Anda di halaman 1dari 53

Penyakit

Jantung
Koroner dan
Non Koroner
Kelompok 2 :

- Ervina Dewi Ramadhanti 1606868920


- Reisa Rachim 1606869085
- Mohammad Aditya Said 1606869141
- Marissa Khirana A. P. 1606869160
- Nurrahmi Donita Arham 1606919461
- Della Rizka Yuniastina 1606919556
Penyakit Jantung Koroner
Definisi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi


penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner.
penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan
terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian (Soeharto, 2001)
Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler pada


prinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama :

Aterosklerosis Trombosis
Arterosklerosis
• Aterosklerosis pembuluh koroner  penyebab
penyakit arteri koroneria yang paling sering.
• Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid
dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria,
sehingga secara progresif mempersempit lumen
pembuluh darah.
• lumen menyempit maka 5 resistensi terhadap
aliran darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah miokardium
Trombosis
• Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan lama
kelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah.
• Pada mulanya, gumpalan darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh
untuk mencegahan perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka.
Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek tersebut, yang kemudian
bersatu dengan keping-keping darah menjadi trombus.
• Trombosis ini menyebabkan sumbatan di dalam pembuluh darah
jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, dan bila
sumbatan terjadi di pembuluh darah otak menyebabkan stroke.
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Perkembangan terkini menjelaskan aterosklerosis merupakan suatu

proses inflamasi/infeksi yang awalnya ditandai dengan cedera pada dinding

arteri oleh berbagai sebab (hipertensi, oksidasi, nikotin) merupakan sinyal

bagi system imun untuk melepaskan sel darah putih (terutama netrofil dan

makrofag) ke daerah permukaan. Selanjutnya makrofag akan memfagosit

kolesterol LDL teroksidasi. Proses ini merubah kolesterol LDL menjadi bentuk

foamy cell yang melekat pada sel otot polos arteri.


Sejalan dengan waktu, kolesterol akan mengering dan
membentuk plaque yang keras, yang akan menimbulkan cedera
berkelanjutan pada dinding arteri. Pembentukan plaque ini akan terus
berjalan dan dapat mempersempit lumen arteri atau bahkan
memblokade aliran darah. Plaque ini juga dapat terlepas dan
menyumbat arteri yang lebih kecil seperti arteri koronaria atau arteri
serebri.
Faktor Resiko PJK

1. Usia lanjut  Untuk laki-laki akan semakin meningkat setelah usia


mereka 45 tahun. Sedangkan untuk wanita setelah usia mereka 55
tahun.
2. Riwayat kesehatan keluarga penderita sakit jantung
3. Penderita penyakit kolesterol tinggi
4. Tekanan darah tinggi
5. Para pengidap diabetes
6. Perokok pasif
7. Penderita obesitas atau kelebihan berat badan
8. Kurang mendapatkan waktu istirahat lebih lama
Komplikasi PJK

Abnormalitas detak
Gagal Jantung Nyeri dada
jantung

Serangan Jantung Kematian mendadak


Penatalaksanaan Fisioterapi
Pemeriksaan Fisik

1) Dalam keadaan akut melalui inspeksi pasien terlihat cemas, sedih dan gelisah.
2) Pasien merasa nyeri dada dan sesak napas
3) Wajah terlihat pucat dan berkeringat
4) Tekanan vena jugularis biasanya normal atau sedikit meningkat pada kondisi
akut
5) Tachyarrhythmias atau Bradycardia
6) Tekanan darah biasanya menurun dan akan kembali normal secara perlahan
selang 2 sampai 3 minggu. Hipertensi yang sifatnya sementara
(transient hypertension) dapat terjadi akibat nyeri yang intens.
7) Bunyi jantung ketiga sering terdengar jika terjadi gagal jantung atau syok
Bunyi ke empat (atrial sound) dapat didengar pada sebagian besar pasien.
8) Demam jarang mencapai 38°C pada 24 jam awal serangan.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Elektrokardiografik

