Anda di halaman 1dari 23

Proses FT Pada

Gangguan Endurance
Ika Fitri Wulan Dhari,
SST.Ft.,M.Erg
Pengertian Endurance
Endurance kardiorespirasi adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk
bekerja dalam waktu lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah
menyelesaikan pekerjaan tersebut dan masih memiliki cadangan tenaga untuk
kegiatan rutin sehari-hari (Corbin et al, 2014).
Faktor Yang Mempengaruhi
Menurut Wiranty, 2013
1. IMT (Indeks Masa Tubuh)
2. Kebiasaan Olahraga
3. Umur
4. Jenis Kelamin
Perubahan Sistem Kardiovakuler
Lansia
Pudjiastuti dan Utomo, 2003

• Massa jantung bertambah


• ventrikel kiri mengalami hipertrofi
• Kenaikan tahanan vaskuler sehingga
• kemampuan peregangan jantung
menyebabkan peningkatan tekanan systole
berkurang karena perubahan pada
dan penurunan perfusi jaringan.
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin
• Kapasitas total paru tetap, tetapi volume
• Katup jantung mengalami fibrosis dan
cadangan paru bertambah
kalsifikasi
• Volume tidal bertambah untuk
• SA node dan jaringan konduksi berubah
mengompensasi 20 kenaikan rugi paru.
menjadi jaringan ikat
Udara yang ke paru berkurang. Sehingga
• Kemampuan arteri berkurang 50%
kapasitas paru pada lansia menurun
• Pembuluh darah kapiler menalami
penurunan elastisitas dan permiabilitas
Perubahan Patologis Sistem
Kardiovakuler Lansia
• Sekitar 11% pasien yang berusia lebih dari 70 tahun mengalami
obstruktif kronis
• penyakit kardiovaskular
• Sedentary Lifestyle
Akibat Perubahan
Sistem Kardiovaskuler

• Perubahan pada otot, kartilago, dan sendi toraks mengakibatkan


gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan pergangan toraks
berkurang.
• menyebabkan terjadinya distorsi dinding toraks selama respirasi
berlangsung
• penurunan mobilitas tulang rusuk sehingga ekspansi rongga dada dan
kapasitas ventilasi menurun sehingga terjadi penurunan endurance
kardiorespirasi
Alat Ukur Endurance pada Lansia
1. Six Minutes Walking Test
Rumus VO2max = (0,03x Panjang jarak yang ditempuh (m) + 3,98
(ml/Kg/menit)
Prosedure Test
1. Sebelum dilakukan Uji jalan 6 menit pasien diperiksa secara seksama termasuk tanda vital seperti Tekanan darah, Denyut jantung,
Respirasi, Suhu serta pengukuran skala borg sebelum dan sesudah test
2. Jika diperlukan pengulangan Uji jalan 6 menit, maka uji ulang harus dilakukan pada hari yang sama. Hal ini berguna untuk
mengurangi perbedaan atau hasil karena kemungkinan timbul perubahan seperti kondisi fisik, waktu Latihan
3. Tidak dianjurkan melakukan periode pemanasan sebelum dilakukan uji jalan 6 menit
4. Pasien harus beristirahat dengan duduk dikursi, dekat dengan garis start, kurang lebih 5 – 10 menit sebelum uji jalan dimulai
5. Berikan instruksi pada pasien sebelum uji latih dimulai dan informasikan yang utama adalah jalan sejauh mungkin selama 6 menit,
jangan lari ataupun jogging.
6. Posisikan pasien pada garis start.
7. Selama uji dilakukan, penguji harus tetap berdiri di dekat garis start. Tidak diperkenankan berjalan bersama pasien. Hal ini guna
mencegah adu balap antara pasien dengan penguji sehingga akan mempengaruhi hasil yang sebenarnya. Pada saat pasien mulai
berjalan, nyalakan stopwatch.
8. Penguji tidak diperkenankan bicara kepada siapapun selama uji latih. Pusatkan perhatian pada pasien, jangan sampai salah menghitung
jumlah putaran
Kontraindikasi
Kontraindikasi six minutes walking test yaitu :
1. Ketidaksetabilan fungsi jantung
2. Infark miokardial
3. Resting HR > 120
4. Tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan Diastolik 100 mmHg
Alat Ukur Endurance pada Lansia (2)
2. 2 minutes walking test dirancang sebagai modifikasi dari 6 menit tes berjalan
untuk individu dengan amputasi yang tidak bisa berjalan 6 menit penuh (Brooks,
Parsons, Hunter, Devlin, & Walker, 2001).
• Individu berjalan selama 2 menit dan jarak yang direkam adalah hasil tes.
Alat Ukur Endurance pada Lansia (3)
3. Cooper Test
Prosedur:Pasien atau klien diminta berlari selama
12 menit sesuai kemampuannya (jika tidak
mampu berlari diperbolehkan berjalan) pada
lintasan. Kemudian pemeriksa mencatat jarak
tempuh yang dilalui pasien atau klien
dalam satuan meter, lalu hitung nilai VO2 Max
dengan rumus :
VO2 Max = (Jarak tempuh-504,9 ) : 44,73
•Contoh : Pasien mampu menempuh jarak 2000
meter, maka nilai VO2 Max
•dihitung dengan rumus diatas hasilnya = 33,2
ml/kg/mnt.
Indikator test 1
Skala Borg
Indikator test 2
Indikator test 3
Program Latihan Pada
Gangguan Endurance (1)
Aerobic Exercise intensitas rendah – sedang
Program Latihan Pada
Gangguan Endurance (2)
1. Latihan Jalan Intensitas Sedang
Pada lansia : 2.000 - 9.000 Langkah/hari
Prosedure Latihan
Dosis • Warm up terdiri atas stretching
Frekuensi : 3 x/minggu otot leher, tangan, punggung dan
Intensitas : 60% - 85% HR kaki
maks 75 is best • Latihan Inti Jalan dilakukan
Tipe : Berjalan selama 30 menit berjalan sampai
Times : 30 menit HR mencapai 60% - 85%
Speed : 4,8 – 7,2 km/jam • Cool down terdiri atas stretching
otot leher, tangan, punggung dan
kaki
Program Latihan Pada
Gangguan Endurance (3)
2. Static Cycle • Warm up : Stretching (M.Posterio
Deltoid dan Upper trapezius,
Dosis Pectoralis, Deltoid anterior, triceps,
Frekuensi : 3 x/minggu sternocleidomastoideus Quadriceps,
Intensitas : 60% - 85% HR rectus femoris, gluteus maximus,
maks gastrocnemius, soleus, hamstring ,
Tipe : Latihan Static flexor hip) (ditahan 6 detik di ulangi
Cycle 3 kali)
Times : 30 menit • Main Component : Dilakukan latihan
Speed : 6,4 – 14,4 km/jam selama 30 menit untuk mencapai
heart rate 60% - 85%.
• Cool down : stretching selama 5
menit.
Evidence Base Aerobic Exercise (1)
Evidence Base Aerobic Exercise (2)
Practice Lab
• Membagi menjadi 3 kelompok
• Diskusikan skenario kasus
• Melakukan Roleplay Proses FT Pada Gangguan Endurance (Pemeriksaan –
Evaluasi)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai