Inggris. 3. Oosters Genootschap in Nederland (1920) di Leiden, Belanda. 4. Voraziatisch Egyptisch Genootschap Ex Oriente Lux (1933) di Nederland, Belanda. 5. Deutschen Morgenlaendischen Gesselschaft di Jerman. 6. Dan lain-lain. • Menerbitkan Buku dan Ensiklopedi, misalnya Encyclopedia of Islam, dimulai penulisannya pada abad ke-19 dan selesai pada 1938, diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Turki dan Arab. • Menerbitkan Jurnal dan Majalah, misalnya Journal Asiatique (1822) di Paris, Journal of the Royal Asiatic Society (1899) di London, Journal of the American Oriental Society (1849) di AS, Revue du Monde Musulman (1907) di Paris, Der Islam – Zeutschrift fur Geschicte und kultur des Islamischen Orients (1910) di Jerman, The Moslem World (1917) di AS, Acta Orientalia – Academiae – Scientiarum Hungariae (1917) di Budapest, Bulletin of the School of Oriental Studies London Institution (1917) di London. • Dan lain-lain