• Pemeriksaan Laboratorium  cretain


kinase, troponin, laktat
Dehidrogenase , dll
Tujuan Fisioterapi

1. Memperkecil pelebaran kerusakan otot

2. Memberikan faedah kejiwaan melalui latihan-latihan

3. Meningkatkan toleransi dalam aktivitas

4. Mengembalikan pasien ke pekerjaan semula dan kehidupan


yang normal

5. Mengembalikan keyakinan pasien dalam kehidupan normal


Latihan Dihentikan Apabila

Dekompensasi Demam
Sesak napas Jantung Aritmia diatas 380 C

Target HR Tekanan
Pusing tercapai Nyeri dada
sistolik

Tanda tanda
shock
Faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam membuat program:

a. Umur

b. Pekerjaan

c. Ukuran jantung

d. Beratnya Penyakit

e. Riwayat sebelumnya

f. Kesehatan mental
Intervensi
Fisioterapi
20
1. Relaksasi

Teknik relaksasi otot progresif merupakan


suatu terapi relaksasi yang diberikan
kepada klien dengan menegangkan otot-oto
tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi
progresif adalah salah satu cara dari teknik
relaksasi mengombinasikan latihan napas
dalam dan serangkaian seri kontraksi dan
relaksasi otot tertentu. (Kustanti dan
Widodo, 2008).
Prosedur Relaksasi Pasien PJK

> Jelaskan tujuan, manfaat dan prosedur terapi yang


akan dilakukan kepada klien
> Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu
berbaring dengan mata mata tertutup menggunakan
bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi
dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri;
Gerakan 1 Gerakan 2

1. Genggam tangan kiri sambil 1. Tekuk kedua pergelangan


membuat suatu kepalan. tangan pasien ke belakang
2. Buat kepalan semakin kuat sambil 2. Jari-jari ekstensi dan rasakan
merasakan sensasi ketegangan otot di bagian belakang dan
yang terjadi. lengan bawah menegang
3. Pada saat kepalan dilepaskan, 3. Pada saat pergelangan
klien dipandu untuk merasakan tangan diluruskan kembali,
relaks selama 10 detik. klien dipandu untuk
4. Prosedur serupa juga dilatihkan merasakan relaks selama 10
pada tangan kanan. detik.
Melatih otot tangan

ditujukan untuk
melatih otot tangan
bagian belakang.
Gerakan 3
1. Telapak tangan mengepal
2. Bawa tangan yang sudah
mengepal ke bahu hingga
terasa tegang pada bagian otot
lengan atas
3. Tahan beberapa detik
4. Pada saat tangan diluruskan
kembali, klien dipandu untuk
merasakan relaks selama 10
detik.
Gerakan 4

1. Angkat kedua bahu setinggi-


tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
2. Tahan hingga beberapa detik
3. Pada saat kedua bahu
diturunkan kembali, klien
dipandu untuk merasakan relaks
selama 10 detik.
• Gerakan 5 dan 6 bermanfaat untuk
melemaskan otot-otot wajah (seperti otot
dahi, mata, rahang, dan mulut).
• Gerakan 7 bermanfaat untuk mengendurkan
ketegangan yang dialami oleh di bagian
rahang. Dilakukan dengan cara
mengatupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi.
• Gerakan 8 bermanfaat untuk mengendurkan
otot-otot sekitar mulut. Dilakukan denga
cara bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
• Gerakan 9 bermanfaat untuk
merileksikan otot leher. Dilakukan
dengan cara menekan kepala pada
permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian
belakang leher dan punggung atas.

• Gerakan 10 bermanfaat untuk


merileksikan otot leher. Dilakukan
dengan cara membenamkan dagu ke
dada.
• Gerakan 11 dilakukan dengan • Gerakan 12 dilakukan dengan
cara punggung dilengkungkan, cara menarik napas panjang
lalu busungkan dada, tahan untuk mengisi paru-paru dengan
kondisi tegang selama 10 detik, udara sebanyak-banyaknya, lalu
kemudian relaks. Saat relaks, ditahan selama beberapa saat,
letakkan tubuh kembali ke kursi sambil merasakan ketegangan
sambil membiarkan otot menjadi di bagian dada sampai turun ke
lemas. perut, kemudian dilepas.
• Gerakan 13 dilakukan dengan cara
menarik dengan kuat perut ke dalam.
Tahan sampai menjadi kencang dan
keras selama 10 detik, lalu dilepaskan

• Gerakan 14 dan 15 dilakukan dengan


cara meluruskan kedua telapak kaki
sehingga otot paha terasa kencang,
Lanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis, tahan posisi
selama 10 detik, lalu dilepas.
2. Diathermy

Infra Red Radiation (Luminous)


 Bermanfaat untuk mengurangi spasme otot superfisial,
memperlancar peredaran darah dan melunakan kulit dan superficial
connective tissue dengan adanya peredaran darah yang lancar.

 Dilakukan setiap hari dengan intensitas 40-60 cm dari kulit


penderita dengan waktu 15 menit.
3. Breathing Exercise

Tujuan ;
◍ Meningkatkan ventilasi.
◍ Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
◍ Mencegah atelectasis.
◍ Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.
◍ Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal
spine.
◍ Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
◍ Meningkatkan relaksasi.
◍ Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi
PURSED LIPS BREATHING
◍ Menarik napas (inspirasi) secara biasa
beberapa detik melalui hidung dengan
mulut tertutup.
◍ Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi)
pelan-pelan melalui mulut dengan posisi
seperti bersiul.
◍ Selama PLB tidak ada udara ekspirasi
yang mengalir melalui hidung.
◍ akan terjadi peningkatan tekanan pada
rongga mulut, kemudian tekanan ini akan
diteruskan melalui cabang-cabang bronkus
sehingga dapat mencegah air trapping dan
kolaps saluran napas kecil pada waktu
ekspirasi
SEGMENTAL BREATHING
◍ Suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu
dengan tujuan melatih pengembangan paru
persegmen.
◍ Penatalaksanaan :
1. Posisi pasien tidur miring dan diganjal bantal..
2. Tangan fisioterapis berada pada segment paru-paru
kanan (atas, tengah atau bawah)
3. Instruksikan pasien untuk menarik napas dan
tangan fisioterapis pada akhir inspirasi
diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat
akhir ekspirasi berikan tekanan ke arah luar
bawah.
4. Chest Mobilization exercise

◍ latihan yang menggabungkan gerakan aktif dari trunk atau


ekstremitas dengan pernapasan dalam.
◍ Meskipun mobilitas dada harus dipertahankan pada semua pasien
untuk ventilasi yang efektif dan harus dimulai segera setelah
cedera.
◍ Teknik Chest Mobilization merupakan teknik dasar dalam
penanganan kasus penyakit paru kronik diantaranya yang
disebabkan oleh poor posture, rigidity, atau lack dari thoracic
spine dan gerakan rib (Vibekk, 1991).
◍ Teknik ini dibedakan dalam bentuk pasif dan aktif, Chest
Mobilization dengan memperhatikan kondisi pasien
◍ Teknik Aktif Chest Mobilization bisa dilakukan
dalam praktik general, pasien dengan fase
pemulihan bisa dilakukan modifikasi Teknik
Aktif Chest Mobilization untuk meningkatkan
flexibilitas dari dinding dada.
◍ Teknik ini terdiri dari meningkatkan mobilitas
dada bagian upper, midle dan bagian lower
TUJUAN

◍ Meningkatkan ventilasi paru-paru dan pertukaran gas.


◍ Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dinding
dada dan bahu ketika mempengaruhi respirasi
◍ Memperkuat atau menekankan kedalaman inspirasi dan
mengendalikan ekspirasi.
◍ Sebelum dan sesudah intervensi, inspeksi, palpasi
atau pengukuran ekspansi dada, termasuk X-Ray dan tes
fungsi paru perlu dilakukan kembali, sangat penting
untuk mengkonfirmasi perbaikan secara klinis.
5. Passive Movement

Pada beberapa penelitian Passive movement tidak terlalu


berdampak signifikan pada kondisi jantung. Namun, dalam study of
paediatric patients, Gozal dkk menemukan bahwa untuk
mendapatkan hasil signifikan pada passive movement, Passive
movement harus dilakukan dengan kecepatan di atas atau sama
dengan 40 rpm. Pada kecepatan repitisi tersebut ditemukan
peningkatan penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida
yang signifikan

Passive movement dapat dilakukan dalam bentuk passive ROM


exercise pada wrist, elbow, shoulder, hip, knee, dan foot.
INDIKASI PASSIVE MOVEMENT KONTRA INDIKASI

• sesaat setelah terjadinya luka akut,


• Saat dalam kondisi akut, terdapat fraktur, atau operasi.
peradangan jaringan, atau saat • Tanda-tanda adanya efusi atau
pergerakan aktif sangat menyakitan pembengkakan berlebih.

atau tidak mungkin dilakukan. • Nyeri pada sendi yang cukup tajam.
• Ketika blok tulang membatasi
• Pada kondisi tirah baring, koma, atau
pergerakan sendi.
paralisis.
• Jika gerakan mengganggu proses
• Langkah pertama dalam re-edukasi
penyembuhan.
otot. • Terjadinya hipermobiltas sendi
• hematoma
6. Free Active Exercise

Free active exercise adalah latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien
secara mandiri. Latihan ini dilakukan setelah pasien pulang dari rumah
sakit dan dilakukan secara perlahan mulai dari aktivitas ringan hingga ke
aktivitas berat.

Free exercise dapat menyebabkan:


 Relaksasi yang disebabkan ritme alami dari latihan.
 Pemeliharaan bentuk otot.
 Koordinasi dengan pola alami.
 Kepercayaan diri dalam melaksanakan dan mengendalikan
gerakan
Prosedur Free Active Exercise
1. Posisi awal
2. Instruksi pada pasien  akan membantu meningkatkan
minat dan kooperasi pasien.

3. Kecepatan latihan  bergantung pada hasil yang diinginkan.


4. Durasi  bergantung pada kapasitas pasien.
Manfaat Free Active Exercise untuk
circulatory dan respiratory

• Peningkatan respirasi
• Peningkatan sirkulasi lokal dan general
• Memberi pekerjaan pada otot jantung
Penyakit Jantung
Non Koroner
Takiaritmia
Kelainan
Trauma
Katup
Kardiak
Jantung
Penyakit
Jantung
Gagal
Perikarditis Non Jantung
Koroner Kongestif

Hipertrofi
Miokarditis Ventrikel
Kiri
44
Takiaritmia

Takiaritmia adalah gangguan pada sistem konduksi listrik


jantung, di mana jantung berdetak sangat cepat, bisa terjadi
secara fisiologis (setelah melakukan kegiatan berat). dan
patologis (diluar jantung, misal: saat demam, anemia,
gangguan kelenjar tiroid, dan dehidrasi), serta bisa juga
disebabkan oleh gangguan pada jantung (misal: penyakit
jantung koroner, penyakit jantung katup, dan kardiomiopati).
Trauma Kardiak

Blunt cardiac injury (BCI) mengacu pada cedera yang diderita akibat
trauma tumpul pada jantung. Manifestasi dari rentang tersebut dari
aritmia sementara, diam-diam ke pecah dinding jantung yang
mematikan. Tidak adanya definisi yang jelas dan standar emas untuk
pengujian laboratorium membuat diagnosis cedera jantung tumpul
sulit. Perawatan disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera dan
berkisar dari pemantauan EKG hingga sternotomi dengan perbaikan
bedah yang rumit.
Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif atau congestive heart


failure (CHF) merupakan kegagalan jantung dalam
memompa pasokan darah yang dibutuhkan tubuh.
Hal ini dikarenakan terjadi kelainan pada otot-otot
jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja secara
normal.
Hipertrofi Ventrikel Kiri

Hipertrofi ventrikel kiri atau left ventricular hyperthrophy


(LVH) adalah kondisi dimana terjadi penebalan dan
pembesaran otot jantung bagian ventrikel kiri akibat
hipertensi yang kronis. LVH merupakan masalah kesehatan
yang serius karena dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan kematian pada pasien
dengan hipertensi.
Miokarditis

Miokarditis merupakan penyakit peradangan pada otot


jantung, yang bisa disebabkan karena faktor infeksi maupun
non infeksi. Bagaimana terjadinya penyakit ini belum
sepenuhnya diketahui dengan baik, namun diduga karena
infeksi virus, bakteri, jamur, bahan kimia, obat ataupun
kondisi inflamasi lainnya.
Perikarditis

◍ Perikarditis adalah peradangan pada

lapisan pelindung jantung atau


perikardium. Perikardium adalah
jaringan tipis yang menyelimuti
jantung.
Kelainan Katup Jantung

Penyakit atau kelainan katup jantung merupakan penyakit yang muncul


diakibatkan karena adanya kelainan atau gangguan pada salat satu atau lebih dari
keempat katup jantung yang berfungsi sebagai penjaga aliran darah yang berasal
dari seluruh tubuh. Gangguan ini menyebabkan darah sulit mengalir ke ruangan
atau pembuluh darah selanjutnya, atau sebagian dari aliran darah berbalik ke area
sebelumnya.
Kelainan katup jantung atau yang disebut juga dengan penyakit golongan
stenosis katup aorta (AVS) dan aortic insufficiency (atau regurgitasi).
Daftar Pustaka

• Dharmono, T. Rehabilitasi jantung. Jakarta: DIII FKUI; 2008

• Baliga, Ragavendra.2005. Cardiology. Elesevier Mosby: Philadelphia

• Julian, Desmond. Cowan, J. McLenachan, James. 2005. Cardiology (8th ed). Elsevier Saunders. USA

• http://dataphysiomini.blogspot.com/2014/05/manajemen-fisioterapi-pada-ischemic.html

• http://hanykerorobun14.blogspot.com/2011/12/fisioterapi-pada-coronary-artery.html?m=1

• http://jantung-kitasehat.blogspot.com/2017/04/pengertian-nyha-pembagian-kelas-nyha.html

• http://dedy-keperawatan.blogspot.com/2016/05/terapi-relaksasi-otot-progresif.html

• https://www.scribd.com/presentation/367445187/PENYAKIT-JANTUNG-KORONER

• https://www.slideshare.net/taimoor_dr/active-movements
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai